Kita lahir terlalu telat untuk menjelajahi bumi dan lahir terlalu cepat untuk menjelajahi luar angkasa. Tetapi, kita berada di masa yang tepat untuk bisa melakukan semuanya, dengan Virtual Reality.Tahun 20XX, adalah tahun yang begitu pesat bagi perkembangan teknologi. Dunia telah berubah sepenuhnya, dalam cara yang tak terpikirkan, terutama mengenai cara manusia dalam menghibur diri mereka sendiri di tengah rutinitas yang tiada henti. Game, sebuah kreasi epik, mahakarya dari umat manusia yang memberikan mereka cukup kebahagiaan hanya dengan berdiam diri atau sekedar menonton melewati mata saja. Berkat penemuan virtual reality atau VR kini device berupa PC atau konsol tidak lagi dilirik, digantikan sepenuhnya oleh VR yang dapat menghadirkan pengalaman unik, akan sensasi kenyataan sehingga sulit untuk membedakan antara realita atau sekedar game saja.Semua berawal sekitar satu dekade sebelumnya, ketika para ilmuwan dan insinyur terkemuka di seluruh dunia bersatu untuk memecahkan misteri tentang bagaimana otak manusia merasakan realitas. Neural Cloud, adalah apa yang berhasil mereka temukan, sebuah teknologi yang pada mulanya digunakan dalam bidang medis untuk membantu pasien lumpuh dapat mengembalikan fungsi syarafnya melalui game, kini dipergunakan secara umum. Para pengembang game dengan cepat menyadari potensi besar dari teknologi ini. Neuro Loader tercipta dari itu, di mana teknologi ini mampu mengupload sistem saraf otak kepada device VR dan memungkinkan pemain untuk merasa, melihat, mendengar, bahkan mencium segala sesuatu di dunia game layaknya di dunia nyata.Berkat Neuro Loader, setiap developer game berlomba-lomba menciptakan game yang tidak lagi terikat kepada dunia maya. Sebuah perusahaan bernama Dream Catcher menjadi pionir di bidang ini dengan meluncurkan game pertama mereka, "Earthopia", sebuah dunia virtual yang sangat luas di mana pemain bisa menjalani hidup kedua mereka. Earthopia membawakan pengalaman kepada para playernya untuk menjelajahi bumi. Dalam artian, mereka menciptakan bumi dengan ukuran nyata pada game tersebut dan membebaskan setiap player menjelajahinya dengan tanpa batasan apapun. Para player dapat mewujudkan keinginan mereka dari memanjat gunung Everest, menyelam di kedalaman lautan Karibia, atau bahkan terbang di antara pegunungan indah Austria tanpa perlu mengunjungi tempat pada dunia aslinya.Maka semenjak itu perkataan bahwa, 'terlalu telat untuk menjelajahi bumi' telah dapat dipatahkan berkat kehadiran VR. Dunia baru tersebut menawarkan kebebasan tanpa batas apapun. Pemain dapat merasakan angin yang menyapu wajah mereka saat berkuda, bisa merasakan denyut jantung mereka saat berlari sekuat tenaga, atau menikmati kebahagiaan seolah nyata saat mengadakan api unggun bersama teman-teman virtual mereka di dalam game. Bahkan rasa sakit, kelelahan, dan emosi seperti ketakutan atau kebahagiaan dibuat sedemikian nyata melalui stimulasi neural, memberikan pengalaman yang tidak tergantikan.Meski di balik penemuan itu, muncul pertanyaan besar di baliknya. Di manakah batas antara dunia nyata dan maya? Para pemain yang menghabiskan banyak waktu di dalam dunia game mulai kehilangan pemahaman tentang perbedaan antara realitas dan virtualitas. Dalam Earthopia, hidup mereka terasa lebih menyenangkan, lebih penuh petualangan, lebih intens, dan lebih bermakna. Beberapa orang mulai lebih sering memilih untuk tinggal dalam dunia game daripada menghadapi tantangan dan kenyataan hidup di dunia nyata. Seperti halnya yang dirasakan oleh diriku."Seperti yang kamu harapkan dari Earthopia, bahkan aku bisa merasakan lagi rasanya camping di usia ke 30an ku ini."Pada gelapnya hutan penuh pepohonan rindang, aku duduk sembari menikmati suasana sekitar yang begitu tenang. Di sekitar terdapat orang-orang lain yang tengah melakukan hal yang sama dengan tenda-tenda yang berdiri, duduk mengitari perapian. Beberapa ada yang tengah memanggang marshmallow, memainkan gitarnya, atau sekedar duduk memandangi langit penuh bintang di atas sana."Ya... betapa gilanya perkembangan VR, sampai bisa ke tahap ini."Api unggun berkedip-kedip di hadapan kami mulai berkedip-kedip, suara gesekan kayu dan gelegar suara percik api menjadi latar belakang diskusi kami. Di sekelilingku ada empat wajah akrab, masing-masing terbalut dalam cahaya oranye hangat yang membungkus kenangan kami. Kami baru saja selesai menjelajahi gunung Appalachia yang merupakan pegunungan paling tua di bumi."Padahal kita dulu main game di PC dan konsol. Aku masih ingat harus berulang-kali mengisi ulang baterai controllerku yang habis saat bermain berjam-jam di hadapan televisi." Kata Lois tersenyum nostalgia menirukan gerakan tangannya ketika memainkan alat tersebut."Benar, belum lagi harus melawan lag. Tapi sekarang? Bahkan kita bisa merasakan suasana hutan ini seakan-akan memang betulan ada di sana. Tanpa lag, tanpa gangguan, dan tanpa batasan." Sahut Aleksei sambil menyenderkan punggung pada pohon besar di belakangnya."Ya, waktu memang berlalu begitu cepat tanpa kita sadari kawan."Aku mengangguk, merasakan beratnya waktu yang berlalu. Kami merupakan kawan yang saling mengenal saat bermain game online dahulu, selalu bersama hingga kini telah menginjak usia tiga puluhan. Kami berasal dari tempat yang berbeda-beda dari penjuru dunia, seperti Lois dari Amerika, Aleksei dari Rusia, Dani yang tengah memainkan gitar dari Indonesia, Jahari yang tengah menghangatkan diri dari Senegal, dan diriku. Beberapa dari kami telah memiliki