Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kampung Angker

Family_Blessing
--
chs / week
--
NOT RATINGS
263
Views

Table of contents

Latest Update2
024 months ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 01

Windy, seorang wanita cantik yang adalah istri dari Raja. Saat ini ia sedang mengemasi baju-bajunya dan juga baju-baju suaminya. Esok hari sepasang suami istri itu akan berangkat menuju sebuah desa yang terbilang cukup jauh dari pusat kota, untuk melaksanakan dinas setelah menyelesaikan pendidikan.

Raja yang adalah alumni mahasiswa kedokteran, dialah yang akan melaksanakan dinas selama beberapa bulan di sebuah desa terpencil. Sementara untuk Windy, ia adalah alumni mahasiswa fakultas seni yang juga akan melaksanakan di as ke desa yang sama dimana suaminya melaksanakan kegiatan dinas.

"Sayang? Kamu udah siap belum?." Raja kini melangkahkan kaki menuju kamar untuk menemui istrinya.

"Brakkkk!" Tiba-tiba saja terdengar oleh Raja suara pintu yang di tutup dengan begitu keras

"Apa itu? Kayaknya suara pintu tapi siapa apa Fendi udah pulang ya?" Raja yang saat ini sedang berada di ruang tamu, ia segera beranjak untuk mengecek sumber suara yang terdengar dari arah samping rumah

"Fendi? Fen itu kamu?" Raja terus berjalan dengan santai menuju samping rumah.

Namun, lama kelamaan justru Raja merasa tubuhnya merinding, seperti ada yang meniup pelan tengkuknya.

Lama kelamaan, Raja merasa jika tubuhnya terasa panas hingga membuat tubuhnya di banjiri keringat.

"Nggak ada apa-apa? Pintunya juga kekunci tapi arah suaranya dari sini. Apa... Mungkin itu Fendi aku cek di kamarnya deh."

"Krieeettt." Raja kini tiba di depan kamar Fendi dan segera mendorong pintu kamarnya.

"Fendi? Kamu di dalam?"

"Loh gak ada?"

Ternyata saat Raja memasuki kamar Fendi yang adalah adiknya, ternyata tidak ada siapapun di sana.

"Gak ada orang terus tadi yang nutup pintu sampe di banting siapa?"

"Ah mungkin aku salah dengar atau mungkin bukan di rumah ini" Raja pun segera berlalu meninggalkan kamar adiknya itu dan segera berjalan menuju kamarnya dan Windy.

"Kamu udah siapa sayang?"

"Udah, kamu dari mana aja di panggilin gak nyahut" Ucap Windy

"Oh itu, aku tadi lagi ke toilet belakang jadi gak dengar hehehehe."

"Yaudah kita istirahat yuk biar besok gak kesiangan bangunnya."

Malam itu, jam menunjukkan pukul sepuluh malam, sepasang suami istri itupun segera mengistirahatkan tubuh di kamar pribadinya.

***

Tak terasa, malam perlahan berganti pagi.

"Aduhh, udah jam berapa ini?" Windy pun mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas kamar itu.

"Udah jam lima ya, sayang bangun."

"Ada apa sayang aduhh."

"Udah jam lima pagi ini kan kita harus jemput papa sama mama dulu sayang sebelum kita berangkat"

"Oh astaga iya ya pesawat mereka kan jam enam pagi" Raja segera bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Ada-ada aja."

Pagi-pagi sekali, jam menunjukkan pukul enam pagi Raja dan Windy kini segera bergegas menuju bandara untuk menjemput kedua orang tuanya mereka yang saat itu baru saja pulang dari luar kota, sebelum mereka akan berangkat menuju sebuah desa untuk melaksanakan dinas di sana.

***

Saat ini, Raja dan Windy segera bersiap-siap untuk segera berangkat menuju sebuah desa yang kira-kira jaraknya dapat di tempuh sekitar delapan jam perjalanan.

"Sayang semua udah siap kan?" Tanya Windy sembari menoleh ke arah suaminya.

"Udah sayang, yaudah kalau gitu kita berangkat aja biar gak kesorean nanti nyampenya."

"Papi mami, kamu pamit ya?"

"Iya nak kalian hati-hati ya. Kalau ada kesempatan kabari ya kalau sudah tiba." Ucap Bu Dahlia yang kini sedang berdiri di depan rumah bersama pak Arno untuk mengantarkan Raja dan Windy.

"Fen kamu hati-hati ya di sini jangan suka keluyuran malam" Ucap Raja sembari menoleh ke arah adiknya yang sedari tadi hanya diam.

"Iya bang, Abang hati-hati ya di sana"

Raja dan Windy pun segera menaiki mobil dan segera meninggalkan rumah itu perlahan-lahan menyusuri jalanan perkotaan.

