Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Hujan Misterius: dari Masa yang Hilang

Uigo
--
chs / week
--
NOT RATINGS
345
Views
Synopsis
SMA Ayamasa, terletak di desa terpencil di Prefektur Nagano, awalnya tampak seperti sekolah biasa. Namun, di dalam Kelas C tahun pertama, keanehan yang tidak dapat dijelaskan mulai muncul. Setelah hujan deras yang berlangsung selama sebulan tanpa bencana apapun, para siswa Kelas C mendapati diri mereka tiba-tiba memperoleh kekuatan super. Hujan misterius itu membawa perubahan yang tidak pernah mereka bayangkan—fenomena aneh yang bahkan tak dapat dijelaskan oleh sains. Ryouta Atsumi, seorang siswa biasa, mendapati dirinya bersama teman-teman sekelasnya dihadapkan pada kekuatan baru yang misterius. Kini, Kelas C berada di tengah peristiwa luar biasa yang akan mengubah dunia mereka selamanya. Dengan kekuatan baru ini, mereka harus menghadapi tantangan besar, mempertanyakan dunia yang mereka kenal, dan memutuskan apa yang harus dilakukan dengan kekuatan yang mereka miliki. Apakah mereka akan menjadi pahlawan dalam dunia baru yang terlahir dari fenomena aneh ini, ataukah justru terjebak dalam sebuah permainan kekuatan yang tidak dapat mereka kendalikan? Pertarungan baru dimulai di SMA Ayamasa, di mana batas antara kenyataan dan mitos semakin kabur.
VIEW MORE

Chapter 1 - [1] Bangkitnya Kekuatan di Kelas C

Kelas C kini bukan lagi sekadar kumpulan siswa biasa. Kami adalah pemeran utama dalam dunia baru yang penuh dengan ketidaktahuan. Di tengah ketidakpastian, satu hal yang pasti, hidup kami tidak akan pernah sama lagi.

.....

Wali kelas kami yaitu Haruka Fujimoto-sensei sedang dalam kesulitan.

Dirinya selama waktu yang cukup lama, selalu dimintai keterangan atas apa yang terjadi didalam kelasnya.

Karena sebelumnya Fujimoto-sensei juga berada dikelas, dan saking takutnya dia sampai tidak dapat berbicara hingga hawa kehadirannya menipis.

Barulah setelah fenomena aneh itu menghilang, salah satu siswa mendapati dirinya sedang bersembunyi dikolong meja.

....

"Muncul sebuah cahaya kecil yang membesar lalu duaarr? Berhenti bermain lelucon denganku, Fujimoto-sensei" kata kepala sekolah dengan nada skeptis.

"T-tapi memang begitu yang terjadi, pak! Setelah itu kami semua melayang-layang di udara dan itulah sebabnya mengapa kelasnya jadi berantakan!" Fujimoto-sensei menjawab dengan nada putus asa, wajahnya pucat dan matanya penuh kecemasan.

Kepala sekolah, pak Nakahara, menghela napas panjang. "Fujimoto-sensei, ini bukan pertama kalinya kau datang dengan cerita aneh seperti ini. Namun, saya harus mempertimbangkan semua kemungkinan. Apakah ada saksi lain yang bisa mendukung ceritamu? Setidaknya salah satu dari kelas mu"

Fujimoto-sensei mengangguk dengan cepat. "Ya, seluruh kelas melihatnya! Mereka semua bisa memberi kesaksian tentang apa yang terjadi!"

Kepala Sekolah mengangguk pelan. "Baiklah. Kita akan memanggil beberapa siswa untuk mendengarkan versi mereka, tidak. Kurasa akan lebih baik saya datang langsung ke kelas mu dan kita bicara disana, Namun, saya harap kau memahami betapa sulitnya ini dipercaya."

Fujimoto-sensei menundukkan kepalanya sedikit, merasa malu dan tertekan. "Tentu, pak. Saya mengerti. Tapi tolong, percayalah pada kami. Sesuatu yang aneh benar-benar terjadi."

Kepala Sekolah Nakahara memandangnya dengan tatapan serius. "Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, Fujimoto-sensei. Tapi untuk saat ini, aku butuh kau untuk tetap tenang dan siap memberikan informasi apapun yang bisa membantu, jujur saja. Setelah ledakan cahaya misterius dikelas mu, kabarnya sudah mencapai Pak Direktur. Pak Direktur menekan ku untuk mendapatkan informasi yang jelas terkait peristiwa yang ada hubungannya dengan reputasi sekolah.."

