Evelyn memeluk ibunya erat-erat, air mata mengalir bebas seolah-olah mereka telah menunggu bertahun-tahun untuk meledak. Gracia pun menangis terisak, tubuh rapuhnya bergetar oleh pelepasan emosi yang telah lama ia tahan. Kegembiraan melihat putrinya lagi bercampur dengan penderitaan dari tahun-tahun yang telah hilang—itu sangat luar biasa.
Keduanya tidak berbicara pada awalnya, membiarkan air mata yang berbicara. Hati Evelyn sakit melihat kerapuhan ibunya, namun di saat yang sama, dia merasakan kegembiraan yang tak terkatakan. Dia masih hidup.
"Aku sangat merindukanmu," bisik Evelyn, suaranya bergetar oleh emosi.
Gracia mengangguk, tangannya lembut menyapu wajah Evelyn yang basah oleh air mata. "Dan aku merindukanmu lebih lagi, Eve kecilku. Tidak ada satu hari pun aku tidak memikirkanmu."