Setelah keluar dari saloon bersama Dalilah di sisinya, Carter memandang ke langit malam dan menarik napas dalam-dalam, merasakan udara dingin dan lembab, serta menyadari harumnya hujan dan bumi yang meresap ke paru-parunya.
Awang-awang yang biasanya gelap dengan bintang-bintang bertebaran kini menjadi kanvas kosong berwarna putih. Langit diselimuti awan cumulus tebal yang sarat dengan air hujan. Sudah sejak sebelum permainan kartu dimulai, hujan turun dengan derasnya, membasahi kota kecil Wintershold secara on dan off.
Ia bisa mendengar guruh di kejauhan, dan sesekali melihat kilatan cahaya petir yang menerangi bagian bawah awan, berwarna biru yang brilian.
Ia berpaling ke Dalilah dan berkata, "Hujan akan turun lagi. Kita harus segera sampai ke tujuan."