keluarga, pekerjaan yang menumpuk, dan berbagai tanggung jawab yang perlu diselesaikan. Hingga akhirnya di tengah hutan ini, semua itu terasa jauh. Kami merasa remaja kembali, meskipun dengan tubuh yang lebih berisi dan pikiran yang lebih rumit."Omong-omong, mengenai game yang lagi ramai—"Bara api melalap kayu sepenuhnya hingga memunculkan suara retakan yang cukup keras, menghentikan diriku dari omongan. Begitu kumemandang pada mereka berempat nampak ekspresi lelah terpancar sepenuhnya di wajah. Beberapa dari mereka bahkan telah membuka command memunculkan menu di depan."Game apa itu?" balas Jahari yang mungkin merasa tidak enak karena aku berhenti berucap di tengah jalan."Oh, ya— mengenai game penjelajahan luar angkasa. Banyak yang bilang kalau gamenya jauh lebih inovatif dan jauh lebih bagus dibandingkan Earthopia."Dani menggeleng, ragu mengenai penjelasanku sembari berkata, "Kudengar gamenya sulit, terlalu hardcore dengan sistem penuh rumitnya. Kayanya, aku pass deh.""Sama, diriku yang dulu pasti bakal semangat coba menantangnya, tapi sekarang, siapa yang punya waktu senggang buat belajar game baru? Kita sudah cukup sibuk dengan kehidupan sendiri." Sahut Lois menyeringai."Sepertinya, aku sampai di sini dulu untuk malam ini. Istriku telah memanggil." Di sisi lain Aleksei segera membuka menu sembari mengucapkan perpisahan.Hatiku terasa sedikit tertekan, padahal aku sangat menantikan saat-saat di mana mungkin saja kita bisa berpetualang kembali pada game baru tersebut. Tetapi dari alurnya, ini seolah tengah mengalir pada sebuah perpisahan yang terakhir."Aku pun sama. Kayanya ini juga terakhir kalinya aku bermain." Kata Dani, memandang diriku."Ya, aku harus segera mencari pekerjaan, tidak bisa terus-terusan berdiam di rumah." Lois ikut berdiri sembari memunculkan menu."Jaga dirimu, jangan terlalu terfokus pada dunia ini. Kamu perlu menghidupi dirimu di dunia nyata juga, Reus." Tambah Jahari, senyuman yang ditunjukkan seakan memberi kesedihan mendalam."Kalian... baiklah. Semoga kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti."Saat mereka satu per satu berpamitan, hatiku semakin berat. Momen-momen ini terasa seperti akhir dari sebuah era. Mereka pergi, meninggalkanku dengan bara api unggun yang mulai padam dan kesadaran bahwa game mungkin tidak akan sama tanpa kehadiran mereka.Dengan bunyi logout terdengar di penjuru sekitar, mereka telah keluar dari dunia Earthopia untuk kembali pada dunia nyata mereka. Sementara diriku duduk terdiam, merenungkan kata-kata mereka. Menghidupi diri. Itu kata yang bergetar di benakku. Dalam kepedihan perpisahan ini, aku menyadari bahwa hidup tak bisa hanya diisi dengan kehidupan yang ditawarkan oleh game. Aku pun harus merasakan kehidupan untuk diriku, Reus, di dunia nyata.'Tetapi bagaimana caranya?'xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxMembuka perangkat VR dari kepala, aku menjumpai langit-langit kamar begitu gelap di atas sana. Terdiam sejenak memikirkan mengenai perkataan yang terlontar dari kawan-kawanku, yang kini telah memutuskan untuk berhenti bermain game sepenuhnya. Setelah hampir satu dekade lebih kami bersama, berpetualang, bersendau gurau, bahkan saling mengenal satu sama lain yang berasal dari negara berbeda-beda... kini harus berpisah dikarenakan kehidupan nyata."Mereka telah menyerah, menyerah pada kesukaannya. Berbeda denganku."Sedangkan diriku, bagi seorang Reus, game adalah separuh dari hidupnya. Sudah sejak kecil aku menggemari dunia tersebut, di mana diriku bisa merasakan kebahagiaan, merasakan kebebasan tanpa bisa terkekang oleh sesuatu yang dinamakan sebagai kenyataan. Di sana, aku bisa merasa bahwa diriku bisa menjadi apapun apabila berusaha dengan keras. Berbeda dibanding kenyataan, tidak semua kerja keras, tidak semua perjuangan menemui akhir yang bahagia. Seperti kehidupan yang tengah kujalani sekarang."Lagi-lagi tagihan listrik menaik, bahkan air juga?! Padahal aku jarang pakai air. Kemudian apa? Mereka mau menetapkan pajak bagi pekerja sampingan?! Sial!" duduk pada kursi kecil, aku terus menerus mengucapkan sumpah serapah saat membaca berita yang muncul dari balik layar tablet.Terlalu banyak kewajiban yang harus kupenuhi sebagai seorang manusia dalam dunia nyata ini. Pada dunia yang berjalan begitu cepatnya, jika terhenti atau terjegal sekali saja, maka akan selamanya jatuh dalam kubangan lumpur tanpa bisa kembali berdiri atau mengharapkan pertolongan dari siapapun.'Kapan terakhir kali aku menghubungi ortuku coba. Hah, sebaiknya jangan, mereka hanya akan sedih saat menjumpai anak lelakinya ini menjadi seorang pecundang yang tak memiliki pekerjaan tetap.'Beruntunglah aku memiliki pelarian, sebuah tempat di mana diriku bisa merasakan nyaman serta bahagia dari lingkaran ouroboros tersebut. Hari ini adalah hari yang begitu kutunggu, telah kunantikan kehadirannya bertahun-tahun lalu sejak dari trailer pertama kalinya rilis pada publik. Gebrakan besar muncul, sesuatu yang tak terkira oleh para gamer di seluruh penjuru dunia, yaitu developer yang mengembangkan Neuro Loader yaitu Nostradams menciptakan game tersendiri untuk mengimbangi Dream Catcher."Lost;Singularity."Lost;Singularity telah menjadi fenomena terbesar dalam sejarah game, membawa para pemain ke dunia baru yang penuh dengan misteri dan penjelajahan. Game bertema luar angkasa ini bukan sekadar game biasa sebab menghadirkan simulasi bertahan hidup serta eksplorasi pada dunia virtual yang begitu luas dan tak terhingga. Konsep yang sebelumnya pernah