Setengah jam yang lalu, di dalam kamar hitam Moshe.
"Apa yang sedang kamu pikirkan, Bos?" Regius merajuk dengan kesal.
Moshe tersentak keluar dari lamunannya. Dia tidak percaya bahwa dia bisa terganggu pada saat seperti ini — terutama salah satu waktu favoritnya; mendapatkan blowjob dari mainan favoritnya, Regius. Moshe begitu tenggelam dalam pikiran hingga penisnya belum sepenuhnya keras, meskipun mulut Regius telah berada di sana selama dua puluh menit terakhir.
Moshe menundukkan pandangannya untuk mengamati penampilan Regius. Dia tetap tampan seperti biasa, berlutut di antara kaki Moshe dengan punggungnya melengkung, bibir mengilap karena liur dan bengkak akibat usahanya. Semburat kemerahan di wajahnya begitu mempesona dan begitu pula air mata yang berkumpul di sudut matanya.
Sejak pertama kali Moshe menatapnya, dia sudah tahu bahwa dia ingin membuat lelaki ini menangis.
