Chereads / I won't waste you / Chapter 2 - Bab 3. bertemu kawan

Chapter 2 - Bab 3. bertemu kawan

Ketika aku sudah sampai di tengah perjalanan, dan entah ke mana arah tujuannya yang penting aku sudah melangkahkan kakiku dari rumah, saat di tengah perjalanan pun tiba-tiba aku merasa sangat lapar akibat di rumah tadi disuruh makan tidak mau makan, dan karna lapar akhirnya aku mampir ke tukang bakso yang jualan di pinggir jalanan untuk memesan bakso semangkuk supaya perutku terisi kenyang. "bang saya pesan baksonya ya bang, sama es tehnya satu gelas." Setelah sampai di tempat tukang bakso aku langsung memesan bakso satu porsi, lalu aku duduk di bangku yang sudah di sediakan oleh tukang bakso ini sembari memetik senar gitar yang kubawa supaya tidak jenuh menunggunya

"mau pesan beberapa mangkuk?" tawarnya penjual bakso ini

"satu mangkuk aja bang" aku pun memintanya cukup satu mangkok saja

"mau di bawa pulang apa di makan di sini?" nawarnya lagi

"di makan di sini aja bang," aku memintanya tuk makan di sini saja

"tunggu sebentar ya, saya mau buatin dulu baksonya." Si tukang bakso ini pun langsung membuatkan bakso untukku, dan selain itu juga si tukang bakso ini selain membuatkan bakso, Ia juga membuatkan minuman es teh untukku! Beberapa menit kemudian setelah bakso dan minuman es tehnya sudah jadi, aku pun langsung menyantap bakso yang di pesannya tadi di tambah minuman es teh. Dan setelah selesai makan bakso, aku tak lupa untuk membayarnya, dan setelah membayar tagihan bakso yang sudah aku makan, aku kembali melanjutkan perjalanannya lagi sambil membawa koper warna hijau tua wadah baju, dan juga gitar kesayanganku ini. Selangkah demi selangkah saat masih berada di tengah perjalanan tiba-tiba gengnya Rafa Hikmal yang terdiri dari Renggra saputra, Dictry Rizky, Regra Alrezza, Ilham Fendy yang biasa di sebut geng Naga itu melihat keberadaanku yang sedang berada di jalanan sambil membawa koper berukuran sedang berwarna hijau tua sama gitar! Akan tetapi aku malah tidak tahu kalau ada mereka, dan mereka telah melihat keberadaanku, dan juga gengnya Rafa ini adalah teman-teman aku juga, selain itu juga gengnya Rafa ini merupakan anak rantau yang tinggal dalam satu kontrakan, walaupun mereka semua memiliki pekerjaan yang berbeda-beda, akan tetapi mereka tinggal bersama dengan satu atap bahkan setiap bayar kontrakan mereka selalu kompak patungan dengan cara adil supaya mereka rata semua, dan ya sebelum mereka semua tinggal dalam satu kontrakan untuk merantau, dulunya juga mereka ini tinggal dalam satu Desa. Awal mula mereka datang ke sini adalah dulunya itu kedua orang tua mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya, dan ya mereka semua pun kompak memutuskan untuk memilih merantau ke Kota karna penghasilan mereka di desa tidak mencukupi kebutuhan mereka di desanya, pada akhir-akhirnya pun mereka hidup bersama di perantauan walau pun memiliki pekerjaan yang berbeda-beda dan mereka sudah seperti layaknya keluarga mereka sendiri. Saat pertama kali mereka datang ke kota mereka kira mereka akan mendapatkan pekerjaan yang enak dan gaji banyak, seperti layaknya pekerjaan di sebuah pabrik besar atau pun di perkantoran, akan tetapi ternyata semua itu hanya sebuah khayalan mimpi mereka, karna mereka hanya mendapat pekerjaan sama seperti di sekitar desanya dulu sebelum mereka merantau, yaitu ada yang bekerja mengamen di Cafe, kerja di Indomart, Alfamart, dan bekerja di mebel bahkan ada yang bekerja di konter! Padahal mereka semua ini merupakan anak lulusan SMA, entah apa yang membuat mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lumayan dan apakah mereka hanya layak kerja menjadi kuli, atau mungkin takdir Mmemenuhi keinginan mereka. Dan ya walau pun mereka sudah lama merantau, akan tetapi mereka baru dua hari kenal dengan namaku, saat berkenalan pun mereka tidak tahu kalau aku ini adalah anak orang pemilik perusahaan pabrik pembuatan piring, karena setiap kali mereka bertemu denganku, aku selalu terlihat berpenampilan biasa-biasa saja layaknya seperti orang yang sangat sederhana berpenampilan apa adanya di depan mata mereka, sama sekali tak pernah memakai pakaian yang lumayan bagus, dan setiap bertemu dengan mereka semua aku hanya membawa motor, bahkan terkadang aku hanya memakai ojek saja, dan mereka juga sudah tahu kalau aku tidak memiliki pekerjaan yang menetap seperti mereka, karna walau pun orang tuaku pemilik usaha pabrik pembuatan piring aku belum bisa tuk berada di pabrik itu bahkan menggantikan almarhum papa aku mengurus semua para karyawan di pabrik pembuatan piring. Dan mereka saat berjalan menuju ke arah kontrakannya, tiba-tiba Ilham menghentikan langkah kaki teman-temannya yang biasa di sebut geng Naga "tunggu sebentar!"