dicoba oleh beberapa game di masa lalu ini kini diangkat kembali, berupa space exploration penuh kebebasan absolut, menyajikan puluhan ribu planet yang dapat dijelajahi, ribuan bintang yang berkilauan di angkasa, dan ratusan galaksi yang masing-masing memiliki karakteristik unik, misteri, serta perjalanan menantang. Setiap sudut alam semesta di dalam Lost;Singularity didesain sedemikian rupa agar para pemain merasa seolah-olah benar-benar sedang berada di tengah jagat raya, dengan pemandangan kosmik yang menakjubkan, badai asteroid yang berbahaya, dan peradaban alien kuno yang memikat.Hanya dalam kurun waktu seminggu setelah dirilis, game ini telah terjual lebih dari 100 juta kopi di seluruh dunia. Puluhan juta pemain terhubung ke server setiap jamnya, membuat angka pemain aktif yang luar biasa. Hal ini menunjukkan betapa besar dampak dari kehadiran Lost;Singularity pada dunia gaming, menjadikannya game terbaik untuk sekarang.Apa yang membuat Lost;Singularity berbeda dari game VR lain adalah kebebasan penuh yang diberikan kepada para pemain. Tidak ada sistem class, tidak ada sistem micro-transaction, dan tak ada perlengkapan unik sama sekali. Pemain memulai segalanya dengan kapal luar angkasa kecil dan perlengkapan minimal setelah menyelesaikan tutorial. Diharuskan menjelajahi alam semesta untuk mencari sumber daya, menemukan blueprint, demi mengembangkan kemampuan crafting mereka untuk menciptakan peralatan yang lebih canggih.Sistem crafting dalam game inilah yang menjadi terobosan terkemuka. Terdapat jutaan item yang dapat dibuat berdasarkan kebutuhan dan keinginan pemain, mulai dari peralatan dasar seperti pakaian antariksa yang kuat hingga kapal luar angkasa besar yang dilengkapi dengan teknologi canggih. Tetapi, untuk bisa menciptakan setiap item, pemain harus menemukan blueprint atau skema pembuatannya. Blueprint ini tersebar di seluruh alam semesta, tersembunyi di berbagai planet yang hanya bisa ditemukan melalui eksplorasi. Setiap planet dalam game memiliki atmosfer dan ekosistem unik, dari planet yang dipenuhi flora alien, hingga dunia yang terbakar oleh lava dan lautan gas beracun.Menariknya, Lost;Singularity tidak mengarahkan pemainnya pada jalur cerita linear. Tidak ada alur yang mengharuskan pemain mengikuti misi tertentu. Semua yang ada di alam semesta ini ada untuk dijelajahi, dimanfaatkan, atau bahkan ditaklukkan. Kebebasan yang diberikan membuat setiap pemain memiliki pengalaman bermain yang berbeda. Ada yang memilih untuk menjadi penjelajah antariksa, menemukan planet baru dan mengungkap rahasia peradaban kuno. Ada juga yang lebih suka menjadi pedagang antar galaksi, memanfaatkan jaringan perdagangan untuk mendapatkan sumber daya yang berharga. Beberapa bahkan berfokus pada peperangan, membentuk aliansi besar dan bertempur melawan pemain lain dalam konflik epik antar galaksi."Hai semua! Balik lagi dengan Cooper, si Anak Angkasa. Kali ini, kita bakal coba buat nemuin salah satu blueprint yang unik nih. Kemarin aku dapat infonya dari Galahar, katanya blueprint-nya ada di Planet Yuktova-68y. Meski agak jauh dari posisi kita sekarang, kita coba aja! Soalnya—" sembari menyaksikan streaming, aku terus memutar penjelasan mengenai game tersebut melalui Holovision yang ada di ruangan.Yang tengah kutonton di tablet merupakan, Cooper, seorang streamer populer dengan jutaan pengikut kini tengah berusaha menemukan salah satu blueprint paling langka yang ditemukan baru-baru ini yaitu Cosmis Drive, sebuah teknologi yang memungkinkan kapal luar angkasanya melakukan perjalanan antar dimensi. Penemuannya memicu gelombang eksplorasi masif oleh pemain lain yang ingin mengikuti jejaknya, berburu blueprint serupa untuk meningkatkan kemampuan mereka.Dengan begitu banyaknya hal yang bisa dilakukan dan eksplorasi yang tak pernah berakhir, Lost;Singularity telah mengaburkan batas antara game dan kenyataan. Pemain tenggelam dalam dunia di mana hukum kenyataan tidak selalu berlaku, dan setiap keputusan membawa dampak besar pada perjalanan mereka di semesta. Game ini adalah perwujudan impian setiap pecinta penjelajahan luar angkasa yaitu sebuah alam semesta tanpa akhir, penuh misteri yang menunggu untuk diungkap, di mana hanya imajinasi yang menjadi batas.Puluhan juta pemain di seluruh dunia tidak hanya bermain untuk mencapai kemenangan, tetapi untuk menemukan tempat mereka di alam semesta yang begitu luas ini. Setiap detik adalah petualangan, setiap planet adalah kesempatan, dan setiap misteri adalah rahasia yang menunggu untuk dipecahkan."Selamat datang di Lost;Singularity—dunia di mana batasan tidak lagi ada, dan dirimu tidak lahir terlalu cepat untuk bisa menjelajahi luar angkasa."Ting tong, ting tongBunyi dari bel rumah terdengar menggema pada seisi apartemen. Seketika tubuhku dipenuhi oleh rasa penasaran yang begitu bergejolak, berharap bahwa mungkin saja apa yang menunggu di balik pintu sesuai dengan apa yang kuharapkan."Tidak mungkin! Ini betulan?! Akhirnya sampai!"Aku berdiri tidak percaya saat menyaksikan paket di depan pintu, setelah menunggu selama seminggu dari awal rilis, akhirnya bisa sampai juga. Lost;Singularity—game yang sudah kutunggu-tunggu selama ini, hasil dari menyisihkan uang berbulan-bulan dari pekerjaan sampingan akhirnya bisa kudapatkan. Setelah menyaksikan banyak orang sangat senang memainkannya setiap hari, tidak percaya kini diriku bisa mencobanya secara langsung.Menghela napas panjang, aku membuka paket itu perlahan. Di sana terdapat seperangkat VR terbaru