Lilly
Saya berdiri di sana, menatap dan tidak bisa mengalihkan pandangan dari wanita berambut pirang bermata hijau yang berdiri di depan pintu rumah saya, yang telah menjadi salah satu sahabat terbaik saya sejak saya masih anak-anak.
"Eve," saya berkata dengan mata terbelalak, tidak bisa bergerak. Rasanya seperti saya membeku, kebahagiaan merayap ke dalam tubuh saya yang dulunya mati rasa, tiba-tiba mengangkat beban dari dada saya.
Senyumnya memukau, dikelilingi oleh bibir merahnya. "Jangan hanya berdiri di sana menatap, peluk aku, kamu!!!" katanya sambil menarik saya ke dalam pelukannya dengan keras sehingga dada saya menabrak dada dia, lengan mengelilingi saya dengan erat.
Menghirup aroma khasnya saat pipi kami menempel, senyum mengambang di wajah saya saat saya memeluknya.
"Saya sangat senang kamu ada di sini, tapi bagaimana?" Saya bertanya dan dia menahan saya dengan lengan panjang untuk melihat saya, senyum khasnya melebar, memperlihatkan gigi putihnya.