Chereads / 'Jejak Takdir' / Chapter 18 - Chapter 18: Kekuatan Sejati

Chapter 18 - Chapter 18: Kekuatan Sejati

Setelah melarikan diri dari reruntuhan kuil yang mulai runtuh, Aidan, Liora, dan Yaro berhenti sejenak di tepi hutan, napas mereka terengah-engah. Suara derak kayu dan gemuruh dari reruntuhan masih menggema di telinga mereka. Aidan menatap peta kuno yang terlipat rapi di sakunya, merasa berat di pundaknya.

"Apakah kita benar-benar berhasil?" Liora bertanya, matanya berkilau dengan harapan dan kelelahan. "Kita telah mengalahkan Viktor, tetapi apa selanjutnya?"

Aidan menghela napas dalam-dalam, berusaha mengatur pikirannya. "Aku tidak tahu. Kita bisa menghancurkan artefak, atau menyimpannya agar tidak jatuh ke tangan yang salah."

"Selama ini, kita berpikir bahwa artefak ini adalah kunci untuk mengubah nasib kita," Yaro berkata, menatap jauh ke dalam hutan. "Tapi mungkin kekuatan sejati bukan terletak pada artefak itu sendiri."

Mereka duduk di bawah naungan pohon besar, meresapi pengalaman yang baru saja mereka alami. Rasa lelah dan ketegangan mulai memudar, tetapi ada sesuatu yang lain yang menggantikan ketegangan itu—rasa lega. Mereka telah menyelamatkan diri, tetapi harga yang mereka bayar untuk itu tidak kecil.

"Aku melihat bagaimana Aidan menggunakan artefak itu," Liora melanjutkan, menatap Aidan. "Kau telah menunjukkan kekuatan yang lebih besar daripada apa pun yang bisa diberikan oleh Jejak Takdir."

"Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan," Aidan menjawab dengan rendah hati. "Tapi mungkin, kekuatan itu datang dari dalam diri kita sendiri. Kita memiliki pilihan untuk menggunakan kekuatan itu dengan bijak."

Sementara itu, Viktor masih tergeletak di reruntuhan, terperangkap dalam cermin keinginannya yang hampa. Ketika Aidan membebaskan dirinya dari bayang-bayang ambisi, Viktor terperosok lebih dalam. Dia berjuang untuk mengerti kenapa semua ini terjadi, terjebak dalam pusaran kekuasaan yang tidak bisa ditangkalnya.

"Dia bisa saja terbangun," Yaro menambahkan, "kita harus memastikan dia tidak lagi memiliki akses ke artefak itu."

"Aku akan menghancurkannya," Aidan berkata dengan tegas, meraih artefak dan memegangnya dengan hati-hati. "Ini tidak bisa ada di dunia kita lagi."

Mereka berangkat menuju tepi sungai yang mengalir deras, tempat yang jauh dari jangkauan Viktor dan pengikutnya. Ketika mereka sampai, Aidan merasakan beban di tangannya semakin berat. Dia tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan mengubah nasibnya, tetapi juga nasib semua orang di desanya.

"Apakah ini benar?" Liora bertanya, melihat Aidan dengan cermat. "Apakah kita benar-benar siap untuk melakukannya?"

Aidan menatap ke dalam mata Liora dan Yaro, mencari dukungan. "Kita harus melakukannya. Kekuasaan yang salah bisa menghancurkan segalanya. Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi lagi."

Dengan tekad bulat, Aidan mengangkat artefak dan mengarahkannya ke aliran sungai. Dalam sekejap, sinar cahaya biru menyilaukan mengalir dari artefak dan memasuki aliran air. Kekuatan dari artefak mulai bergetar, seolah-olah ingin melawan. Namun, Aidan tidak membiarkannya, memfokuskan semua keberaniannya.

"Dengan ini, aku mengakhiri siklus kekuasaan yang jahat," Aidan mengucapkan kata-kata yang diambil dari isi hati. "Biarkan semua yang kau tawarkan pergi, dan biarkan kami kembali ke kehidupan yang damai."

Dengan satu gerakan, Aidan melemparkan artefak ke dalam sungai. Air mengalir deras, menarik artefak jauh ke dalam arus. Cahaya biru semakin memudar, meninggalkan mereka dalam kegelapan yang mendalam, tetapi juga merasakan kebebasan baru.

Ketika artefak menghilang ke dalam air, Aidan merasa seperti mengangkat beban berat dari pundaknya. Sejak saat itu, ada perasaan damai yang mengisi hatinya. Dia tahu bahwa meskipun mereka telah kehilangan artefak, mereka telah menemukan sesuatu yang lebih berharga—keberanian untuk membuat pilihan yang tepat dan kekuatan untuk melawan ambisi jahat.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Yaro bertanya, melihat ke arah hutan yang membentang di depan mereka.

"Aku rasa kita harus kembali ke desa," Aidan menjawab, senyumnya mulai merekah. "Kita akan memberitahu mereka tentang apa yang terjadi dan mulai membangun kehidupan baru."

"Tanpa artefak, tetapi dengan harapan," Liora menambahkan, menggenggam tangan Aidan. "Kita akan menginspirasi orang lain untuk tidak mengandalkan kekuatan luar, tetapi pada diri mereka sendiri."

Mereka berangkat dengan langkah penuh harapan, kembali ke desa mereka yang penuh cinta dan harapan baru. Aidan menyadari bahwa perjalanan mereka bukan hanya tentang mencari kekuatan, tetapi tentang menemukan diri mereka sendiri.

Ketika mereka melangkah pergi, Viktor terbangun dari ketidaksadarannya. Rasa kehilangan dan kepahitan mengalir dalam dirinya. Dia melihat reruntuhan kuil yang hancur, dan untuk pertama kalinya, merasakan keraguan tentang ambisinya. Dalam bayang-bayang kegelapan, dia mulai memahami bahwa kekuatan bukanlah tujuan akhir; ia adalah pilihan yang harus diambil dengan tanggung jawab.

Dengan itu, cerita ini berlanjut, menciptakan harapan baru di dunia yang penuh dengan keajaiban, di mana keberanian dan pengorbanan adalah kekuatan yang sejati.