yang disertakan bersama gamenya. Sangat pantas apabila harganya begitu mahal saat menyaksikan sendiri isi dari keseluruhannya, bahkan desain dari perangkat VR itu terlihat futuristik, sesuai dengan tema penjelajahan luar angkasa yang dijanjikan.Sebenarnya, akan jauh lebih menyenangkan apabila dapat memainkan game yang begitu luas itu bersama teman-teman yang lain. Aku telah mencoba menghubungi beberapa temanku untuk bermain bersama. Namun, semua jawabannya hampir sama: "Maaf, sibuk dengan pekerjaan," atau "Aku harus mengurus anak-anak.". Betapa menyedihkannya ketika melihat diriku masih sendirian di dunia game, sementara teman-temanku telah melangkah ke tahap lain dalam kehidupan."Tapi, aku memang tidak bisa menyerah pada dunia ini." Ucapku sendiri, memegang perangkat VR berbentuk menyerupai helm astronot tersebut.Beruntunglah hari ini adalah hari libur dari pekerjaan paruh waktu. Tidak ada pekerjaan yang perlu aku pikirkan, tidak ada tanggung jawab lain. Hanya aku, apartemenku yang sunyi, dan sebuah perjalanan virtual yang akan membawaku ke luar angkasa. Jadi meski sendirian, aku memutuskan untuk tetap masuk ke dunia yang sudah begitu lama dinanti-nanti ini.Saat mulai mengenakan helm VR sementara memasangkannya ke dalam socket, sensasi yang berbeda langsung terasa seketika, bagai perangkat itu langsung tersambung dalam otakku dan tanpa perlu menunggu lama interface muncul langsung di depan mata. Perintah pengaktifan perangkat terlihat, menunggu perintah dariku."Aktifkan."Sebuah sensasi aneh langsung merambat ke seluruh tubuhku begitu sistemnya aktif. Semua menjadi gelap sejenak, sebelum perlahan-lahan dunia virtual mulai terbentuk di hadapanku. Cahaya biru terang bersinar, kemudian suara lembut dan ramah menyambutku."Selamat datang di Lost;Singularity. Siapakah nama anda, wahai Voyager?""Voyager? Huh, jadi itu sebutanku sebagai player.""Apakah nama anda, Voyager?""Bukan! Bukan!" diriku kaget ketika sistem merasa bahwa namaku adalah kata pertama yang barusan terucap, sepertinya game besar pun mempunyai beberapa titik yang perlu dipoles lagi."Reus, namaku Reus.""Selamat datang, Voyager Reus. Kami akan memastikan apakah anda mampu melakukan perjalanan di luar angkasa nan luas di seberang sana. Tahap pertama yang harus anda selesaikan, ialah tutorial dasar."Di ujung layar terdapat note kecil dengan tulisan 'Anda bisa melewati tutorial ini dengan berkata LEWATI'. Tetapi kubiarkan saja, karena gamer macam apa yang melewati tutorial dasar ketika baru pertama kali memainkan sebuah game.Seketika suara tersebut membawaku pada sebuah ruangan putih bersih dengan tekstur holografis di setiap sudutnya. Tampaknya ini adalah ruangan ujicoba—tempat di mana aku akan diajari dasar-dasar dari mekanik game ini. Di hadapanku muncul hologram interaktif berbentuk panel antarmuka, lengkap dengan berbagai ikon dan informasi."Oke... ini jauh lebih rumit dan gila dari bayanganku." umamku, sedikit kagum dengan detail yang terlihat begitu nyata. Saat menggerakkan tangan serta wajah. ikon-ikon di antarmuka itu bereaksi mengikuti setiap gerakan sehingga rasa takjub tidak bisa lagi terbendung.Sistem mulai menjelaskan kontrol dasar. Aku belajar bagaimana menggunakan alat-alat di dunia virtual ini—semuanya sangat intuitif. Dari cara menggerakkan objek hingga bagaimana berinteraksi dengan lingkungan yang diciptakan secara simulatif di sekitar. Tak lama kemudian, tutorial membawaku ke sebuah lokasi tambang di sebuah planet asing yang di sana aku mulai diajarkan cara melakukan mining mineral."Anda dapat menambang mineral dengan Ray Gun yang saya berikan pada LSS."Membuka LSS atau Life-Support-System kuambil sebuah pistol dengan bentuk aneh di sana. Dihadapkan pada pada medan tandus yang berbatu dengan langit oranye kemerahan, kucoba melangkahkan kakiku ke depan. Segalanya terasa jauh lebih berat, seakan gravitasi menarik kakiku begitu keras ke tanah dan segalanya terasa begitu asing meski hanya sebuah simulasi saja. Dalam sekali tembak, alat mining bergetar menembakkan gelombang cahaya menghancurkan sesuatu di hadapannya. Seketika mineral serta item dapat kutambang. Setiap hentakan dari pistol sangat terasa nyatanya seakan aku sendiri tengah memegangnya."Sistem crafting adalah hal yang esensial dalam Lost;Singularity," suara narasi di atas menjelaskan sambil memperlihatkan kepadaku berbagai komponen yang bisa dibuat dengan mineral yang kuperoleh.Setelah mengumpulkan mineral yang cukup, diriku diarahkan pada layar interaktif yang terdapat pada LSS. Di sana aku belajar tentang crafting. Setiap proses pembuatan item memerlukan skema, atau blueprint, yang nantinya bisa kuperoleh melalui eksplorasi lebih lanjut. Hanya dalam tutorial ini, aku diberikan akses awal ke blueprint dasar untuk membuat perlengkapan luar angkasa sederhana dan alat-alat penunjang kehidupan."Cukup asyik juga sejauh ini. Aku juga sedikit familiar sebab pernah bermain Nothing Else on Sky."Perlahan, aku mulai merasakan antusiasme yang sempat pudar tadi karena harus bermain sendirian. Rasanya seperti diriku kembali ke masa-masa dulu, saat pertama kali jatuh cinta pada dunia game. Setiap detil yang kukerjakan, setiap langkah tutorial ini terasa nyata dan memuaskan. Rasa kesepian yang sempat ada di awal permainan mulai menghilang, digantikan oleh rasa ingin tahu yang semakin besar."Tutorial pertama telah selesai, kini memutar simulasi untuk tutorial kedua."Tiba-tiba diriku dipindahkan seketika menuju pada sebuah ruang kosong seperti hanggar, dengan