"Ya, pak. Terima kasih," jawab Fujimoto-sensei dengan suara lirih, berharap kebenaran segera terungkap.

....

Beralih pada suasana didalam kelas yang mengalami keributan.

Suasana di dalam kelas Kelas C menjadi semakin kacau. Ketika ketua kelas, Miranda, menemukan kekuatan barunya.

Beberapa siswa mulai bereaksi, termasuk Kazuki yang berdiri tak jauh dari Miranda. Ia menatap tangannya yang kini diselimuti api.

"Ha... Apa ini? Tangan ku mengeluarkan api!" Kazuki berseru, suaranya campuran antara ketakutan dan kekaguman. Api yang berkobar dari tangannya tidak membakar kulitnya, melainkan meliuk-liuk dengan kendali yang tampaknya datang dari dalam dirinya.

Seorang siswa lain, Miki, tiba-tiba mendapati dirinya mampu mengangkat meja tanpa menyentuhnya. "Lihat ini! Aku bisa menggerakkan benda-benda dengan pikiranku!" Ia tertawa, meski sedikit gugup, dan meja itu melayang di udara seolah-olah ditopang oleh kekuatan tak terlihat.

Di sudut kelas, Haruka Fujimoto-sensei, yang masih panik dari interogasi sebelumnya, berusaha menenangkan para siswa. "Semua tenang! Tetap di tempat kalian dan jangan panik!"

Namun, usahanya tampak sia-sia. Para siswa yang lain mulai menyadari bahwa mereka juga memiliki kekuatan baru. Beberapa mulai berlatih mengendalikannya, sementara yang lain masih bingung dan takut.

Seorang siswa, Akemi, tiba-tiba mendapati bahwa ia bisa mengubah bentuk benda dengan sentuhannya. Ia memegang sebuah pensil dan mengubahnya menjadi bunga. "Ini luar biasa! Apa yang sebenarnya terjadi pada kita?" tanyanya dengan mata berbinar.

Miranda, sebagai ketua kelas, berusaha menguasai situasi. "Dengar, semua! Kita harus bekerja sama dan mencari tahu apa yang terjadi. Jangan gunakan kekuatan kalian sembarangan. Kita perlu memikirkan keselamatan semua orang."

Kepala Sekolah. Hiroshi Nakahara, yang mendengar keributan itu, bergegas masuk ke kelas. Ia terkejut melihat para siswa dengan kemampuan baru mereka. "Apa yang terjadi di sini? Fujimoto-sensei, apa yang kau ketahui tentang ini?"

Haruka Fujimoto-sensei menggelengkan kepala, masih berusaha memahami situasinya. "Saya... saya tidak tahu, Pak Nakahara. Semuanya terjadi begitu cepat."

Kepala Sekolah menghela napas dalam-dalam, mencoba mencari cara untuk mengendalikan situasi yang aneh dan menakutkan ini. "Baiklah, kita perlu menenangkan semua orang dan mencari tahu apa penyebabnya. Fujimoto-sensei, tolong bawa siswa-siswa ini ke aula utama. Pak Direktur ingin memberikan tinjauannya."

Miranda mengangguk, mengambil alih sebagai pemimpin. "Baiklah, teman-teman. Mari kita ikuti instruksi Kepala Sekolah dan Fujimoto-sensei. Kita harus mencari tahu lagi tentang apa yang sedang terjadi.."

Alih-alih mengikuti perintah, ada beberapa kelompok yang menentangnya, mereka dikenal sebagai preman kelas yang susah untuk diatur.

Dia melangkah maju dengan seringai diwajahnya "Tch, apa yang sedaritadi kau ocehkan? Bukankah kita sudah jelas mendapatkan suatu kekuatan.. suara itu bilang tentang Dunia Baru.. maksudku, bukankah kita ditunjuk sebagai messiah? Ahahah, bercanda.."

Adalah Takeshi Yamamoto, Seorang siswa yang sering membuat masalah dan suka menantang aturan. Meskipun begitu, ia memiliki loyalitas tinggi terhadap teman-temannya. ya, hanya teman-teman yang berada disekitarnya.

