Di kedalaman lima puluh meter, di bawah permukaan laut yang suram, suasana menjadi sangat mencekam. Gelombang lembut menyapu sekitar, baik Ives dan Biscuit menatap hiu raksasa itu tanpa bisa bergerak. Sebelum penyelaman ini, mereka tahu bahwa ada ancaman besar di bawah, tapi, ketika ancaman itu benar-benar muncul di hadapan mereka, akal sehat untuk kabur seakan-akan telah hilang, digantikan dengan perasaan takut yang membuat tubuh mereka mematung.
Saat hiu itu menemukan dua buah mangsa muncul di depan matanya, getaran hebat langsung mengguncang dasar laut. Ives merasakan dengan jelas tekanan ini, bahkan Biscuit yang cenderung pemberani kini terlihat pucat dan cemas.
Tanpa peringatan, bayangan besar itu mendekat dengan kecepatan tinggi. Tubuhnya besar, wajah garang, dan terakhir gigi tajam yang mematikan. Monster, satu kata itulah yang bisa dia katakan. Melihatnya saja sudah bisa membuat orang biasa kencing di celana mereka. Dengan ukuran tubuhnya yang tidak normal, tidak heran jika mereka bisa menerkam utuh manusia biasa, bahkan mengoyak mereka menjadi potongan-potongan dengan beberapa kali sentakan.
'Gawat, kita harus segera keluar dari sini!' Biscuit mencekram lengan Ives sambil berteriak dalam hati.
Ives yang menyadari kegentingan situasi ini mengangguk sambil mempererat pegangannya pada gagang parang. Tidak bisa berbicara, Ives menggunakan aba-aba tangan yang untungnya dimengerti oleh Biscuit.
Megalodon itu meluncur dengan kecepatan mengejutkan, menciptakan gelombang besar yang menghantam keduanya. Ives dan Biscuit tergoncang dan kehilangan keseimbangan mereka. Saat ingin menstabilkan badan, Megalodon itu tidak memberi mereka waktu untuk beristirahat.
Menggertakkan giginya, Ives dalam hati meminta maaf dan menendang Biscuit menjauh. Nyaris saja, jika refleknya lebih pelan, Biscuit pasti telah tertelan.
Berenang menjauh, Ives menebaskan parangnya tepat ke sirip belakang hiu raksasa itu.
Tahu akan apa yang ingin dilakukan Ives, Biscuit jelas khawatir. Pria itu ingin menarik perhatian hiu itu agar dia dapat melarikan diri.
Menyadari kegentingan situasi ini, dia perlu membuat strategi baru! Biscuit terus bergerak mengikuti instruksi yang telah diberikan Ives sebelumnya. Tapi dia masih mempertahankan jarak agar tidak terlalu terpisah terlalu jauh.
Merasakan sesuatu menebas siripnya, hiu raksasa itu nampak semakin marah. Sirip-siripnya berkibar dengan kekuatan menakutkan dan mulutnya terbuka lebar!
Ives terus berenang ke atas dengan sekuat tenaganya. Jika dia berhenti sekarang, hiu itu pasti akan mengoyak tubuhnya.
Merasakan hiu itu semakin dekat, Ives menggertakkan giginya dan menukik ke arah samping.
Hiu itu terus berenang ke depan sebelum akhirnya melambat dan memutar arah kepadanya. Ives mendecak, tapi samar-sama dia melihat bayangan Biscuit yang menunggangi dan memegang moncong hiu itu.
Mungkin karena ukurannya yang begitu besar, hiu itu tidak merasakan bahwa ada sesuatu yang menghinggapi kepalanya.
'Dia menargetkan matanya!' Sekilas Ives langsung bisa membaca niat gadis itu.
Menelan ludahnya, Ives bersedia untuk mengambil taruhan. Dia berenang satu arah ke arah hiu itu. Walaupun di dalam air, dia merasakan keringat membasahi telapak tangannya.
Saat jarak antara dirinya dan hiu itu kurang dari lima meter, tiba-tiba sebuah tangan mencengram mata kanan hiu itu. Tidak hanya sampai di situ saja, Biscuit menusukkan seluruh lengannya ke dalam soket matanya!
"Growls!" Hiu itu berteriak kesakitan, dan dari rasa sakit itu tubuhnya menukik secara reflek.
Ives yang sudah siap segera meraih sirip bawah hiu itu dan berpegangan erat seakan-akan hidupnya dipertaruhkan. Mengencangkan pegangannya, dia langsung menusukkan parang tajam ke dalam perut hiu itu lalu merobeknya ke bagian paling atas yang dapat dia raih dengan tangannya.
Gerakan hiu ganas itu mulai melemah, tapi Biscuit yang tidak ingin main-main menusukkan lengan kirinya ke soket mata kiri hiu itu.
Dengan tiga serangan brutal tersebut, hiu raksasa itu mengeluarkan raungan terakhirnya sebelum perlahan-lahan tenggelam ke dalam lautan yang gelap.
Melepaskan hiu itu, Ives dan Biscuit bahu membahu berenang ke permukaan laut. Dengan tenaga terakhir mereka, mereka menepi ke tepi pantai sambil mengeluarkan napas terengah-engah. Keduanya saling memandang dengan kelegaan.
-----
read advanced chapters on;
patréon.com/mizuki77