Chereads / TELAGA BIRU / Chapter 1 - kesempatan berharga.

TELAGA BIRU

🇮🇩WPS20vs_
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 465
    Views
Synopsis

Chapter 1 - kesempatan berharga.

Wanita itu bernama,

Serena Salmaira Fortuna.

hari ini aku ber--status menjadi istri dari suamiku, namanya Rino.

tapi aku mengundurkan diri karna sibuk dengan putri kecilku, bumi.

Rino Raenkai Pratama.

Pria ini adalah suami atau pasanganku yang terhalang restu ayahku sendiri.

walau orang tua pihak suami telah menyepakati aturan dan tanggung jawab.

Hari ini putra kecilku masih sangat kecil, dan karir bisnis hari ini melesat terjual sangat laris karna kelezatannya.

  Aku tinggal bersama ibu dan ayah karna percekcokan pribadi ayah dan suamiku.  

Sedangkan Bumi putra kecilku selalu menampakkan wajah murung tanpa kehadiran Rino, ayahnya.

Sementara itu aku harus membagikan waktu untuk bermain dengan anaknya dan menuntaskan setiap pekerjaan.

Rino, setiap malam selalu menelponku untuk menanyakan kabar dan ia sudah terlalu merindukan anak-Nya.

"Sayang. gimana kabar kamu ?"

Serena fokus memerhatikan iPad yang di biarkannya menjadi bahan tontonan.

Sedangkan Rino suamiku, masih dalam pendiriannya, mengabari dan terus mencemaskanku juga putra kecil kita.

"Kaya biasa. ga ada yang istimewa,"

ujarku, tanpa melihat ke layar iPad.

"Hmm, begitu ya. oh ya besok aku ada acara meet bareng klien, kamu mau ikut bareng aku? untuk mengenal seluruh pekerja disana," katanya begitu semangat.

Rino memanggil istrinya dengan panggilan Salma, sedangkan keluarganya memanggilnya Serena.

Wanita itu mengambil Ipad-nya dan merasakan mata yang sangat memanas.

"Ada apa hmm. kenapa kamu sedih banget hari ini, sayang." senyumnya hangat.

Ya. tatapan itu biasanya sering kali di lihat olehku sepanjang hari.

"A--aku benci, ayah !" kataku tertahankan dan menitikkan air mataku di depan suamiku.

"Hey, jangan gitu ah. mungkin ini yang terbaik untuk kita ---

"Terbaik ? buat apa kalo merasa situasi ini baik kalo aku, dan anak kita pisah dari kamu, noo !" 

Kali ini air matanya turun begitu deras, wanita itu merasa sedang tidak baik baik saja.

.

.

"Serena !!" teriak ibunya dari bawah anak tangga.

Wanita itu mendengus mendengar celotehan ibunya yang memanggilnya.

"Iya mah, kenapa sih teriak teriak !--

noo ? mama manggil, tunggu ya."

kataku senyum dan meletakkan ipadku di kasur menghadap foto pernikahanku dengannya.

  Tersenyum sangat bahagia dan walau 1 orang tidak hadir di sana, siapa lagi kalo bukan Reki, ayahku.

"Iyaa, sayang." respon rino dan memandang ponselnya.

Krk !!

Pintu terbuka dan mengeluarkan kepalaku.

Aku ke mendapati bayiku menangis histeris di gendongan ibu.

"Bumi nangis nih, mama susah ngebujuknya."

sambil menggoyangkan tubuh putraku yang menangis begitu hebat dalam gendongannya.

Aku pun menuruni anak tangga dan mengambil anakku dari gendongan ibu.

"Bumi sayang, kenapa kamu nak ? cup cup cup bunda disini - bunda dateng nih, ututuututu."

kataku mendiamkannya.

Tangisan bumi semakin mengerang luar biasa namun hatiku terasa penuh luka karna 5 bulan aku tidak bertemu dengan suamiku.

Sambil menaiki tangga dan menutup pintu kamarku membawa junior kecil ku.

...

"Rino, bumi nangis terus aku bingung 

ihhh, bantuin ! hikkks hikss ..."

Aku menatap layar iPad dan ternyata Rino mendekatkan kameranya.

"Bumi, anak ayah ? heyy. ayah disini nakk !" tegas Rino dengan matanya berkaca kaca.

lalu pria itu mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan kelemahannya.

"Bodo ahh, aku mau kabur aja !"

sambil meletakkan bumi di kasur yang semakin menangis tidak berhenti.

"Bunda, tolong kasih aku sedikit waktu untuk berbicara sama bumi. kamu jangan emosional di depannya, bayi itu tahu ibunya sedang ga baik baik aja, tenangin diri kamu."

Hiks ... hiks ....

Sambil mengusap air mataku yang terus mengalir.

"Arahin ipadmu, ke bumi."

"Udah ..." lirihku.

Sementara putra kecil itu masih mengerang dan melihat titik fokus pria di depan layar ipadnya.

"Bumi ganteng, anak ayah ! heyy bumi katanya janji sama ayah. jangan apa hayooo? jangan nangis kalo lagi main sama bunda yaa ?"

Sialnya suara suamiku membuat ku tersiksa, aku sangat merindukannya.

Anak berusia hampir 1 tahun itu terdiam dan menyimak suara Rino.

Ya. berhenti menangis secepat itu.

"Rino ayo ngomong lagi, ihh !" kataku pada suami.

"Tuhkan apa aku bilang, nangisnya udah berhenti. kamu sih emosional di depannya." senyum rino membuatku terkekeh sejenak.

"Bumi anak ayah, hmm kapan yaa nanti kita ketemu ? bumi maunya hari apa ?"

Sementara aku hanya terus menangis tanpa suara. mendengar suara yang seharusnya aku dengar di ranjang yang sama dengan suamiku.

Rino terus memberikan perhatian pada junior kecil yang terkikik kecil bersama dengan ayahnya.

"Sayang ?" dia memanggilku.

"Hmm, apa ?" lalu aku menjawabnya.

"Kalo mau tidur. duluan aja, biar aku yang temenin bumi sampai dia tidur."

"Hmm, aku masih mau temenin bumi juga." kataku menyamakan wajahku di layar iPad bersama dengan wajah bumi.

Di layar iPad, aku terus memandangi wajah suamiku yang terasa sesak sekali aku sangat merindukannya.

"Sayang ?" katanya.

"Apa ?" jawabku lirih.

Pria itu mendongak ke atas, sepertinya dia juga merasakan hal yang sama.

"A--aku kangen sama ka-kamu."

ucap Rino dengan suara bergetar.

Aku melihat buliran air mata jatuh di pipinya namu begitu cepat dia hapus dengan tangannya 

"Ga usah nanya itu, aku lebih kangen sama kamu." sambil memaksakan untuk tersenyum, walau itu sulit.

"Kamu bebas lakuin apapun mau kamu, aku gak akan larang."

"Kamu serius, noo ?"

Pria itu mengangguk.

"Tunggu aku noo, kalo ayah ga ada di rumah aku pulang ya ! bilang bi sarti jangan tutup gembok pintu depan."

"Iya sayang. nanti aku sampein sama bibi, kabarin kalo udah dirumah."

Aku mengangguk.

"Aku matiin dulu ya, anak kita udah lelap."

"Mimpi indah, istriku."

sambil melambaikan tangannya.

"Kamu juga, noo." kataku memencet tombol merah.

..

...

TBC.