"Kira-kira kucingnya harus aku kasih nama apa ya?" tanya Islinda pada Eli di dalam kereta. Mereka sedang dalam perjalanan kembali ke istana. Kencan itu cukup mengesankan dan dia menikmatinya. Sayangnya, segala hal baik pasti ada akhirnya.
Berbeda dengan pemikirannya sebelumnya, Eli tidak menyakiti kucing itu sama sekali dan hanya mengembalikannya kepada salah satu staf pemilik kios untuk disimpan.
"Namai saja sesuka kamu," ucap Eli tanpa basa-basi.
Tangannya terlipat di dada sementara dia melihat keluar jendela. Islinda sedikit kecewa karena dia tidak membagi antusiasme yang sama terhadap kucing itu, namun, dia tidak menyerah. Suatu hari nanti dia pasti akan menyukainya. Lagi pula, siapa yang tidak akan suka kucing seimut itu?
"Hmmmm," Islinda mengelus dagunya, berpikir serius. Dia melihat ke bawah ke bulu putih megah kucing itu dan satu nama muncul di benaknya.
Dia berkata, "Mungkin, aku harus menamainya Pangeran, dia memang tampak berwibawa."