Miranda, dengan nada tegas dan penuh tanggung jawab berkata "Takeshi-kun!! Jangan coba-coba untuk melakukan hal konyol, ikut dan lakukan saja seperti yang Bu Guru perintahkan.."

Takeshi menatap Miranda dengan tajam, ketidaksukaannya jelas terlihat di matanya.

"Aku tidak suka ini, kau selalu berlagak sok berdiri tinggi sendiri, daritadi aku memikirkan bagaimana jika ini adalah sebuah takdir?"

Miranda mengerutkan kening, kebingungan dan ketidakpastian mengisi suaranya. "Takdir? Takdir apa yang kau maksud?"

Tanpa peringatan, sebuah tombak perak tiba-tiba muncul di tangan Takeshi, mengarah langsung ke Miranda. "Takdir bahwa kau akan terluka di tanganku..."

Suasana di kelas langsung tegang. Semua mata tertuju pada Takeshi dan Miranda.

Melihat kejadian yang mengerikan ini, dengan suaranya yang tegas dan keras, pak Kepala Sekolah melangkah ke arah mereka dan langsung berteriak, memisahkan keduanya.

"HENTIKAN!! Kalian berdua tenanglah, apa yang baru saja terjadi hari ini adalah sebuah fenomena aneh yang tidak dapat dijelaskan, setidaknya tepat setelah hujan misterius yang selama ini terjadi kini sudah menghilang.."

Itu benar, tepat setelah fenomena aneh yang menimpa kelas C terjadi, banyak yang tidak sadar bahwa Hujan misterius yang selama ini menghujani jepang kini sudah menghilang.

Takeshi melihat kearah kepala sekolah dengan sorot mata yang tajam, "...baiklah, aku setidaknya unggul diantara kesemua yang ada disini." Pun menonaktifkan kekuatannya yang dapat menciptakan perak dan membentuknya menjadi senjata apapun.

"Ayo. Daichi, Kazami.."

"..."

Mereka bertiga keluar dari ruangan kelas dan berjalan menuju ke arah aula utama dengan Takeshi Yamamoto sebagai pemimpin.

...

Setelah keributan mereda, Pak Nakahara, kepala sekolah, berdiri dengan wajah yang serius, tampak sedang memikirkan sesuatu. "Ini aneh. Dengan keributan barusan, seharusnya polisi-polisi yang menjaga di lapangan akan meresponnya dan sudah ada di kelas ini. Tapi mengapa mereka tidak melakukannya? Seakan tak terjadi apa-apa."

Mendengar suara Pak Nakahara, seorang siswi tiba-tiba mengangkat tangannya. "A... Aku Mio Akiyama," katanya dengan suara gemetar namun tegas. "Kemampuan ku dapat meredam suara hingga pada titik nol desibel. Suara yang keras sangat mengganggu, jadi aku hanya meminimalisir terjadinya keributan lagi karena polisi pasti akan merepotkan."

Pak Nakahara menatap Mio dengan penuh perhatian. Seorang gadis pemalu dengan biola kesayangannya yang memiliki kemampuan meredam suara, Mio Akiyama tampaknya memiliki kekuatan yang sesuai dengan dirinya. "Baiklah, Mio-san," katanya dengan anggukan, "itu menjelaskan kenapa tidak ada yang datang. Tapi, kuharap kau harus berhati-hati dengan ini. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau siapa yang menginginkan untuk memiliki kemampuan aneh ini."

Mio mengangguk pelan, merasa sedikit lega telah menjelaskan situasinya.

Merasa situasi sudah kembali tenang, ini saatnya Pak Kepala Sekolah untuk mengajak semua siswa dan siswi kelas C untuk segera menuju ke aula utama.

"Baiklah semuanya, mari ikut aku ke aula utama, disana akan ada Pak Direktur yang akan memberikan penjelasan terkait fenomena aneh yang kalian alami.."

"Ayo semuanya, ibu yakin pasti kalian akan baik-baik saja!" Kata Fujimoto-sensei yang suaranya bahkan tidak dihiraukan karena semua murid sudah berjalan keluar menuju ke aula utama bersama kepala sekolah.

...

Tetapi, dikala semuanya sudah pergi menuju aula, Fujimoto-sensei melihat diriku yang terdiam berdiri seakan aku sedang memikirkan sesuatu yang membuatku kecewa terhadap sesuatu.