Rain mendekati Sanya, memperhatikan bagaimana dia gelisah dengan gugup, bibirnya bergetar dan matanya berkaca-kaca meski dia mencoba tersenyum. Tanpa berkata apa-apa, Rain membuka lengannya, "ayo kemari."
Sanya melangkah maju, langsung menerima pelukan itu.
"Aku minta maaf… Aku benar-benar minta maaf…" Sanya menangis, suaranya hampir tidak terdengar.
Rain memeluknya erat, dengan lembut mengusap punggungnya. Cengkeraman Sanya semakin erat seolah-olah takut untuk melepaskan, suaranya bergetar. "Aku merindukanmu, Rain. Aku benar-benar minta maaf atas segalanya."
Hati Rain sakit mendengar emosi mentah dalam kata-kata temannya. Dia berbisik kembali, "Tidak apa-apa, Sanya. Aku sudah memaafkanmu. Tapi aku tidak bisa bohong… Aku kecewa. Sakit rasanya kamu begitu lama baru menghubungiku."