"kenapa lo Ham, mau kencing di tengah jalan?" celoteh Dictry dengan ke julitannya itu ke Ilham

"eh lo kalau mau ngomong pakai hati dong Dic!" Ilham pun kesal dengan celotehannya Dictry

"ngomong pakai mulut Ham, bukan pakai hati." Akan tetapi Dictry hanya menanggapinya dengan sangat santai.

Karna melihat mereka berdua seperti itu akhirnya Ilham, Dictry di marahi oleh Rafa! "kalian ini di tengah jalan malah pada ribut! Gak malu di lihat orang lewat apa!" Rafa adalah anak yang paling tua di antara kita semua, akan tetapi ia memiliki sifat seperti bunglon, terkadang ia selalu berubah sifat, kadang baik, kadang jutek, kadang diluar batas kelakuannya

"iya nih Ilham sama Dictry, emang gak malu apa di lihat banyak orang." Sambung Regra

"emang ada apa sih Ham, kok elo menghentikan kita semua?" tanya Renggra kepada salah satu temannya yang bernama Ilham

"coba deh kalian lihat ke arah sana, itu kayanya Bima deh" ternyata alasan Ilham menghentikan teman-temannya karena Ia terlebih dahulu melihat keberadaanku yang sedang berada di jalan sambil membawa koper berukuran sedang dan sebuah gitar

"mana sih Ham, kok kita gak lihat?" ucap salah satu dari mereka, dan mereka juga tidak melihat keberadaanku, kecuali Ilham sendiri, hanya Ilham yang pertama kali melihat keberadaanku

"itu tuh yang ada di sana itu?" lalu jemari Ilham menunjuk ke arahku! Sesudah Ilham jemarinya menunjuk akhirnya yang lainnya juga pada melihat keberadaanku dari jarak ke jauhan

"oh iya benar, itu kan Bima.." kompak mereka

"mendingan sekarang kita cepat samperin Bima."

Setelah melihat keberadaanku! mereka semua berlari untuk menghampiriku, karna selain melihat keberadaanku, mereka juga pada penasaran kenapa aku di jalan membawa koper berukuran sedang warna hijau tua untuk wadah baju dan membawa gitar?

"Bim lo mau pergi kemana?" Ketika mereka sudah bertemu denganku, Renggra langsung mempertanyakannya kepadaku "gue gak pergi ke mana-mana" ucapku seolah-olah tidak terjadi apa-apa denganku, memang tidak terjadi apa-apa aku hanya ingin menghindar suatu hal yang tidak diinginkan olehku

"terus kalau lo gak pergi ke mana-mana kenapa lo bisa bawa koper sama gitar lo di jalanan?"

