Dari belakang, Zhenzhen berpegangan pada baju ayahnya, melihat ke sekeliling. Wajahnya yang dulu cantik dan menggemaskan kini penuh dengan air mata, dan matanya merah bengkak, jelas karena menangis untuk waktu yang lama.
"Wuu, ini semua salahku. Kalau bukan karena aku ingin melihat lampion, Kakak tidak akan hilang. Wuu!"
Xin Er penuh dengan penyesalan diri, berharap dia bisa menampar dirinya sendiri berkali-kali dengan keras.
"Jangan menangis lagi. Kakak Yan itu orang baik; surga akan melindunginya. Mungkin dia terseret oleh kerumunan, dan mungkin dia juga sedang mencari kita sekarang!"
Liyan memeluk bahu Xin Er, menghiburnya dengan suara lembut, namun matanya yang merah dan bengkak menunjukkan kekhawatiran yang dalam.