Super Freelance :: Markas dan Anggota Baru.
Di suatu pagi yang tenang, aroma kopi hitam dan nasi bungkus memenuhi udara kedai kopi Senja.
Bima duduk santai sambil menyeruput es teh manis jumbo, sementara Brata dengan tenang menikmati kopi hitamnya. Sarapan itu terasa sempurna, setidaknya bagi Bima.
"Brata, kamu pernah iri nggak sih sama kucing-kucing liar itu?" tanya Bima tiba-tiba.
Brata hanya melirik tanpa mengangkat alis.
"Iri sama kucing? Kenapa?"
Bima mengangkat sendoknya, semangat.
"Mereka punya markas, Brata!"
"Yaa meskipun hanya gedung terbengkalai sih, tapi mereka tetap punya tempat buat ngumpul, berstrategi... Kamu ingat kan?" *Super Freelance :: Kucing Hitam Misterius*
"Agensi kita, Super Freelance, bakal jauh lebih keren kalau kita punya markas sendiri!" Ucap Bima yang terlalu bersemangat sampai tersedak makanannya.
Brata tersenyum kecil.
"Markas? Kamu mau bangun kantor, paling kebanyakan buat bersantai?"
"Tentu saja nggak!" Bima tertawa, meski sedikit gugup dengan jawaban Brata yang setengahnya benar.
"Maksudku, kita bakal lebih produktif kalau ada tempat yang bener buat mikir.. Masa markas kita numpang terus di kedai kopi... Yaa, kurang keren lah!"
Saat percakapan mereka mulai mereda, Pak Joko datang menyodorkan pesanan tambahan teh manis jumbo lagi untuk Bima dan air putih untuk Brata. Lelaki tua itu tampak santai, tapi dari caranya mendekat, tampak jelas bahwa dia mendengar semua.
"Kalian lagi ngomongin markas ya?" tanya Pak Joko dengan senyum misterius yang biasanya hanya muncul kalau dia punya ide besar.
Bima menatap penuh harap.
"Iya, Pak Joko, ada ide bagus?"
Pak Joko mengangguk pelan, lalu dengan santai berkata.
"Di belakang kedai ini ada gudang tua. Nggak kepake, kotor sih,. tapi kalau kalian mau, bisa dijadiin markas."
Bima langsung loncat dari kursinya. "Beneran, Pak?!"
Brata lebih tenang, meski matanya menyipit penuh pertanyaan.
"Bagaimana dengan sewanya, Pak Joko?"
Pak Joko hanya tersenyum santai.
"Nggak usah bayar.. Tapi, kalau bisa bantu-bantu jaga kedai ini yaa.. Kalau saya harus keluar kota sewaktu-waktu, siapa yang mau jagain kedai?"
Bima langsung melompat, nyaris membuat es teh manisnya tumpah.
"Setuju! Serahkan pada kami pak Joko, semua pasti aman.. Hehe"
***
Bima dan Brata mengikuti Pak Joko menuju gudang di belakang kedai. Ketika pintu tua itu dibuka, debu beterbangan. Isinya... yah, seperti yang diduga. Barang-barang usang, meja kayu yang patah, beberapa kotak misterius yang tertutup kain putih penuh debu.
"Nah, bersihin aja dulu. Gunakan apa yang ada di sini kalau mau. Cuma butuh sedikit sentuhan ajaib pak tukang." Pak Joko tersenyum, lalu meninggalkan mereka untuk kembali ke kedai.
Bima menghela napas panjang, lalu meraih sapu.
"Yuk kita bersihin! Hari ini kita resmikan markas Super Freelance!"
Brata memulai dengan memisahkan barang-barang yang masih berguna dari yang tidak, sementara Bima berjuang memperbaiki dinding yang bolong. Tak lama kemudian, suara keras terdengar.
Tentu saja, dalam proses itu Bima lebih banyak memalu jarinya, daripada paku.
"Aduh, kena palu lagi! Kenapa palunya selalu kena jari terus!" teriak Bima sambil menggoyang-goyangkan jarinya yang merah terkena palu.
Brata hanya menggeleng, sambil terkikik pelan.
"Aku rasa dinding itu lebih kasihan sama jarimu, daripada paku yang kamu palu" Ucap Brata dengan senyum usil nya.
Meskipun ada beberapa insiden kecil, perlahan-lahan gudang itu mulai terlihat layak. Setelah bekerja seharian, matahari mulai tenggelam, dan markas mereka mulai tampak seperti tempat yang benar-benar bisa digunakan.
"Kita berhasil, Brata!" seru Bima dengan semangat.