"apaan sih kalian ini, gue beneran gak pergi kemana-mana" aku berusaha menutupinya

"udahlah Bim, lo tinggal ngomong jujur apa susahnya sih?" Renggra menekanku supaya aku berkata jujur kepada mereka

"ya sebenarnya gue mau pergi dari rumah sih" karna ada yang menekanku supaya aku berkata jujur, langsung kujawab pertanyaan dari mereka, aku pun baru memberitahukannya kepada mereka

"nah tuh kan, terus kalau elo pergi dari rumah lo sendiri, emangnya lo lagi ada masalah Bim di rumah lo sendiri?" mereka pun ada yang penasaran denganku, kenapa aku bisa pergi begitu saja

"gue di rumah sama sekali gak ada masalah apa-apa sih" jawabku dengan santai

"terus kalau lo gak ada masalah apa-apa di rumah, kenapa lo pergi dari rumah lo sendiri?"

"sebenarnya...?

Ketika aku ingin memberi tahu ke teman-teman, justru Dictry malah memotong perkataanku, padahal aku belum sampai di tengah jawaban "nah! Gue tahu kenapa Bima bisa pergi dari rumahnya sendiri?"

"emangnya apa Dic, jangan sok tahu deh lo?" ucap Ilham

"pasti Bima pergi dari rumahnya cuma gara-garanya Bima gak di kasih duit jajan kan Bim," melontarkan kata-kata yang tak senonoh

"nih anak sempat-sempatnya mata duitan!" ucap Rafa sembari matanya melotot ke Dictry

"mataku ada dua Raf," ucapnya dengan singkat

"bodo amat!!!!!" sorak yang lain, seolah tak peduli dengan ucapan Dictry

"iya-iya, biasa aja kali" akan tetapi Dictry menanggapi dengan santai

"sudah-sudah, apa-apaan sih kalian ini malah pada berinsik di jalan, gak malu apa di lihat banyak orang!" Rafa memarahi kita semua supaya tidak terus-terusan

"kamu lagi marah ke kita Raf?" ketika temannya marah. Dictry malah menanggapinya dengan celotehan nyeleneh

"gak! Gue gak marah, Gue lagi dongeng ke elo!" Rafa mengomeli temannya itu.

karna mendengar perkataan Rafa, Justru yang lainnya malah menertawakan Dictry. Tak lama kemudian belum ada satu menit, tiba-tiba Ilham seperti orang kebingungan sendiri "ini gimana ini?"

"gimana apanya Ham?" Renggra pun balik tanya ke Ilham, apa yang barusan temannya maksud tadi

"Bima kan pergi dari rumahnya, habis itu juga kayanya Bima belum dapat tempat tinggal." Jelas Ilham

"emang sebenarnya lo mau tinggal di mana sih Bim?"

Karna ucapannya Ilham, akhirnya Renggra bertanya kepadaku, kemanakah aku ingin tinggal

"gak tahu, soalnya gue belum dapat tempat tinggal" di saat di tanya oleh temanku. Aku pun masih merasa bingung untuk mencari tempat tinggal untuk diriku sendiri, karna aku belum menemukan tempat tinggal yang tepat untuk aku tempati

"kalau lo belum dapat tempat tinggal, kenapa lo udah pergi duluan dari rumah lo sendiri, Lo bosan tinggal di rumah lo?"

"ya tadi tuh gue gak kepikiran mau tinggal di mana, yang penting gue pergi, makanya gue langsung pergi begitu saja dari rumah gue"

"nih orang ada apa sih!" Regra pun heran denganku

"kalau misalnya lo ikut tinggal di kontrakan yang kita tinggali kira-kira lo mau gak Bim?"

Karna aku bingung mencari tempat tinggal, akhirnya Rafa mengajakku untuk tinggal di kontrakan yang biasanya mereka tempati bersama

"ya gak apa-apa sih, dari pada gue bingung mau tinggal di mana" aku pun nurut dengan tawaran Rafa untuk tinggal di kontrakan bersama mereka

"kalau gitu ayo kita semua balik ke kontrakan." setelah menemukan tempat untukku, Regra pun mengajak kita semua untuk segera balik ke kontrakan yang mereka tinggali bersama.

