"A-aku pikir aku akan mati..." Bicuit terbaring di pesisir pantai sambil menatap ke arah langit. Napasnya masih tersenggal-senggal. Jika Ives tidak menyelamatkannya, dia pasti sudah mati sekarang.
"Ikan itu mungkin ikan terbesar yang pernah aku temui. Untungnya kita selamat, kerja bagus Biscuit." Ives terkekeh. Terlepas dari seramnya pertarungan barusan, tapi hal ini benar-benar memompanya.
Di dunianya sebelumnya, Megalodon sudah punah, dan pada dasarnya jarang bisa bertemu dengan hiu atau ikan dengan ukuran besar seperti itu. Apakah hiu itu benar-benar Megalodon atau bukan, itu tidak penting, yang penting sekarang mereka berdua selamat.
"T-tunggu! Aku lupa membawa kotak perhiasan yang telah aku dapat!" Biscuit tiba-tiba melombat sambil memegangi kepalanya. Ekspresi kelegaan kini tak lagi terlihat di wajahnya, digantikan dengan kekesalan.
"Yah, jangan terlalu heboh." Ives mencoba menenangkannya.
"Bagaimana aku tidak heboh?! Jika kotak itu tidak ada, aku akan gagal!" Biscuit memegangi pundak pria itu sambil menggoyang-goyangkannya dengan ekspresi greget.
"Santai saja, aku berhasil membawanya saat berenang ke atas." Saat Biscuit semakin bingung dan khawatir, Ives mengeluarkan kotak perhiasan milik gadis itu.
"Wah, terima kasih! Aku pikir aku akan gagal." Biscuit memeluk kotak itu layaknya anak sendiri.
"Aku mendapatkannya untukmu, jadi, hadiah apa yang bisa aku dapat?" Senyum musangnya terpampang jelas.
"Hadiah? Tidak ada hadiah, bleh~" Biscuit menjulurkan lidahnya.
"Mungkin aku terlalu baik padamu." Ives tiba-tiba memeluk pinggangnya, dia melanjutkan, "Tapi tidak apa-apa, gadis pemarah dan tidak tahu berterima kasih masih termasuk tipeku." Mengangkat dagunya, dia langsung menciumnya.
Setelah meronta, Biscuit akhirnya bisa lepas dari pelukan monster ganas itu. Wajahnya masih merona, dan dia menatapnya dengan tatapan marah.
"Maaf jika aku mengganggu kesenangan kalian, tapi aku sarankan untuk cepat menyerahkan kotak perhiasan itu." Tiba-tiba terdengar suara pria asing dari belakang.
Menoleh ke belakang, Biscuit dan Ives sama-sama mengenali bahwa orang itu adalah peserta Ujian Hunter sama seperti mereka. Alasan mengapa dia datang dan meminta kotak perhiasan mereka jelas, pria ini tidak dapat menemukan miliknya sendiri dan memutuskan untuk merebut milik peserta lain.
"Huh? Apakah kalian tidak mendengarnya? Cepat serahkan atau kalian akan menerima konsekuensi yang berat." Pria itu menodongkan pisaunya sambil membuat ekspresi mengancam.
"Sunggu waktu yang tepat. Kamu membuatku marah, tapi aku akan menghajar orang ini untuk melampiaskan kemarahanku." Biscuit memukulkan tinjunya ke telapak tangannya.
Tanpa menunggu Ives, Biscuit maju ke depan dengan tatapan pemburu.
"Jika itu yang kamu inginkan, maka baiklah!" Pria yang memegang pisau itu langsung belari ke depan sambil menebaskan pisaunya.
Biscuit melangkah ke kanan dengan tenang lalu memegang pergelangan tangan pria itu. Menariknya ke dalam, Biscuit membantingnya ke tanah lalu mengunci lengan kanan pria itu ke dalam posisi submisi.
Ives menyaksikan pertarungan itu sambil menyilangkan tangannya. Jangan pernah remehkan Biscuit. Walaupun masih belum menguasai Nen, tapi dia sudah punya banyak pengalaman bertarung di jalanan. Menghadapi kroco seperti ini semudah menampol lalat.
Dengan satu gerakan, bunyi Crack! terdengar menggema di pesisir pantai.
"Aahhh!!!" Pria itu berteriak nyaring. Lengan kanan pria itu patah dan dia mulai menggeliat di tanah sambil menahan rasa sakitnya.
"Fiuh~ Oke, sekarang aku sudah lega. Ives, ayo pergi." Biscuit berdiri sambil menepuk-nepuk tangannya.
Melihat gadis ini menghancurkan lawannya dengan brutal, terkadang dia ragu apakah gadis ini benar-benar seorang Transmuter...
-----
read chapter 30 on;
patréon.com/mizuki77