sudut pandang Jules
Suara rendah menembus pikiranku, merajut di otak hingga aku membuka mata. Awalnya, aku pikir itu semuanya hanya ilusi imajinasiku, namun ketika suara rendah terus bergema di sekitar, aku berguling keluar dari tempat tidur tempatku tidur dan hati-hati beranjak keluar dari kamar. Ketika aku semakin dekat ke pintu, suara-suara itu menjadi lebih keras dan familiar, dan perlahan-lahan, aku membeku di satu tempat, tidak bisa bergerak saat syok dan kebingungan menelan setiap bagian otakku.
Tangan-tangan ku gemetar saat aku mendorong pintu terbuka dan sekaligus, nafas tersengal-sengal keluar dariku saat aku melihat kedua kakakku sedang bertengkar.
Seluruh tubuhku menggigil dan bibirku bergetar.