"yang lainnya duluan aja ya, gue sama Ilham pulangnya terakhir saja," tetapi di saat di ajak pulang ke kontrakan aku menyuruh yang lainnya untuk balik duluan ke kontrakan, kecuali Ilham, karna aku memang sengaja hanya ingin jalan bareng dengan Ilham saja sampai tiba di kontrakan

"beneran nih kalian berdua kita tinggalin duluan?" Dictry ragu-ragu dengan aku dan Ilham

"iya." ucapku

Setelah itu yang lainnya lebih pulang terlebih dahulu kecuali aku dan Ilham, karna aku ingin ngobrol berdua dengan Ilham sambil berjalan menuju ke arah kontrakan yang selama ini mereka tinggali bersama

"Ham gue mau tanya sama elo boleh gak Ham?" tanyaku kepada Ilham sembari kita berdua malangkahkan kakinya tuk menuju ke arah kontrakan tempat tinggal mereka

"lo mau tanya apaan Bin?" lalu Ilham menoleh ke arah wajahku dan balik bertanya

"lo kan udah lama banget kenal sama mereka semua, jelasin dong Ham kelakuan mereka semua?" walaupun aku sudah kenal dengan mereka, aku ingin lebih tahu lagi tentang teman-temanku yang lebih mendalam lagi, karna aku hanya mengenal namanya saja, belum sampai kenal sebagaimana tingkah laku mereka semua

"bukannya lo juga udah lama kenal sama kita semua Bim?" Ilham balik tanya lagi kepadaku

"kata siapa, gue kan baru dua hari kenal sama kalian, habis itu juga gue belum tahu tingkah laku kalian semua kaya apa"

"masa sih??" berpikir sejenak. "oh iya benar, kita semua kan baru dua hari kenal. Ya kalau soal itu mereka baik-baik semua, cuma yang membedakan tuh kalau Rafa orangnya suka marah-marah, pokoknya siapa pun itu orangnya kalau sudah membuat dia emosi pasti dia akan marah-marah. Renggra orangnya pekerja keras dan selalu berusaha, terkadang aja walaupun dia lagi gak enak badan, dia tetap nekat kerja, dia tak mementingkan kesehatannya, yang penting dia dapat duit, tapi yang lebih parahnya lagi dia tuh suka mengkhayal dengan seolah-olah dia tuh jadi model, padahal yang sebenarnya sama sekali enggak jadi model. Terus kalau Dictry nih ya, orangnya paling ramai sendiri, kocak banget deh pokoknya. Regra orangnya selalu pingin ikut temannya pergi, entah kemana pun temannya pergi yang penting dia ikut" Ilham menceritakan semuanya tentang kepribadian mereka

"terus kalau elo Ham?" aku ingin tahu tentang Ilham juga

"gue mah gampang" jawabnya dengan simpel

"apaan Ham?" menjadi penasaran

"selalu suka makan dan tidur" lalu Ilham menjawabnya dengan celotehan

"ya elah cuma suka makan dan tidur aja di banggain, semua orang pasti suka makan sama tidur,"

"sekarang giliran gue yang tanya ke elo, kalau elo apa Bim?" Ilham pun balik tanya kepadaku

"gue orangnya selalu baik dan budiman." aku memberi jawaban simpel juga kepadanya

"apaan sih. Dah lah dari pada ujung-ujungnya kita berdua berantem di sini tanpa alasan apa pun, lebih baik sekarang kita cepat-cepat ke kontrakan, takutnya nanti kita di omelin terus" Ilham segara mengajak menuju ke kontrakan.

Tanpa kita berdua sadari, setapak demi setapak kita melangkahkan kaki, ternyata kita berdua sudah sampai di kontrakan yang di tempati oleh teman-temanku ini, kontrakannya begitu nyaman untuk di lihat dan biaya kontrakannya pun tidak terlalu mahal, tak seperti kontrakan yang biasanya orang lain tempati.