sebuah pesawat luar angkasa terparkir di sana. Pesawat tersebut memiliki wujud begitu aerodinamis. Sayapnya yang besar dan lebar memberi kesan stabilitas, sementara bagian depan pesawat memiliki bentuk meruncing, seolah-olah dirancang untuk menembus atmosfer dengan efisiensi tinggi. Warna pesawat didominasi oleh nuansa biru gelap dengan aksen oranye yang mencolok, sebuah kombinasi warna yang modern dan berteknologi tinggi."Voyager, anda dipersilahkan untuk memasuki pesawat EX-01 Discovery." suara sistem narasi menyuruhku masuk ke dalam kokpit.Begitu masuk, diriku langsung disambut dengan panel kontrol yang begitu rumit. Puluhan tombol, layar holografis, dan indikator menyala terang di sekelilingku. Aku memegang kontrol utama, dan tangan virtualku merasakan setiap tekanan pada tuas dan tombol yang kutekan. Setelah diajarkan dasar-dasar penerbangan, aku mulai memahami cara mengendalikan pesawat kecil ini."Sekarang, anda memiliki izin penuh untuk lepas landas.""Buat memahami kontrolnya saja memakan waktu puluhan menit, sekarang aku baru bisa lepas landas..." ujarku lelah.Saat mengaktifkan sistem peluncur untuk lepas landas, gravitasi perlahan menghilang, dan aku merasakan sensasi melayang seiring pesawat mulai membumbung tinggi ke angkasa. Ruang simulasi yang sebelumnya tertutup kini atapnya terbuka, menampakkan angkasa nan gelap pekat dengan jutaan bintang bersinar di kejauhan. Sembari mempertahankan tangan di tuas, kulongok dari balik kaca kokpit merasakan kagum akan luasnya ruang angkasa yang kini terbentang di atasku."Jadi ini... luar angkasa." Sebuah senyum kecil terpancar dari bibirku, rasa penasaran kian menggerogoti jiwa.Di luar sana, puluhan ribu planet menunggu untuk dijelajahi. Dan meskipun aku memulai ini sendirian, ada perasaan tak terbatas yang memanggilku. Di alam semesta ini, semuanya mungkin. Dan aku tidak sabar untuk melihat sejauh mana aku bisa pergi."Voyager Reus, anda telah menyelesaikan uji coba dan tutorial dasar. Mulai dari titik ini, anda adalah seorang Voyager. Selamat berpetualang pada Lost;Singularity!"Setelah menjalankan tutorial dasar yang terasa seakan berjam-jam berusaha memahami segalanya dalam waktu secepat mungkin, akhirnya semuanya selesai dan kini layarku kembali memudar menandakan bahwa ia akan men-teleport diriku ke tempat lainnya. Sebuah notifikasi muncul di pojok pandanganku, menampilkan nama dari suatu lokasi yaitu Noah Space Station. Dengan satu tarikan napas dalam, pandangan yang penuh buram kian menjadi lebih jelas dan apa yang tampak di depan sana membuatku tertegun.Sepanjang mata terbentang sebuah stasiun luar angkasa yang begitu besar dan sibuk. Di mana-mana terdapat player yang jumlahnya ribuan, atau mungkin bahkan ratusan ribu—berlalu-lalang tiada henti. Mereka berjalan dari satu tempat ke tempat lain, berbicara dengan penuh semangat, atau hanya duduk bersantai di kursi-kursi yang tersebar di sepanjang koridor stasiun. Ada yang terlihat sedang menunggu teman-temannya, beberapa memeriksa inventaris mereka, sementara yang lain bersandar di dekat pembatas, menikmati pemandangan luas luar angkasa yang terbentang di luar kaca besar stasiun.Sesekali dari kejauhan suara deru mesin pesawat luar angkasa terdengar di antara ramainya kondisi sekitar, menampakkan garis lurus mereka yang menembus kegelapan. Cahaya-cahaya biru dari jalur penerbangan mereka melintas cepat, membuat stasiun ini terasa begitu hidup, seolah-olah benar-benar berfungsi layaknya pusat perjalanan luar angkasa yang sibuk. Aku masih tidak percaya akan grafik yang ditunjukkan oleh game ini, sangatlah detail, bahkan jauh dari sekedar kata indah. Tiap tekstur—dari logam yang mengilap di lantai hingga layar holografis yang melayang di udara—begitu nyata hingga aku nyaris merasa bahwa manusia lah membuat ini semua di dunia nyata.Aku berhenti sejenak di tengah kerumunan, membiarkan diriku hanyut dalam pemandangan ini. Noah Space Station tak hanya terlihat seperti pangkalan luar angkasa masa depan tetapi lebih dari itu. Keajaiban arsitektur futuristik terhampar di hadapanku, dinding-dinding berlapis baja dengan lampu-lampu neon yang berpendar lembut, pilar besar yang menjulang dan menyokong langit-langit stasiun yang luas, dan koridor yang seolah tak berujung."Mohon perhatian, mohon perhatian. Harap berhati-hati. Harap berhati-hati."Sebuah robot kecil berjalan melewatiku sembari memanggul kotak di atas badannya, mengutarakan peringatan kepada setiap orang yang dilewatinya. Tidak hanya player saja, robot-robot beraneka ragam serta fungsi menjadi para pekerja di stasiun yang penuh ini. Beberapa memiliki roda besi, yang lainnya memiliki tangan serta kaki mekanis nan panjang, dan tidak sedikit berbentuk humanoid menyerupai manusia melakukan perbaikannya di sepanjang jalan. Beberapa dari mereka berjalan dengan langkah mekanis yang teratur, sementara yang lain meluncur di udara dengan propulsi magnetik. Seakan mereka adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di sini, tidak ada yang memperhatikan keberadaan mereka, namun aku tak bisa melepaskan pandanganku dari betapa halus dan realistisnya mereka menjalankan tugas mereka."Gila, memang game ini sangatlah gila..."Sejak pertama kali menyaksikan trailer tentang Lost;Singularity, aku membayangkan dunia ini akan besar dan megah. Tapi sekarang, berada di dalamnya—bahkan di tempat awal saja—melebihi semua ekspektasiku. Semua detail ini dari keramaian player, atmosfer futuristik, hingga rutinitas robot-robot yang tampaknya begitu