Chereads / Isekai : Chaos and Order / Chapter 49 - Bab 46: Cinta yang terhalang cerita

Chapter 49 - Bab 46: Cinta yang terhalang cerita

Sore itu, di belakang Akademi Stellar, angin berhembus pelan, membawa aroma rumput segar yang sedikit basah setelah hujan ringan di pagi hari. Matahari yang hampir tenggelam memancarkan sinar keemasan, menciptakan bayangan panjang di sepanjang koridor dan taman yang sepi.

Selene berdiri di dekat sebuah pohon besar dengan punggung menghadap ke arah Thalassius, yang berdiri tidak jauh darinya. Ekspresinya dingin, seperti biasa, tetapi di dalam hatinya, ada keraguan kecil yang mulai tumbuh.

Thalassius: (menatap Selene dengan penuh tekad) "Selene, kenapa kau memintaku datang ke sini? Apa ini tentang hubungan kita?"

Selene: (menghela napas, suaranya datar) "Ya, ini tentang itu. Aku ingin kau tahu sesuatu... Hubungan kita hanyalah sebuah kesepakatan politik, Thalassius. Tidak lebih."

Thalassius mengepalkan tangan, menahan emosinya. Matanya memperlihatkan rasa sakit, tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.

Thalassius: (dengan nada tegas) "Aku tidak peduli jika itu hanya politik. Bagiku, kau adalah cinta pertama dan satu-satunya. Aku tidak akan menyerah untuk membuatmu mencintaiku."

Selene berbalik, menatap Thalassius dengan mata yang penuh kebingungan sekaligus rasa bersalah.

Selene:(suara lebih lembut) "Kau tahu... Aku sudah mencintai orang lain. Cintaku tidak pernah untukmu."

Thalassius mengangguk pelan, seolah sudah menduga jawabannya.

Thalassius: (tersenyum pahit) "Aku tahu. Tapi bukankah cintamu juga belum terbalas? Itu berarti aku masih punya kesempatan, kan? Aku akan membuktikan padamu bahwa aku pantas untukmu."

Kata-kata itu membuat Selene terdiam. Ia teringat perkataan Raka sebelumnya, bahwa ia harus memberi perhatian pada hubungan di dunia ini dan menikmati hidup. Setelah berpikir sejenak, ia akhirnya menghela napas.

Selene:(menatap Thalassius dengan ekspresi campur aduk) "Terserah kau saja. Tapi ingat, aku tidak pernah berjanji apa-apa padamu. Jangan harap aku akan memberimu jawaban yang berbeda."

Meskipun jawabannya dingin, ada sedikit celah dalam nada bicaranya yang memberi Thalassius harapan.

Thalassius:(tersenyum penuh tekad) "Aku akan membuktikan bahwa aku layak menjadi pasanganmu. Kau tunanganku, dan aku akan membuatmu melihat itu."

Selene mendengus pelan, berbalik, dan berjalan pergi meninggalkan Thalassius. Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa sedikit lega karena telah jujur tentang perasaannya.

Dari balik semak-semak, Raka, yang sedari tadi menguping, tersenyum puas. Namun, sebelum ia bisa kabur, Thalassius memanggilnya.

Thalassius: (tanpa menoleh, dengan nada datar) "hey playboy sialan, keluar dari situ. Aku tahu kau di sana."

Raka tertawa kecil, keluar dari persembunyiannya dengan santai.

Raka:(dengan senyum nakal) "Ekolokasimu hebat juga, ya."

Thalassius hanya mendengus, lalu menatap Raka dengan penuh rasa ingin tahu.

Thalassius: (berjalan mendekati Raka) "Kenapa kau meminta Selene melakukan ini? Apa kau merasa kasihan padaku?"

Raka:(menggelengkan kepala) "Bukan itu. Aku hanya ingin meluruskan beberapa hal dengan temanku. Kau adalah teman pertamaku di akademi ini."

Thalassius mengangkat alis, sedikit bingung dengan pernyataan Raka.

Thalassius: (dengan nada curiga) "Apa yang sedang kau bicarakan ini?"

Raka tersenyum kecil, lalu memandang langit sore.

Raka: (dengan nada santai) "Kau percaya pada reinkarnasi?"

Thalassius: (kebingungan) "Reinkarnasi? Konsep di mana seseorang mati lalu terlahir kembali di tubuh baru? Ya, aku pernah dengar. Kenapa tiba-tiba kau membicarakan ini?"

Raka terkekeh pelan, lalu menatap Thalassius dengan mata yang serius.

Raka:"Kau harus percaya, karena semua tentang percintaan ini disebabkan oleh hal itu."

Thalassius memiringkan kepalanya, mencoba memahami maksud Raka.

Thalassius: (menatap Raka dengan heran) "apa maksudmu ?"

Raka: (tersenyum tipis) "Aku dan Selene memiliki hubungan di kehidupan sebelumnya. Yah... hubungan seperti ayah dan anak."

Thalassius terkejut mendengar penjelasan itu, matanya melebar.

Thalassius: (dengan nada bingung) "Tunggu, tunggu. Kau serius? Kau pasti sudah gila" (lalu dia berpikir) "tapi jika itu benar semuanya jadi masuk akal, kenapa Selene bisa sangat akrab dengannya walaupun baru pertama kali bertemu!"

