{Sudut Pandang Raka}
Langit cerah di atas Akademi Stellar memancarkan sinar matahari lembut ke taman tempat para siswa biasa menghabiskan waktu makan siang mereka. Di salah satu Gazebo taman, Raka duduk bersama Lily, Selene, Tia, dan Luna. Namun suasana di antara mereka jauh dari santai. Keempat gadis itu memandang Raka dengan ekspresi cemberut yang nyaris seragam.
Luna: (menyeruput teh dengan elegan) "Jadi kau benar-benar bilang pada anak paus itu kalau hubungan kita seperti ayah dan anak, Raka?"
Raka: (menggaruk kepalanya dengan canggung) "Ya... karena kupikir itu cara terbaik untuk meluruskan kesalahpahaman. Lagipula, aku tidak membocorkan apapun soal kalian yang sebenarnya."
Selene: (menghela napas panjang, melipat tangannya di dada) "Tetap saja... itu membuat semuanya semakin aneh. Aku bahkan lebih tidak tahu bagaimana harus menghadapi paus bodoh itu sekarang, dia semakin agresif saja."
Tia: (menatap Raka dengan tatapan kecewa) "Kau tahu, Raka. Kami tidak ingin dianggap seperti anak kecil olehmu. Apa kami benar-benar terlihat seperti itu?"
Raka: (terdiam sejenak, merasa bingung dengan arah pembicaraan) "Itu... bukan maksudku. Aku hanya mencoba menjelaskan sesuatu dengan cara sederhana."
Lily: (berbisik pada Selene dan Tiara, menyeringai kecil) "Aku pikir kita perlu menunjukkan padanya bahwa kita lebih dari sekadar 'anak-anak'."
Selene: (mengangguk, matanya berkilat penuh niat) "Setuju. Aku muak dianggap seperti itu."
Raka merasa ada sesuatu yang aneh dari keheningan yang tiba-tiba melingkupi meja. Dia merasakan tekad kuat memancar dari para gadis itu, tapi dia memilih untuk mengabaikannya—untuk sekarang.
---
{Sudut Pandang Alya}
Di kantin utama akademi, Alya duduk bersama Lyrith, Sahra, dan Seo Ryun. Suasana di meja mereka lebih santai, meskipun topik pembicaraan mulai berubah serius.
Sahra: (dengan nada lembut, menatap Alya) "Jadi, kau dengar soal rumor ujian tengah semester kali ini? Kabarnya, ujian ini akan berbasis tim."
Seo Ryun: (tersenyum lebar, terlihat sangat antusias) "Itu artinya kalau kita satu kelompok, kita pasti akan menang dengan mudah. Bukankah begitu, Alya?"
Lyrith: (menyetujui dengan semangat, menunjuk Alya dengan sendoknya) "Tentu saja! Kalau penerus Saintess ada di tim kita, tak ada yang bisa menghentikan kita!"
Alya: (tersipu malu, tertawa kecil) "Aku rasa kalian terlalu melebih-lebihkan. Aku masih amatiran jika dibandingkan dengan sang Saintess. Lagipula kalian sepertinya lebih hebat dari ku dari berbagai aspek"
Ketiga gadis itu terdiam, menatap Alya dengan ekspresi tidak percaya.
Lyrith: (dengan nada kesal, menatap Alya) "Kau terlalu rendah hati. Itu bagus, tapi... kalau kau terus seperti ini, kau akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang salah!"
Seo Ryun: (mengangguk setuju, dengan nada serius) "Dia benar, Alya. Kau harus mulai percaya diri. Kekuatanmu sudah melampaui banyak orang, termasuk kami."
Alya hanya tersenyum tipis, tidak ingin berdebat lebih jauh.
---
{Sudut Pandang Kai}
Di lorong yang sepi, Kai dan Kris berdiri berhadapan, berbicara dengan nada rendah dan penuh rahasia.
Kris: (melihat ke arah sekitar, memastikan tak ada orang lain) "Kai, dengar baik-baik. Ada rumor soal ujian tengah semester kali ini. Katanya, semua kelompok harus terdiri dari murid dari kelas yang berbeda."
Kai: (terlihat bingung, menggaruk tengkuknya) "Apa maksudmu?"
Kris: (menatap Kai dengan serius) "Itu artinya kau tidak boleh satu kelompok denganku. Dan kau juga harus pastikan Raka tidak satu kelompok dengan Alya."
Kai: (menatap Kris dengan khawatir) "Tapi kenapa? Apa ada yang salah kalau mereka satu kelompok?"
Kris: (menghela napas panjang, melipat tangannya) "Ini soal menjaga rahasia. Kalau mereka terlalu sering terlihat bersama, hubungan mereka bisa terungkap. Kau tahu konsekuensinya, kan?"
Kai hanya mengangguk pelan, merasa berat dengan situasi ini.
Kris: (berbalik pergi, tanpa menoleh) "Pastikan kau sampaikan ini pada Raka. Jangan biarkan dia membuat kesalahan."
Kai memandang punggung Kris yang menjauh, hatinya dipenuhi kekhawatiran.
---
{Kembali ke Raka dan Chaos God}
Luna: (mengangkat cangkir tehnya, terlihat santai) "Oh, dan soal rumor itu... Yasmina baru saja mengonfirmasi kalau itu benar."
Raka: (tertegun, menatap Luna dengan serius) "Jadi, semua kelompok harus terdiri dari murid dari kelas yang berbeda?"
Luna: (mengangguk pelan) "Ya. Kelas S tidak boleh membentuk kelompok dengan sesama murid kelas S. Itu untuk menyeimbangkan kekuatan di antara semua tim."
Lily: (menghela napas berat, terlihat kecewa) "Jadi... itu artinya kita tidak bisa satu kelompok denganmu?"
Selene: (melipat tangan di dada, matanya menyipit) "Aturan yang merepotkan, ya."
Tia: (menyikut Raka dengan penuh semangat) "Kalau begitu, kau harus janji untuk satu kelompok denganku!"
Raka: (tertawa kecil, mencoba menenangkan Tiara) "Aku belum tahu, Tia. Aku perlu waktu untuk memikirkan ini."
Luna: (tersenyum tipis, mengamati reaksi semua orang) "Ini bukan hanya soal aturan, tapi juga soal keadilan. Ujian ini dirancang agar setiap murid bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya tanpa terlalu bergantung pada kekuatan kelas S."
Raka mengangguk, mencoba memahami situasi. Tapi di dalam hatinya, dia mulai merencanakan sesuatu.
---
Di tempat lain, Alya duduk di sudut taman akademi, menatap langit dengan ekspresi serius.
Alya: (dalam hati) "Kalau benar rumor ini, aku ingin satu kelompok dengan Kakak. Tapi... bagaimana aku bisa memintanya tanpa membuat semuanya jadi rumit?"
Sementara itu, Raka duduk di bawah pohon besar, merenungkan keputusan yang harus diambil.
Raka: (dalam hati) "Alya... Apa aku benar-benar bisa melibatkanmu dalam semua ini?"
---