alami, membuatku merasa seolah-olah aku benar-benar berada di tengah pusat peradaban antarbintang yang maju. Sambil menatap ke luar jendela besar, melihat bintang-bintang yang berkedip di kejauhan, aku merasa sebuah perjalanan besar baru saja dimulai. Aku sendirian di dunia ini, namun dengan begitu banyak hal yang menunggu untuk ditemukan, sepertinya kesendirian ini hanya sementara."Dengan ini, petualanganku dimu—"Ketika aku hendak melangkahkan kaki maju untuk memulai petualangan, tiba-tiba hentakan keras terasa dari arah belakang dan menyebabkan tubuhku oleng ke depan. Tidak lama setelahnya, diriku terjatuh di lantai dengan cukup keras. Meski aku tahu sistem VR ini sangat realistis, aku tidak menyangka bahwa rasa sakit dari jatuh akan begitu mirip dengan kenyataan. Sakit yang menusuk punggungku terasa nyata, seperti kalau aku benar-benar terjatuh di lantai keras dunia asli. Sayup-sayup, kudengar suara seorang gadis dari arah lain."Maaf! Maaf banget! Aku tidak bermaksud—" ucapnya panik sambil mendekat. Saat aku berusaha bangkit, ia langsung mengulurkan tangannya ke arahku."Tidak apa-apa, aku yang salah juga karena berdiri diam terlalu lama di tengah jalan. Pasti mengganggu setiap orang yang berlalu lalang bukan, haha." ujarku sambil menerima uluran tangannya dan bangkit perlahan.Gadis itu menggeleng cepat, senyum kecil terbentuk di wajahnya yang terlihat lega."Aku pun salah kok. Lupa bahwa di stasiun ini banyak player baru dan justru berlari tidak karuan." katanya sambil sedikit tertawa, meski masih ada rasa bersalah dalam suaranya.Lantas aku mengamati sosok gadis yang tengah berdiri di hadapanku dengan seksama. Dia mengenakan pakaian pelindung luar angkasa berwarna putih dengan aksen merah yang menyala di beberapa bagian. Baju itu terlihat ramping tapi dapat kupahami bahwa ia bukanlah seorang player baru sepertiku, sebab banyak perubahan signifikan tampak jelas. Rambutnya panjang, berwarna merah terang layaknya api yang berkibar, kontras dengan mata sehijau pepohonan miliknya. Meski aku tahu bahwa game ini memungkinkan kita untuk mengkustomisasi karakter semau kita, aku tidak bisa menahan diri untuk terkesima. Kalau gadis secantik ini menabrakku di dunia nyata, mungkin aku adalah pria paling beruntung di sana."Nampaknya, kamu sudah cukup berpengalaman di game ini." Ucapku berusaha memulai sebuah topik."Hm, ah ya. Aku bermain sejak awal game ini rilis. Sedangkan dirimu, nampaknya ini hari pertamamu bermain ya? Aku bisa paham karena banyak pemain baru yang terkesima menyaksikan ini semua, sama seperti diriku yang menganga pertama kali tiba di sini, ahaha." Balas si gadis dengan sebuah tawa lepas.Sebagai seorang gamer baru di game nan luas dan kompleks seperti Lost;Singularity rasanya sangat wajar apabila meminta bantuan dari player yang lebih berpengalaman sepertinya. Mungkin ini kesempatan sempurna untuk menggunakan status newbie-ku sebagai alasan agar dia bersedia membantuku memahami game ini."Ah, maaf... apa aku boleh meminta tolong padamu? Karena aku baru saja bermain hari ini, apa kamu bisa menunjukkanku beberapa hal mengenai gamenya. Mengingat, kamu sepertinya jauh lebih lama bermain dariku."Dia menoleh padaku, lalu tertawa lembut. "Aku sudah menduga kalau kamu bakal minta bantuan. Itu yang kamu incar sejak awal, kan?" katanya dengan nada bercanda, matanya menyipit sedikit, seakan bisa menebak niatku."Ahaha, kamu bisa menebaknya dengan benar. Lost;Singularity tampaknya terlalu besar daripada yang kulihat di berbagai video streamer, bahkan seorang Cooper saja belum bisa menembus ke bintang seberang.""Wah, bahkan kamu paham seorang Cooper, kita sama-sama penggemar genre space exploration nampaknya. Oke, mungkin aku bisa meluangkan sedikit waktuku hari ini." katanya, akhirnya setuju."Betulan boleh nih?""Ya, tetapi ada syaratnya. Aku perlu menyelesaikan urusanku terlebih dahulu. Kalau memang masih niat meminta bantuan, sebaiknya gerakkan kaki itu dan mulai ikuti diriku dari belakang.""Tentu! Terimakasih banyak." Tanpa ragu, aku mengangguk.Gadis tersebut tersenyum puas, lantas mulai berjalan di depan. Aku mengikuti di belakangnya, berusaha menjaga langkah agar tidak tertinggal. Dia berjalan menuju sebuah counter besar dengan tulisan "TRADE" yang bersinar terang di atasnya. Begitu kami tiba di sana aku melihat seorang NPC berupa robot humanoid dengan tubuh perak mengilap berdiri di balik konter, menerima player yang datang untuk menjual atau menukar barang mereka.Ia membuka interface menu dari layar, membuka inventory dan melakukan transaksi dengannya. Sedikit mengintip dari belakang, dari layar interaktif aku bisa menyaksikan daftar item yang tengah coba ia sortir. Tampaknya dia telah mengumpulkan cukup banyak barang selama eksplorasinya. Aku memperhatikan bagaimana dia dengan cepat menjual item demi item, tanpa ragu akan kemungkinan menjual barang langka, menunjukkan bahwa dia sudah cukup familiar dengan sistem game ini. Sementara itu, aku hanya bisa berdiri dan mengamati, mencoba mempelajari caranya berinteraksi dengan NPC tersebut.Setelah selesai menjual beberapa barang, ia menoleh kepadaku dan berkata, "Ini masih permulaan, newbie. Apa yang kamu lihat di stasiun ini hanya permukaan saja. Hal-hal menakjubkan yang sebenarnya ada di luar kaca sana, di angkasa luar.""Sehabis ini, kita mau ke mana?"Tanpa berkata sama sekali ia memberi isyarat agar aku mengikutinya lagi, kali ini menuju daerah dock. Jantungku berdebar sedikit lebih cepat. Meski stasiun luar angkasa ini sendiri sudah