"Markas ini akan menjadi pusat dari semua aksi kita!"
Malam itu, mereka pergi mengambil barang-barang mereka. Bima hanya membawa tas punggung kecil, yang tak lebih besar dari perlengkapan kemping, sedangkan Brata datang dengan mobil box penuh barang.
Brata melihat ke arah tas Bima dan mengernyit.
"Itu aja?"
Bima mengangkat bahu.
"Yah, sejak kecil aku hidup sederhana Brat.. Kakekku meninggal setelah aku lulus sekolah SMA. Sejak itu aku lebih banyak berkelana, nggak suka repotin saudara lainnya.."
Brata tersenyum lembut.
"Kamu orang yang bebas, Bim."
Saat mereka selesai menata barang-barang, Brata yang sedari tadi merasakan ada yang memperhatikan mereka. Dia menggunakan kemampuan Soca Aura-nya, dan melihat ada aura gelap yang bersembunyi di sudut ruangan.
"Sepertinya ada yang sedang memata-matai kita Bim.." Bisik Brata pelan.
Bima, yang sudah merasakannya juga, dengan santai berteriak.
"Hei, aku tahu kamu di situ! Keluar aja, nggak perlu sembunyi!"
Aura hitam tipis berkumpul, dan perlahan-lahan, siluman kucing hitam muncul. Dengan suara pelan, dia berkata,.
"Maaf,. Aku cuma ingin ikut dengan kalian.. Aku nggak akan mengganggu, sungguh!"
Bima tersenyum lebar.
"Nggak masalah, ayo gabung aja.. Semakin ramai, semakin seru!"
Brata yang penasaran bertanya,
"Siapa namamu?"
Siluman itu menundukkan kepala, malu karena belum terbiasa perlakuan baik manusia kepadanya.
"Aku... tidak punya nama."
Setelah berdiskusi sejenak, Bima berkata,.
"Gimana kalau TamTam? Dari akhiran kata 'Hitam'. Kedengerannya imut kan?"
Siluman kucing itu mengangguk pelan, tersenyum.
"TamTam... aku suka!"
Malam itu, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan, untuk memperingati markas baru mereka dan penyambutan anggota baru. TamTam tampak senang bergabung, meski tetap kaku mencoba membiasakan diri dengan Bima dan Brata.
Dari kejauhan, di sudut kedai kopi Senja, Sosok Lelaki Tua misterius dengan pakaian serba putih memperhatikan mereka bertiga.
Pak Joko mendekati sosok Lelaki Tua misterius, dengan membawa secangkir kopi hitam.
"Bagaimana menurut anda tentang mereka?" tanya pak Joko sambil tersenyum.
"Tempat ini akan semakin ramai, sepertinya.. " Sahutnya sambil tersenyum dengan penuh misteri.
---
Pengenalan Character dari Novel Super Freelance ::
★ Bima ★
★ Nama lengkap :: Bima Sakti
★ Usia :: 19 Tahun
★ Pekerjaan :: Super Freelance
★ Kepribadian :: Ceria, Optimis, Humoris & Spontan.
★ Kemampuan :: Seorang Ahli Bela Diri, belajar dari kakeknya.
★ Penampilan :: Rambut hitam acak-acakan, Tinggi sedang, Tubuh atletis karena sering berolahraga & Sering memakai kaos warna merah.
★ Latar Belakang ★
Bima adalah pria muda yang tumbuh dengan kepribadian penuh semangat dan positif, meski hidupnya tidak selalu berjalan mulus.
Dia sering mengalami nasib buruk dalam kehidupan sehari-harinya, dari kehilangan pekerjaan hingga masalah-masalah kecil yang mengganggu hari-harinya.
Namun, kutukan nasib buruk ini tidak pernah membuatnya patah semangat. Di masa kecilnya, Bima sangat dekat dengan kakeknya yang mengajarkan dasar-dasar bela diri untuk melatih fisik dan mental serta bisa melindungi dirinya. Hal ini menjadi modal Bima dalam menghadapi berbagai rintangan di kemudian hari.
Sifat humoris dan cerianya sering kali menjadi sumber kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya, terutama Brata, sahabatnya.
Bima tidak suka terlalu memikirkan hal-hal yang membuat stres, sehingga dia selalu berusaha mencari cara untuk menikmati hidup, meskipun banyak hal tidak berjalan sesuai rencananya.
Meskipun ia tampak santai, di balik itu semua, Bima memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap sahabatnya.