"kalian berdua ke mana aja sih! Lama banget pulangnya!" Ya baru saja sampai, Rafa sudah marahi kita berdua

"kan tadi gue udah bilang sama kalian, kalau gue sama Ilham pulangnya terakhir." Aku langsung menjelaskannya ke Rafa.

tak lama kemudian! Tiba-tiba Dictry berceloteh, Ia meminta bakso kepadaku dan Ilham "Ilham, Bima mana baksonya?"

"bakso apaan sih Dic?" sahut Ilham dan aku, saat mengucap, kita mengucapkan dengan bersamaan, sesudah itu Dictry kembali berceloteh, ia masih saja menyebut nama makanan bakso "kalian berdua pulangnya terlambat pasti mampir ke tukang bakso kan?"

"ya kan gue sama Ilham pulangnya terakhir bukan berarti makan bakso." Mataku menatap wajahnya Dictry "Ini siapa sih, kok kaya gini orangnya?" Lalu aku kembali berucap dengan terkekeh geli melihat temanku yang bernama Dictry seperti itu

"mohon di maafkan Dictry ya, soalnya kemarin malam Dictry habis mimpi makan bakso," sedangkan Regra sengaja julit ke salah satu temannya yang bernama Dictry

"sembarangan aja lo Gra kalau ngomong!" walaupun Dictry tadinya berucap nyeleneh, ujung-ujungnya ia kesal dengan temannya

"lagian ngomongin bakso, lo tadi bikin kita kesal. Sekarang lo kesal sendiri."

"udah gak usah di lanjutin, gak usah dengerin Dictry ngomong, dari pada kita capek cuma gara-gara dengerin Dictry ngomong gak jelas, lebih baik kita nyari tempat tidur buat Bima?" Renggra mengajak yang lainnya untuk segera mencari tempat tidur untukku.

Dan tanpa Dictry sadari! Dictry pun di tinggal masuk begitu saja ke dalam kamar oleh kita semua. Sesudah di tinggal Dictry baru sadar kalau Dictry di tinggal kita semua, Dictry pun langsung menyusul kita ke kamar. Sedangkan Rafa saat berada di dalam kamar tiba-tiba Rafa kaget ""waduh!"

"lo kenapa Raf?" salah satu dari kami ada yang mewakilinya tuk tanya ke Rafa

"ternyata kasurnya cuma ada tiga" Rafa baru menyadari bahwa kasur yang biasanya mereka pakai di kontrakannya hanya ada tiga biji

"terus gimana dong Raf?"

"nah gue punya ide" tak lama kemudian Rafa langsung punya ide untuk kita semua

"lo punya ide apaan Raf?"

"kita tidurnya dua orang dua orang aja" Rafa menyarankan untuk satu kasur di pakai dua orang agar semuanya kebagian tempat tidur

"tunggu sebentar. Ini kalian kalau tidur berbarengan?" aku tak sengaja menyahut kalimat dari Rafa

"iya Bim. Emang kenapa Bim?"

"ya gak apa-apa sih. Emangnya di sini gak ada tempat tidur yang lainnya?"

"gak ada Bim, soalnya kontrakan yang kita tinggali ini tuh satu ruang kamar tiga kasur. Ya jadinya kita tidurnya berbarengan. Tapi kalau lo gak mau tidur berbarengan sama kita, lo nyari kontrakan yang lainnya juga gak apa-apa"

"ya gak gitu juga kali, gue kan cuma tanya doang." Bukan maksudku tidak mau mengikuti peraturan yang Rafa buat, tapi hanya heran saja satu kasur di pakai dia orang. Entah dari mana datangnya polusi Dictry langsung ngejawab begitu saja, padahal tidak ada yang bertanya dengannya "itu kalian yang tidurnya berbarengan, kalau gue mah tidur sendiri

"itu kan dulu Dic, waktu belum ada Bima di sini, kalau sekarang Bima juga ada di kontrakan ini, habis itu juga kasur kita cuma ada tiga" jelas Rafa

"terus ini gimana dong Raf?"