sangat mengesankan, tetapi kini dia menyarankan padaku untuk segera menjelajahi galaksi dan planet-planet asing, tentu hal tersebut membuatku tak sabar.Kami tiba di sebuah koridor besar yang mengarah ke area dock. Di sekitar aku bisa mendengar geraman mesin pesawat luar angkasa yang tengah bersiap untuk lepas landas. Lampu-lampu neon biru memberikan pembatas antar setiap lajur, memberikan kesan futuristik yang sangat kuat seakan-akan aku sedang berjalan di pangkalan kapal ruang angkasa dari film sci-fi. Keadaan dock pun tak kalah ramai dengan tadi, player-player tengah bersliweran menurunkan muatan dari pesawat luar angkasa mereka untuk memindahkannya ke dalam inventory pribadi. Yang lainnya sibuk berdagang, saling bertukar barang layaknya transaksi yang dilakukan di pasar. Dan beberapa player lain berdiri di dekat pesawat , mengamati atau melakukan perbaikan kecil pada pesawat milik mereka.Meski kebanyakan dari player masih menggunakan pesawat luar angkasa standar yang diberikan di akhir tutorial—seperti pesawat kecil dan sederhana yang kumiliki—beberapa sudah mengkustomisasi pesawat mereka. Warna-warna mencolok dan berbagai decal unik menghiasi bodi pesawat-pesawat ini, memberi karakter dan gaya pada setiap player. Pesawat mereka terlihat lebih seperti perpanjangan diri di dalam dunia game ini. Beberapa di antaranya bercorak biru neon, merah menyala, atau bahkan hitam pekat dengan corak tengkorak yang membuatnya terlihat lebih garang."Sini, di sini ada lajur kosong yang bisa kita gunakan. Dan terminal ini, digunakan untuk memanggil pesawatmu." Ucap si gadis sambil menunjuk perangkat dengan layar di sana. Terminal ini memiliki layar holografis yang menampilkan daftar pesawat yang terparkir di dock."Hanya dengan memencet saja, terminal akan mencari ID dari setiap pesawat yang kamu miliki dan yang kamu pilih akan dibawa ke lajur sana."Aku mengikuti instruksinya, menyentuhkan jari ke layar holografis. Begitu menekan tombol konfirmasi, aku mendengar suara mesin besar bekerja di bawah sana. Dalam beberapa detik, pesawat luar angkasaku muncul dari bawah dock, terangkat oleh sebuah platform mekanik yang canggih. Meskipun itu hanyalah pesawat standar dari tutorial, perasaan melihat pesawatku sendiri muncul begitu epiknya di depan mata tetap memberiku kegembiraan.Tapi saat aku mengalihkan pandangan, yang kulihat dari sisi si gadis membuat mataku terbelalak. Pesawat yang ia keluarkan sama sekali berbeda dari yang lain. Bentuknya sangat asing—tidak seperti pesawat yang pernah kulihat sebelumnya, baik di dalam game maupun dalam konsep sci-fi manapun. Badannya ramping dengan desain yang seolah-olah mengalir alami seperti organisme hidup, bukan buatan tangan manusia. Permukaannya berwarna hitam pekat dengan kilauan merah darah, seakan terbuat dari logam organik yang belum pernah kulihat sebelumnya. Pesawat itu tidak memiliki sudut atau garis tajam seperti pesawat standar; semuanya melengkung halus hampir seperti itu adalah makhluk hidup daripada mesin."Pesawat apa itu... dari mana kamu mendapatkannya..." ujarku tak bisa menahan keterkejutan."Sebenarnya ini mekanik yang cukup kusuka dari gamenya sih. Banyak event random bisa terjadi waktu eksplorasi, waktu itu aku mendapat distress signal saat menjelajahi angkasa luar. Sampai-sampai menemukan pesawat ini tergeletak di planet antah berantah, dikelilingi organisme hidup yang nampak telah membusuk." Jelasnya dengan senyum bangga."Hebat... tampaknya game ini semakin menaikkan ekspektasiku saja.""Walau terlihat bagus, tapi ini memakan waktu selama seminggu dengan berpuluh-puluh jam kuhabiskan untuk membetulkan setiap parts rusak di pesawatnya loh. Hari ini saja aku baru bisa menyelesaikan parts terakhirnya.""Seminggu?! Wow..."Kami masuk ke pesawat masing-masing dengan kokpit yang otomatis terbuka, menyambut kedatangan dari sang pilot. Begitu duduk pada kursi kemudi, dapat kurasakan setiap peralatan yang kini tengah menyesuaikan sepenuhnya dengan tubuhku, demi melindungi serta membuat pilot nyaman pada perjalanannya. Tak lama setelahnya suara dari sistem AI lembut mengalun,"Sistem Online. Selamat datang, Voyager Reus."Mesin pesawat mulai bergetar pelan, tanda bahwa semua sistem telah aktif. Di layar-layar yang memenuhi dashboard kokpit, aku bisa melihat indikator bahwa pesawatku dalam kondisi prima, tanpa ada kerusakan atau masalah teknis. Tiba-tiba saja sesuatu terdengar melewati saluran komunikasi."Kamu bisa mengaktifkan pesawatnya kan? Sudah ngelakuin tutorial kan?" suara itu rupanya berasal dari seberang, si gadis menggunakan transmisi lokal untuk menghubungiku. Aku langsung mengenali nada suaranya yang sedikit bercanda tapi penuh perhatian."Tenang, aku sudah menyelesaikan tutorialnya." Jawabku dengan sebuah tawa kecil."Syukurlah! Kamu tidak tahu berapa seringnya aku menyaksikan player yang men-skip tutorial dan waktu pertama kali mencoba menerbangkan pesawat... lalu yah. Bisa kukatakan mereka benar-benar terbang tetapi justru ke dinding Space Station dan meledak."Bayangan para player yang baru belajar terbang dan justru meledakkan diri membuatku tertawa pelan. Sambil mengingat kembali bagian tutorial yang lumayan panjang, aku merasa bersyukur telah melalui semuanya tanpa melompat-lompat. Tapi saat aku sedang menikmati momen itu, ia berbicara lagi, kali ini dengan nada yang sedikit lebih serius."Setidaknya, di game ini jika kamu mati bisa respawn lagi di poin terdekat, seperti Space Station ini. Tapi kalau pesawatnya hancur... itu beda