Raka: (mengangguk santai) "Ya, dan bukan hanya Selene. Lily dan Tiara juga. Mereka semua adalah... anakku di kehidupan sebelumnya."

Thalassius mundur selangkah, mencoba mencerna informasi yang baru saja ia dengar.

Thalassius: (berbisik) "Jadi itu sebabnya mereka begitu terikat padamu..."

Raka mengangguk, lalu melanjutkan dengan nada serius.

Raka: "Itulah mengapa aku tidak bisa menerima cinta mereka sebagai seorang pria. Tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan mereka. Mereka adalah bagian penting dari kehidupanku, mau bagaimanapun keadaannya."

Thalassius terdiam sejenak, lalu mendekati Raka dengan wajah serius.

Thalassius: (menatap Raka dengan penuh tekad) "Kalau begitu... Ayah!"

Raka terkejut mendengar panggilan itu.

Raka: (dengan nada kesal) "hah! Apa? "

Thalassius:(tersenyum nakal) "Aku berjanji padamu, aku akan membuat Selene bahagia."

Raka menghela napas panjang, lalu mengangguk.

Raka: "...ah Baiklah, aku mendukungmu. Tapi serius, jangan panggil aku ayah. Itu memalukan."

Thalassius tertawa, merasa lega karena telah berbicara dari hati ke hati dengan Raka.

---

Pagi esok harinya, suasana di lapangan latihan Akademi Stellar terasa lebih hangat dari biasanya, meskipun angin dingin masih menyapu rerumputan. Para siswa sibuk mempersiapkan diri untuk pelajaran hari itu. Di sudut lapangan, Raka dan Thalassius sedang berbincang sambil melakukan pemanasan.

Thalassius: (tersenyum puas, menepuk bahu Raka) "Kau tahu, Raka, aku tidak pernah menyangka kau akan jadi orang yang mendukungku seperti ini."

Raka: (menoleh dengan ekspresi datar) "Aku hanya mencoba meluruskan situasi. Lagipula, aku tidak mau ada drama tak perlu di sekitarku."

Thalassius: (tertawa kecil) "Oh, jadi menurutmu cintaku pada Selene itu drama tak perlu?"

Raka: (mengerutkan alis, dengan nada sarkastik) "Tidak, aku hanya berpikir kau terlalu keras kepala untuk menyadari batasanmu sendiri."

Thalassius tertawa lebih keras kali ini, menarik perhatian beberapa siswa di sekitar mereka.

Di kejauhan, Selene sedang berjalan mendekat. Dengan postur anggun dan wajah tanpa ekspresi, ia membawa aura dingin seperti biasanya. Namun, ada sedikit perubahan dalam cara dia menatap Thalassius—bukan tatapan benci, melainkan sekilas rasa toleransi.

Selene: (berhenti di depan mereka, menyilangkan tangan) "Kau terlalu berisik pagi ini Thalassius. Apa yang kau sedang dibicarakan dengan Raka?"

Thalassius: (tersenyum lebar, menunjuk dirinya sendiri) "Oh, aku hanya membicarakan bagaimana aku akan membuatmu jatuh cinta padaku, tunanganku."

Selene mengangkat alis, lalu mendengus pelan.

Selene: (dengan nada datar) "Kau masih bermimpi, rupanya."

Thalassius: (menyeringai penuh percaya diri) "Mimpi itu adalah langkah pertama menuju kenyataan."

Raka: (memutar mata, bergumam) "Tolong, jangan lakukan ini di depan umum. Aku bisa merasakan orang-orang mulai memperhatikan."

Selene mengabaikan komentar Raka, lalu beralih menatap Thalassius.

Selene: (dengan nada serius) "Dengar, aku sudah bilang padamu kalau aku tidak bisa membalas mu. Jadi tolong, jangan terlalu berharap."

Thalassius terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis.

Thalassius: (dengan nada lembut) "Aku tahu. Tapi aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa menjadi orang yang pantas untukmu."

Selene tidak menjawab, tetapi ia tidak membantah. Sebaliknya, ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Thalassius dan Raka.

Setelah Selene pergi, Thalassius menoleh ke arah Raka dengan senyum lebar di wajahnya.

Thalassius: (dengan nada penuh kemenangan) "Kau lihat itu? Dia tidak membantah! Aku ada harapan!"

Raka: (menepuk dahinya, frustrasi) "Aku rasa aku menciptakan monster."

Keduanya tertawa kecil, dan suasana di antara mereka tampak jauh lebih santai daripada sebelumnya. Meski hubungan mereka belum sempurna, ada harapan baru di dalamnya.

Di kejauhan, Selene berdiri di bawah bayangan pohon besar, memandang Raka dan Thalassius yang sedang tertawa. Senyumnya tipis, hampir tak terlihat, tetapi ada kehangatan kecil di balik tatapan dinginnya.

Selene:(berbicara pada dirinya sendiri) "Ternyata kau benar, Raka. Mungkin ada hal lain yang bisa kucoba nikmati di dunia ini."

Angin bertiup lembut, membawa suara-suara tawa mereka ke seluruh lapangan, mengiringi awal hari yang baru di Akademi Stellar.

---