"tenang biar gue yang ngatur kalian. Renggra lo tidurnya sama Regra, gue sama Bima, terus lo Dictry tidurnya sama Ilham," dan akhirnya pun Rafa mengatur kita semua dengan cara adil yang sudah ditentukan oleh Rafa sendiri

"enggak-enggak, masa gue tidurnya sama Ilham sih, Ilham aja kalau tidur entah siang atau tidur malam suka ngorok, kadang-kadang sampai ke dengaran tetangga sebelah." karna Dictry di atur oleh Rafa kalau Ia tidurnya dengan Ilham, ia pun tidak terima dengan aturan yang di buat Rafa.

"Dictry siap-siap, lo nanti malam tidurnya bakalan dapat suara nyaring dari gue," sahut Ilham! Ya karna Dictry tidak terima dengan aturanya Rafa, akhirnya pun Ilham usil dengan Dictry

"bacot lo Ham!" cetus Dictry, ia tak suka dengan ucapan temannya yang bernama Ilham

"kok kalian betah banget sih tinggal sama orang kaya gini, habis itu ngurusin juga pula." Ketika yang lainnya mendengarkan kalimat yang barusan aku lontarkan, yang lainnya hanya bisa tertawa kecil menertawakan Dictry.

setelah menentukan tempat tidur untuk kita semua, kini Rafa bingung untuk makanan hari ini "hari ini kira-kira kita mau makan apa gays?"

"minum es teh manis aja," ternyata saat Rafa menanyakan makanan yang akan di makan pada hari ini, justru Dictry sama sekali tidak mendengarkan Rafa ngomong, dan ia asal ngejawab begitu saja

"makan Dic, makan, makan bukan minum!!" Ilham sengaja menempelkan mulutnya di sekitar telinga Dictry supaya lebih jelas apa yang sedang di bahas.

"mohon maaf, di sini kalian ada yang punya nomer hpnya dukun gak?" sahut Rafa

"emang buat apaan Raf?" tanya Renggra kepada Rafa

"nih buat nyantet Dictry, biar hidup kita semua pada tenang," celotehnya

"udah Raf yang sabar, Dictry tuh emang orangnya kaya gini, kalau gak begini namanya bukan Dictry," Regra berbicara dengan Rafa tuk ngeledek Dictry

"dari pada gue ngurusin nih bocah yang sama sekali gak jelas asal-usulnya, lebih baik gue masak aja!" rencananya Rafa akan memasak untuk kita semua

"emangnya lo hari ini mau masak apa Raf?"

"gue mau masak tumis kangkung sama tempe goreng, lagian tadi di tanya baik-baik kalian gak ada yang jawab. Tapi kira-kira kalian pada mau tak?" setelah memberi tahu ke temannya masakan apa yang akan Rafa masak. Lalu Rafa balik tanya ke temannya, kira-kira kami semua mau makan masakan yang akan di masak Rafa pada hari ini juga

"ya mau lah Raf yang penting makan, dari pada gak makan,"

"kok kangkung sih, kangkung kan bikin ngantuk" celoteh Dictry, ia seperti tidak setuju dengan masakan yang akan di masak oleh temannya nanti

"ya lo mau gak. Masih mending gue masakin, kalau gak mau ya udah gue habisin sendiri" ucap Rafa kepada Dictry

"ya maulah" walau tadinya Dictry protes, tetapi ia mau juga

"kalau mau ya udah diam. Tapi sebelum gue masak tumis kangkung sama tempe goreng. Gue mau ngatur kalian lagi." Setelah berceloteh dengan Dictry, Rafa pun kembali mengatur kita semua supaya adil

"kok elo suka banget ngatur sih Raf?"

