Aidan, Liora, dan Yaro berdiri di depan reruntuhan kuil kuno, artefak Jejak Takdir yang bersinar di tangan Aidan. Ketegangan menyelimuti mereka, terutama ketika mereka menyadari bahwa Viktor sudah menunggu di dalam kuil. Rasa cemas menyelimuti hati mereka, tetapi mereka tahu bahwa mereka tidak bisa mundur sekarang.
"Apa rencananya, Aidan?" Liora bertanya, matanya tajam memandangi reruntuhan yang gelap. "Viktor akan melakukan apa saja untuk mendapatkan artefak itu."
"Dia tidak hanya menginginkan artefak ini. Dia ingin kekuasaannya," jawab Aidan, menatap serius. "Kita harus berhati-hati. Kita tidak bisa membiarkan dia menguasai Jejak Takdir."
Mereka melangkah masuk ke dalam kuil, yang dipenuhi dengan bayangan dan aura misterius. Dinding-dindingnya dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan pertarungan antara pahlawan dan makhluk jahat, memberikan nuansa menegangkan. Suara derak kayu dan getaran bumi menambah suasana mendebarkan.
"Ini adalah tempat yang tepat untuknya," Yaro berbisik, menatap ke dalam. "Kekuatan artefak akan menariknya seperti magnet."
Begitu mereka memasuki ruangan utama, suasana semakin mencekam. Viktor berdiri di tengah ruangan, mengenakan senyuman menakutkan. Dia dikelilingi oleh beberapa pengikutnya, masing-masing siap untuk bertindak atas perintahnya.
"Ah, Aidan, Liora, dan Yaro. Akhirnya, kita bertemu," Viktor berkata, suaranya penuh dengan sarkasme. "Kau datang lebih cepat dari yang kuharapkan."
"Aku tidak akan membiarkanmu mengambil artefak itu, Viktor," Aidan menjawab tegas, menggenggam artefak lebih erat. "Ini bukan untukmu."
Viktor tertawa, menggelengkan kepalanya. "Kau tidak mengerti, Aidan. Kekuasaan adalah segalanya. Dengan Jejak Takdir, aku bisa mengubah segalanya. Dunia akan berada di telapak tanganku."
"Dan aku tidak akan membiarkanmu menggunakannya untuk tujuan jahat!" Liora menambahkan, berdiri di samping Aidan dengan keberanian.
Sebuah ketegangan memenuhi ruangan saat mereka berhadapan. Viktor melangkah maju, matanya berbinar dengan ambisi. "Kau berdua terlalu naif. Kekuatan adalah alat yang bisa digunakan untuk meraih segala yang kau inginkan. Kenapa harus takut padanya?"
"Aku lebih memilih untuk melindungi dunia ini daripada menghancurkannya," jawab Aidan, menatap Viktor dengan tekad.
"Jika itu yang kau inginkan, maka kita akan menyelesaikan ini dengan cara yang tepat," Viktor menjawab, memberi isyarat kepada pengikutnya untuk maju.
Pertarungan pun dimulai. Aidan, Liora, dan Yaro berjuang melawan para pengikut Viktor, berusaha mengalahkan mereka satu per satu. Masing-masing dari mereka menggunakan kekuatan dan kecerdasan mereka untuk melawan, sementara Aidan berusaha melindungi artefak.
"Bertahanlah!" Liora berteriak, menghindari serangan dari salah satu pengikut. "Kita tidak bisa kalah sekarang!"
Aidan merasa darahnya mengalir deras saat ia bertarung. Setiap gerakan terasa seperti pertaruhan hidup dan mati. Dia melihat Viktor bergerak di sekitar, mencari celah untuk mengambil artefak.
"Viktor, berhenti!" Aidan berteriak. "Kau tidak perlu melakukan ini! Kita bisa mencari jalan lain!"
Viktor tertawa, mengangkat bahu. "Hanya ada satu jalan untukku, Aidan. Kekuasaan adalah segalanya."
Di tengah pertarungan, Aidan merasakan kekuatan artefak mengalir dalam dirinya. Cahaya biru dari Jejak Takdir semakin menyala, dan dia mulai merasakan potensi sejatinya. Dia tidak hanya bertarung untuk dirinya sendiri, tetapi untuk semua orang yang mengandalkannya.
Dengan keberanian yang baru, Aidan meluncur maju, menghampiri Viktor. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan segalanya!"
Viktor menyambutnya dengan serangan, tetapi Aidan dapat menghindar dan memanfaatkan cahaya dari artefak. Dalam sekejap, Aidan menggunakan kekuatan artefak untuk mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya. Cahaya biru yang cerah menyinari ruangan, membuat Viktor terkejut.
"Tidak mungkin!" Viktor berteriak, kehilangan kendali sejenak.
Dengan keberanian dan fokus, Aidan mengarahkan cahaya itu ke arah Viktor. Cahaya itu membungkus Viktor, membuatnya terhuyung. Dalam sekejap, dia terjebak dalam energi yang dikeluarkan oleh artefak, seolah-olah semua ambisinya terungkap dalam bentuk cahaya.
"Apa yang kau lakukan?!" Viktor berteriak, ketakutan menyelimuti wajahnya.
"Ini adalah kekuatan yang tidak bisa kau kendalikan!" Aidan menjawab, fokus pada energi yang mengalir. "Kekuatan ini hanya untuk mereka yang tulus hati!"
Dengan satu gerakan terakhir, Aidan melepaskan energi itu, dan Viktor terpukul mundur. Pengikutnya, yang terpesona oleh cahaya, mulai mundur, ketakutan.
"Ini adalah akhir bagi ambisi kebencianmu!" Aidan berteriak, mengarahkan cahaya untuk melindungi teman-temannya dan memusnahkan bayangan yang diciptakan Viktor.
Ketika cahaya mereda, Viktor terjatuh, kehilangan kendali atas situasinya. Aidan, Liora, dan Yaro berdiri bersatu, menatap ke arah Viktor yang kini tergeletak tak berdaya.
"Ini bukan hanya tentang kekuatan," Liora berkata, menatap Aidan. "Ini adalah tentang membuat pilihan yang tepat."
Aidan mengangguk, merasakan berat dari keputusan yang baru saja diambilnya. Dia menyadari bahwa Jejak Takdir bukan hanya sekadar artefak; itu adalah cermin dari kepribadian mereka sendiri.
"Sekarang, kita harus pergi dari sini," Aidan berkata, menatap reruntuhan yang runtuh di sekitar mereka. "Kita tidak bisa tinggal lebih lama lagi."
Mereka bergegas keluar dari kuil yang mulai runtuh, menyelamatkan diri dari kegelapan yang telah mengancam mereka. Dalam perjalanan kembali, Aidan merasa ada harapan baru di dalam hatinya—bahwa kekuatan sejati terletak pada pilihan yang mereka buat, dan persahabatan yang mereka jalin.