```
Jantung Mary berdegup kencang saat ia tersandung kata-katanya, "A-Aku rasa aku sudah di dalamnya," Suaranya bergetar saat wajahnya mendekat ke wajahnya.
"Ya, kau memang sudah, tetapi apakah kau bersedia melangkah lebih jauh?" Anton dengan lembut menyentuh pipi Mary, pandangannya tertuju pada bibirnya.
Mary terdiam, dia hanya menatap Anton saat ia lembut mengusap bibir bawahnya dengan ibu jarinya.
"Kehilangan lidahmu?" tanya Anton, namun Mary tetap tidak bersuara. Kewalahan oleh saraf, dia tidak bisa membawa dirinya untuk mengatakan apa pun dan hanya menggeleng sebagai respons.
Wajah Anton berubah menjadi senyum nakal, matanya bersinar dengan sedikit kenakalan. "Biarkan aku menemukannya untukmu," bisiknya dengan penuh rayuan. Tanpa ragu, dia mendekat dan dengan paksa memisahkan bibirnya dengan lidahnya, menyelami mulutnya. Mary mengeluarkan erangan terkejut, menggenggam lengan Anton.