cerita. Pesawat tidak bisa kembali respawn. Kalau rusak parah, kamu harus memperbaikinya part demi part. Dan setiap part itu harganya gak main-main, bisa sangat mahal. Banyak player yang sampai sekarang tidak bisa terbang lagi karena mereka belum bisa memperbaiki pesawat mereka."Aku menelan ludah mendengar itu. Dari awal, aku tahu Lost;Singularity bukanlah game yang mudah. Tapi mendengar langsung darinya soal betapa beratnya konsekuensi kehilangan pesawat membuatku lebih berhati-hati. Pantas saja dock di Space Station ini ramai oleh player yang berlalu lalang, mungkin banyak dari mereka yang masih belum bisa memperbaiki pesawat mereka setelah kecelakaan atau pertempuran."Jadi bisa dibilang, game ini cukup punishing bagi para newbie."Kami berdua pun tertawa bersama. Selepasnya ia memastikan padaku untuk mengecek seluruh sistem, memastikan tidak adanya kerusakan sebelum lepas landas. Mengikuti sarannya, kuperiksa semua panel untuk terakhir kali. Semua sudah beres, dalam tarikan pelan tapi pasti. Pesawatku mulai bergerak perlahan menuju pintu keluar dock, dan di depanku, pesawat miliknya yang aneh itu bergerak dengan elegan. Pintu besar dock terbuka perlahan, menampilkan pemandangan luar angkasa yang begitu luas dan misterius."Ah aku lupa bilang, siap-siap untuk hentakan.""Hah? Apa?"Tanpa ada peringatan sama sekali, tiba-tiba pesawatku dilontarkan dengan kecepatan tinggi oleh sistem catapult yang terpasang pada lajur lepas landas. Tubuhku seketika tertarik ke belakang, disertai jantungku berdebar kencang. Aku paham bahwa sistem catapult ini dirancang untuk memberikan dorongan awal yang kuat saat lepas landas, tapi aku sama sekali tidak siap untuk sensasi mendadak yang begitu intens seperti sekarang ini. Rasanya seperti terlempar ke angkasa dengan kekuatan luar biasa, dan di detik-detik pertama aku panik nyaris kehilangan kendali."Ah, jadi ini penyebab banyak player menabrakkan pesawat mereka," pikirku sambil berusaha menenangkan diri.Mungkin sistem catapult ini yang membuat para newbie seringkali langsung menghantam dinding atau pesawat lain karena kaget oleh lonjakan kecepatan yang mendadak. Untungnya, aku berhasil tetap tenang memegang kendali pesawatku dan menstabilkan arah terbang agar bisa terus lurus tanpa berkelok. Begitu keluar dari Space Station, pemandangan yang menanti di luar sana benar-benar menakjubkan. Angkasa luar terbentang di hadapanku, gelap dan misterius, tetapi juga indah. Dipenuhi oleh sabuk bintang yang berkilauan seperti lautan berlian di kejauhan. Cahaya bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya tampak seperti hujan cahaya yang mengalir di sekitar kami, seakan memanggil-manggil untuk dijelajahi.Rasa penasaran mulai menguasai diriku. Aku memutar kendali pesawatku, mencoba melihat sekeliling. Tak peduli ke mana aku mengarahkan pandanganku, yang terlihat hanyalah langit tak berujung penuh dengan galaksi dan bintang-bintang yang berkedip-kedip. Ada keindahan yang begitu nyata, namun juga rasa takut. Ketakutan akan apa yang mungkin bersembunyi di antara gugusan bintang dan planet yang jauh di sana. Apakah ada kehidupan lain di luar sana? Atau mungkin bahaya yang tak pernah kubayangkan? Atau justru sesuatu yang jauh lebih indah daripada yang kusaksikan sekarang ini?Kemudi terus menerus kugerakkan berputar tiada henti, seakan aku tidak bisa melepaskan pandangan atas pemandangan di hadapanku ini. Angkasa luar yang luas dan penuh misteri ini seperti sebuah kanvas kosong yang menunggu untuk dijelajahi, penuh dengan kemungkinan dan peluang. Aku merasa kecil, hanya sebutir debu di tengah lautan bintang yang tak terbatas. Tapi pada saat bersamaan, aku juga merasa bahwa petualangan besar sedang menungguku di sana."Halo? Bumi pada Voyager. Bumi pada Voyager? Apa anda dengar, ganti." Dari balik saluran komunikasi terdengar suara dari dirinya yang kembali mengutarakan candaan ringan."Voyager pada Bumi. Semuanya aman, jelas.""Begitukah! Soalnya aku melihat pesawatnya berputar-putar tiada henti, kupikir ada malfungsi atau semacamnya."Aku tersenyum sambil menekan beberapa tombol untuk menstabilkan arah pesawat. "Iya, aku baik-baik saja. Hanya... terlalu takjub dengan pemandangan ini semua.""Aku paham, kok. Waktu pertama kali keluar dari Space Station, aku juga begitu. Bahkan mungkin lebih parah dari kamu. Aku juga tidak bisa berhenti berputar, sampai akhirnya pusing sendiri karena putarannya." Suara hangatnya membuatku merasa tidak sendirian dalam pengalaman ini.Aku tersenyum, kembali memandang keluar jendela kokpit. Meski pesawat sudah mulai stabil, aku tetap tak bisa menahan diri untuk terus mengamati bintang-bintang yang bertebaran di seluruh penjuru. Cahaya-cahaya dari bintang itu, sabuk asteroida yang melayang jauh di sana, serta kilauan galaksi yang tampak seperti kabut tipis di kejauhan. Segalanya tampak begitu nyata, begitu dekat, namun tetap tak terjangkau.Pikiranku kini melayang pada sejarah panjang umat manusia. Dulu, langit adalah batas. Selama ribuan tahun, manusia hanya bisa bermimpi tentang apa yang ada di balik cakrawala, di atas awan-awan. Langit selalu menjadi simbol dari apa yang tidak terjangkau, sesuatu yang jauh di luar kemampuan kita. Tapi hari ini, aku—meski hanya dalam dunia virtual—berada di luar angkasa. Sesuatu yang dulu hanyalah impian, sekarang terasa nyata."Sebuah lompatan besar... bagi umat manusia." gumamku pelan kepada diriku sendiri, serta mereka yang telah mencurahkan segalanya, hingga manusia bisa menembus batas bernama langit.