Chereads / Isekai : Chaos and Order / Chapter 51 - Bab 48: Api yang penasaran

Chapter 51 - Bab 48: Api yang penasaran

{Kamar Asrama Kiera}

Matahari siang menyelinap melalui tirai tipis di kamar asrama Kiera, menciptakan pola-pola cahaya lembut di dinding dan lantai. Udara terasa tenang, hanya diiringi suara langkah kaki dari siswa-siswa yang melintasi lorong di luar. Di sudut kamar, sebuah meja kecil dipenuhi buku-buku tebal dan dokumen tentang strategi perang, sementara Kiera bersandar di kursi dekat jendela, menikmati semilir angin yang masuk.

Kiera: (bersandar di kursi, memandangi taman dari kejauhan) "Amara, aku sudah muak dengan aturan ujian ini. Harus satu tim dengan siswa dari kelas lain? Hah, benar-benar merepotkan."

Amara berdiri tegak di dekat pintu, mengenakan seragam latihan yang rapi. Di pinggangnya, tergantung pedang ringan dengan sarung perak yang memantulkan cahaya matahari. Meskipun wajahnya tetap tenang, matanya memancarkan kewaspadaan khas seorang ksatria.

Amara: (berdiri tegak dengan sikap disiplin) "Nona Kiera, aturan ini pasti dibuat untuk menantang kita. Meski begitu, Anda masih memiliki saya di sisi Anda."

Kiera: (tersenyum kecil, menoleh ke arah Amara) "Benar juga. Tapi tetap saja, situasi ini menyebalkan. Apa kau punya ide siapa yang bisa kita ajak ke tim kita?"

Amara tampak ragu sejenak, lalu menundukkan kepala dengan malu.

Amara: (tersentak, wajahnya memerah sedikit) "Y-yah, saya... belum menemukan siapa pun yang cocok untuk tim kita, Nona."

Kiera menghela napas panjang, dagunya bersandar di tangan, seperti seseorang yang sudah terbiasa dengan jawaban ini.

Kiera: (menghela napas, nada malas) "Hah, tentu saja. Aku sudah menduganya. Kau memang sulit bergaul, Amara."

Amara: (menunduk dengan canggung) "Mungkin saya terlalu selektif..."

Kiera: (tersenyum kecil, mencoba menenangkan) "Santai saja. Lagipula, kita juga harus mencari orang dari kelas lain. Semuanya sama repotnya."

Bel masuk berbunyi, menggetarkan ketenangan kamar mereka.

Kiera: ( setengah tersenyum) "Heh tidak terasa... Sudah bel masuk saja, bukankah Kau harus bersiap untuk kelas gabungan, sudah pergi saja duluan."

Amara membungkukkan kepala, langkahnya berderap menuju pintu.

Amara: (membungkukkan kepala, sopan) "Saya akan segera pergi. Sampai nanti, Nona."

Kiera: (melambaikan tangannya)

---

{Lapangan Akademi - Kelas Gabungan Weapon Training}

Langit cerah dengan awan putih yang melayang perlahan. Lapangan luas akademi dipenuhi para siswa dari kelas A dan B yang berbaris rapi di bawah arahan Instruktur Brokk. Di sisi lapangan, pohon-pohon besar memberikan naungan, sementara beberapa burung kecil berkicau di dahan-dahan.

Instruktur Brokk, seorang dwarf dengan tubuh kekar dan janggut panjang yang diikat rapi, berdiri di tengah lapangan dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya yang serius mencerminkan ketegasan, namun suaranya yang lantang membuat semua siswa memusatkan perhatian padanya.

Instruktur Brokk: (berdiri tegak, suaranya menggema) "Dengar baik-baik, kalian semua! Hari ini kita akan melakukan simulasi berburu monster. Ini adalah persiapan langsung untuk ujian tengah semester nanti!"

Para siswa, dengan perlengkapan mereka masing-masing, mulai saling melirik satu sama lain. Beberapa tampak percaya diri, sementara yang lain terlihat gugup. Di sisi lain lapangan, Amara memandangi rekan-rekan sekelasnya dengan penuh perhatian.

Amara: (dalam hati, penuh kekaguman)

"Itu... Crimson Zenith! Pedang milik Tiara Von Drakonis! Pemberian sang Legenda, naga kuno Drakthar! Tidak percaya aku bisa melihatnya dari dekat..."

Matanya terus bergerak, kali ini tertuju pada jangkar besar di tangan Thalassius.

Amara: (dalam hati, semakin kagum)

"Anchor of the Deep... Salah satu senjata milik Leviathan of the North! Tunggu, itu... Sea Serpent Spear? Apa mungkin itu Selene Caschari yang memegangnya?"

Namun, kekaguman Amara berubah menjadi rasa penasaran ketika dia mendengar namanya dipanggil oleh Instruktur Brokk.

Instruktur Brokk: (melihat daftar di tangannya) "Kelompok empat! Amara Von Draconfall, Raka, Lilian , Vance Everford, dan Marcia Galleon. Cepat berkumpul!"

Amara berjalan menuju kelompoknya, namun pandangannya tertuju pada dua benda logam besar yang melayang di sisi Raka.

Amara: (dalam hati, bingung) "Apa-apaan itu? Dua bongkah besi? Apa dia benar-benar menganggap itu senjata?"

Raka melangkah mendekati Amara, mengulurkan tangan dengan senyum ramah.

Raka: (dengan sopan, berusaha memperkenalkan diri) "Halo, aku Raka. Senang bekerja sama denganmu."

Amara, alih-alih menjawab, justru terus memperhatikan Gearnya dengan tatapan bingung.

Amara: (dalam hati, masih tak percaya) "Dua bongkah besi yang melayang... Apa ini lelucon?"

Raka: (kebingungan, menarik tangannya kembali) "Uh... Kau baik-baik saja?"

Amara tersadar dari lamunannya, wajahnya memerah karena malu.

Amara: (tersenyum kaku, mencoba menutupi rasa malunya) "Oh, maaf. Senjatamu... sangat unik. Aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya."

Raka: (tertawa kecil, menggaruk belakang kepalanya) "Oh, ini disebut Gear. Aku mendesainnya sendiri."

Amara: (matanya berbinar lagi, penuh minat) "Desain sendiri? Luar biasa. Apa kau seorang pandai besi?"

Raka: (menggeleng sambil tersenyum) "Tidak juga. Aku hanya punya banyak waktu untuk mencoba-coba."

Percakapan itu lalu terpotong oleh teriakan dari instruktur Brokk

Instruktur Brokk: (berteriak, menepuk tangannya) "Baik, kalian semua! Bersiaplah dengan formasi. Gunakan kombinasi senjata kalian untuk mengalahkan Golem!"

---

{Simulasi Berburu Monster}

Di tengah lapangan, sebuah Golem besar muncul dari portal sihir. Tubuhnya bersinar dengan core energi di dadanya, menandakan titik kelemahannya.

---