---
★ Brata ★
★ Nama lengkap :: Brata Wijaya
★ Usia :: 20 Tahun
★ Pekerjaan :: Super Freelance
★ Kepribadian :: Tenang, Cerdas, Bijaksana & Analitis.
★Kemampuan :: *Soca Aura* – Kemampuan melihat dan merasakan aura dari sebuah individu makhluk.
★ Penampilan :: Rambut putih panjang dikuncir, Wajah serius dengan sorot mata tajam, Tubuh sedang namun tegap, Berkacamata & Sering menggunakan kemeja warna putih.
★ Latar Belakang ★
Brata merupakan sahabat Bima. Meski sifatnya bertolak belakang dengan Bima, mereka selalu saling melengkapi.
Brata adalah orang yang cenderung lebih pendiam, logis, dan analitis. Dia lebih suka mengamati daripada langsung terlibat dalam suatu situasi.
Kemampuan *Soca Aura* yang ia miliki memungkinkan dia untuk melihat dan merasakan aura setiap individu makhluk di sekitarnya.
Keistimewaan ini sering memberinya wawasan lebih tentang niat dan perasaan seseorang, meskipun dia jarang membicarakannya secara terbuka.
Brata adalah pemuda yang multi talenta, mampu beradaptasi dan menyelesaikan masalah dengan cepat dan efisien. Dengan kepribadian yang tenang, membuatnya mampu berpikir dengan lebih bijaksana. Dia memiliki penglihatan yang tajam dan teliti, baik dalam melihat segala sesuatu.
---
★ Pak Joko ★
★ Nama lengkap :: Joko Raharjo
★ Usia :: 60 tahun
★ Pekerjaan :: Pemilik dan Pengelola Kedai Kopi Senja
★ Kepribadian :: Ramah, Bijaksana, Penuh Pengalaman & Tenang.
★ Kemampuan :: Pengetahuan mendalam tentang hal-hal supranatural dan tradisi mistik lokal.
★ Penampilan :: Pria tua dengan rambut beruban, Selalu mengenakan pakaian santai dan bersahaja & Hobby merawat tanaman di kedainya.
★ Latar Belakang★
Pak Joko adalah sosok pria tua yang dikenal oleh para pelanggan Kedai Kopi Senja sebagai pemilik kedai yang ramah dan penuh perhatian. Dia selalu ada untuk mendengarkan cerita-cerita dari pelanggan yang mampir, dan sering memberikan nasihat bijak berdasarkan pengalamannya hidup. Tidak banyak yang tahu tentang latar belakangnya yang sebenarnya, namun Pak Joko adalah seorang yang sangat paham tentang dunia supernatural.
Kedai Kopi Senja yang ia kelola seolah menjadi titik temu antara dunia nyata dan dunia gaib. Ada hal-hal misterius yang kerap terjadi di sana, tetapi Pak Joko tampaknya selalu tahu cara mengatasinya. Dia memiliki pengetahuan mendalam tentang mistik dan tradisi kuno, yang mungkin didapat dari perjalanan hidupnya yang panjang.
---
★ Sosok Lelaki Tua Misterius ★
★ Nama :: Tidak diketahui
★ Usia :: Tidak diketahui (diperkirakan sangat tua)
★ Kepribadian :: Penuh teka-teki, Misterius & Tenang namun berwibawa.
★ Kemampuan :: Memiliki kekuatan Supranatural yang kuat & Misterius.
★ Penampilan :: Pria tua dengan rambut putih panjang, berpakaian serba putih yang mencolok, matanya memancarkan kesan bijaksana dan mendalam
★ Latar Belakang ★
Sosok lelaki tua misterius ini sering terlihat di Kedai Kopi Senja, muncul tiba-tiba dan menghilang dengan cara yang tidak dapat dijelaskan. Ia memiliki aura yang kuat, membuat orang-orang yang melihatnya merasa tegang meskipun ia tidak menunjukkan ancaman secara langsung. Ada kesan bahwa lelaki tua ini telah hidup sangat lama dan memiliki hubungan yang dalam dengan dunia mistis.
Ia sering diam dan mengamati, jarang berbicara, namun ketika ia mengucapkan sesuatu, kata-katanya selalu penuh makna dan bisa menjadi petunjuk atau peringatan bagi yang mendengarnya. Keberadaannya di kedai tersebut membawa rasa misteri yang dalam, seolah-olah ia adalah penjaga atau entitas yang terikat dengan tempat itu.
---
Terima kasih, sudah membaca sampai selesai yaa Guys..
Tungguin, Bab Selanjutnya,.
Super Freelance :: Main Yuk!