"Sayang maaf ya, kamu terpaksa harus ikut sama aku jauh dari orang tua kita. Aku tau ini pasti berat"

"Iya sayang gak apa-apa, itukan udah kewajiban aku buat selalu dampingin kamu kemana pun kamu pergi kan?"

"Lagian kan bukan cuma kamu yang dinas, aku juga kan?." Windy pun melempar senyuman kepada suaminya itu.

Tidak terasa kini mobil yang mereka tumpangi perlahan meninggalkan kota, dan saat ini melewati desa-desa yang berada di pinggiran kota. Perlahan Windy pun mulai merasa mengantuk dan akhirnya terlelap dalam tidur.

Tidak terasa pun, sudah kurang lebih hampir tiga jam meninggalkan kota, kini mobil Raja dan Windy melewati sebuah hutan yang cukup lebat. Namun hari itu entah kenapa terasa sangat sepi tanpa ada mobil ataupun kendaraan lain yang berpapasan dengan mereka.

Karena kondisi jalan yang terlihat sepi itu, dan jalanan lurus tanpa banyak berkelok-kelok, Raja pun menambah laju mobilnya.

Tiba-tiba saja Raja menginjak rem dengan mendadak. Hingga membuat Windy yang tertidur pulas terbangun dari tidurnya.

"Ada apa sayang? Kok ngerem mendadak?" Windy kini masih mengusap matanya yang terasa masih sangat mengantuk.

"Eh, aduh maaf sayang kamu gak apa-apa kan?"

"Aku gak apa-apa kok sayang. Emang ada apa kok kamu ngerem mendadak?"

"Itu Yank tadi ada kakek-kakek nyebrang jadi aku ngerem karena pas di depan mobil."

"Kakek? Mana yank gak ada?" Windy kini memperhatikan sekitarnya yang di sana ia tidak menemukan siapapun selain ia dan suaminya.

"Itu ada loh tadi di depan mobil yank" Saat Raja melihat ke arah dimana ia melihat seorang kakek yang menyebrang tadi, ternyata memang di sana tidak ada sesiapapun.

"Loh kok gak ada? Tadi ada loh yank tadi ada loh." Raja pun membuka lebar kaca mobilnya dan menengok ke sekitarnya namun lagi-lagi ia tak menemukan sosok kakek yang ia lihat tadi.

Begitu juga Windy melakukan hal yang sama, namun hasilnya tetap saja nihil mereka tak menemukan siapapun di sekitar mereka.

"Yaudah sayang gak usah terlalu di pikirin yang penting kamu hati-hati ya nyetir nya."

Raja dan Windy pun kembali melanjutkan perjalanan di siang itu. Hingga tak terasa jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Yank ini udah dimana? Apa kita udah sampai?" Saat ini Raja dan Windy sudah memasuki sebuah pedesaan yang terlihat cukup ramai.

"Kayaknya bukan ini deh bentar aku tanya dulu"

Raja pun kembali melanjutkan perjalanan memasuki desa itu, hingga akhirnya bertemu dengan seorang pria yang kira-kira usianya, sekitar lima puluh tahunan.

"Pak, pak em numpang nanya ini namanya desa apa ya? Soalnya gak ada nama desa nya di ujung kampung"

"Oh iya mas, ini namanya desa Sumberejo,".

"Oh iya pak kalau mau ke desa Kromorojo masih jauh gak pak"

"Oh desa Kromorojo? Sebenarnya kalau mau kesana Ndak bisa pakai mobil mas"

"Jadi gimana pak?" Raja saat ini merasa kebingungan sebab memang ia belum pernah mendatangi pedesaan tersebut sebelumnya.

"Kalau mau ke desa Kromorojo, itu harus naik sampan lagi mas nanti naik sampannya dari sini. Nah desa Kromorojo ada di seberang sungai sana"

"Oh gitu mas," Raja kini menganggukan kepalanya mendengar penjelasan dari pria tersebut.

"Tapi mas, biasanya sore-sore begini tidak ada lagi sampan yang menyebrang kesana kecuali besok pagi"

"Jadi kalau begitu kami harus menginap di sini ya mas?" Tanya Raja

"Iya betul mas. Kalau mas tidak keberatan mas boleh menginap saja di rumah saya Ndak jauh dari sini"

"Wah, kalau begitu terimakasi mas saya mau"

"Baiklah mas mari saya antar"

Raja dan Windy pun segera mengarahkan mobilnya memasuki sebuah lorong di desa itu dimana rumah pria tadi berada. Hingga saat ini mereka tiba di sebuah komplek perumahan di desa itu.

"Nah di sini rumah saya mas, monggo masuk dulu mas mbak."

Raja dan Windy pun segera di suguhi teh hangat di sore itu oleh istri dari pria tersebut

"Perkenalkan mas nama saya Asep, dan ini istri saya Ina"

Malam itu, mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol sembari menunggu waktu untuk beristirahat.