"suka-suka gue dong, intinya gue mau ngatur kalian. Regra tugas lo nyapu sama ngelap meja, kaca, Ilham tugas lo ngepel, Renggra, Dictry tugas kalian berdua gosok baju kita semua, terus lo Dictry ada tugas tambahan buat lo, yaitu nyuci piring, Bima tugas lo bersihin halaman rumah, kalau soal nyuci baju nyuci sendiri-sendiri, urusan masak biar gue yang masak!" Rafa memberi aturan ke kami semua

"kan tadi gue udah di suruh gosok baju, kenapa gue juga di suruh nyuci piring" Dictry pun protes dengan aturan yang di buat oleh Rafa untuknya

"udah diam!" cetus Rafa

"lagian kenapa lo gak nyari pembantu aja Raf, biar lo gak ngatur-ngatur kita?" Dictry kembali berucap, akan tetapi ucapannya ini membuat yang lain merasa kesal dengannya

"gimana sih lo Dic, kita semua kan cuma ngontrak, habis itu uang kita cuma cukup buat makan sama bayar kontrakan, emang sih kita bisa nyari pembantu, tapi suatu saat nanti kalau kita pulang ke desa kita, kita gak bawa duit buat orang tua kita di desa,"

"lah, ini kita semua cuma ngontrak. Gue kira kita tinggal di rumah kita sendiri-sendiri?" celotehnya

"ya kalau kita tinggal di rumah kita sendiri-sendiri gak mungkin kita satu atap." Renggra menjelaskan kepada Dictry

"mendingan sekarang lo cuci muka dulu sana Dic, habis itu langsung nyuci piring juga ya, cucian piring lo udah numpuk dari tadi?" setelah itu Rafa menyuruh Dictry untuk cuci wajahnya Dictry sendiri, habis itu juga Rafa tak lupa menyuruh Dictry untuk cuci piring, karna bekas piring kotor yang dari pagi belum di cuci

"besok aja lah Raf, gue ngantuk banget," memberi alasan supaya tidak mencuci piring

"sekarang!" cetus Rafa, ia memaksa temannya itu untuk mencuci piring

"besok" menjawabnya dengan santai

"sekarang Dictry!!" Rafa kembali menyuruh lagi dengan tegas. Pada akhirnya Dictry menuruti Rafa, dan ia langsung menuju ke dapur untuk menyuci piring kotor yang sudah menumpuk dari tadi pagi, sesudah selesai mencuci piring bukannya membersihkan badannya karna ia baru pulang dari tempat kerja, justru Dictry malah langsung tidur begitu saja, dan juga karna badan Dictry bau keringat akibat belum mandi, akhirnya Ilham tak mau tidur dengannya, padahal tadi sudah di atur, Ilham pun memilih untuk tidur di sofa saja supaya terhindar dari bau badan Dictry! Pagi harinya mereka setelah pada bangun tidur mereka langsung mengerjakan kerjaan mereka sendiri-sendiri di kontrakan, dan aku pun mulai membantu mereka membereskan rumah, sesudah selesai beres-beres kami menunggu yang lainnya mandi dengan cara bergantian dengan menonton TV, setelah selesai semuanya mereka berpencar ketempat kerjanya masing-masing, sedangkan aku dan Rafa ke toko swalayan tuk mencari jaket, dan kaos yang sama saat menuju ke toko swalayan kami berdua hanya berjalan kaki kebetulan rumah dan jarak toko swalayan tidak jauh cukup 5 menit dengan jalan kaki sudah sampai, tetapi sebelum sampai dan masih di tengah perjalanan aku melihat sosok perempuan itu yang menolongku waktu itu di sekitar jalanan jaraknya pun berjarak 10 meter dariku, aku terus meratapi perempuan itu sambil berjalan maju ujung-ujungnya aku malah kesandung batu di jalanan, pada akhirnya aku malah di omelin Rafa "kalau jalan lihat-lihat dong Bim?"

"maaf Raf mata gue kerasukan debu" ketika diomelin aku memberinya candaan

"lo mikirin apaan sih sampai kesandung kaya tadi?"

"siapa yang lagi mikir, gue tadi gak sengaja ngeliat cewek cantik, gue malah kesandung batu!" menceritakannya

"hah mana?" Rafa tidak melihat perempuan itu

"tadi lah, sekarang orangnya udah pergi!" Sesudah itu kita berdua terus berjalan sampai tiba di toko swalayan.