Chereads / Kampung Angker / Chapter 2 - 02

Chapter 2 - 02

"Jadi, tujuan kedatangan mas sama mbak ini ke desa Kromorojo itu mau ada tugas ya?" Tanya pak Asep kini sambil menoleh ke arah Raja dan Windy.

"I iya pak, saya dari fakultas kedokteran, dan baru saja menyelesaikan pendidikan beberapa bulan yang lalu pak, dan ini istri saya, dari fakultas ekonomi, dan harus melaksanakan dinas di sekolah dasar sesuai ketentuan dari kampus kami pak"

Pak Asep pun hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan Raja.

"Apa mas mbak ini yakin mau ke desa Kromorojo?"

"Memangnya ada apa pak?"

"Ndak apa-apa mas, bukan apa-apa. Desa Kromorojo itu bisa di bilang desa yang cukup tertinggal, di sana belum ada sarana seperti listrik, air bersih dan lainnya mas"

"Oh begitu pak, gak apa-apa kok kami pasti bisa kok"

***

Setelah selesai bercakap-cakap dengan pak Asep, tak terasa kini Windy merasa matanya mulai mengantuk.

"Sayang aku ngantuk" ucap Windy

Malam itu, akhirnya Raja dan Windy pun mengistirahatkan tubuh di kamar yang telah di sediakan oleh pak Asep untuk Raja dan Windy.

Tak terasa, hingga akhirnya Windy terbangun karena mendengar suara ayam berkokok tepat di samping kamar yang mereka tempati. Sehingga suara ayam berkokok tersebut terdengar sangat begitu kencang.

"Udah jam berapa sih ini emang?" Windy segera mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas yang ada di kamar itu.

"Udah jam lima lewat ya aduhh udah pagi ternyata"

***

Pagi itu, mereka hendak bersiap-siap untuk segera berangkat untuk menyebrangi sungai untuk bisa sampai di desa Kromorojo.

"Eh mas mbak sudah siap?"

"Sudah pak, ini mau berangkat terimakasih pak sudah menyediakan rumah untuk kami bermalam, oh iya pak saya titip mobil kami di sini ya"

"Oh iya sama-sama mas, iya boleh mas parkir saja di depan situ,"

"Kalau sudah siap mari saya antar ke dermaga tempat penyeberangan ke desa Kromorojo"

***

Raja, Windy dan oak Asep pun segera bergegas menuju dermaga tempat penyeberangan.

Yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah oak Asep. Sehingga ketiganya lebih memilih untuk berjalan kaki saja.

"Indah juga ya pak kampung ini beda jauh sama suasana di kota" Windy kini terlihat begitu mengagumi suasana desa pagi itu yang terlihat warga yang sedang menyapu halaman depan rumah, serta ada juga warga yang hendak berpergian menuju ladang.

Selain itu, ada juga terlihat beberapa anak sekolah yang sudah siap memakai seragam SD yang kini tengah berjalan beriringan menuju sekolah. Benar-benar suasana pedesaan begitu terasa.

"Nah di sini dia dermaga penyeberangannya mas"

Dermaga itu juga terlihat suasananya normal seperti biasanya, banyak sekali warga yang juga berdatangan, dan juga yang hendak pergi.

"Mau kemana mas?" Tanya seorang pria yang juga kira-kira usianya sekitar empat puluhan tahun.

"Kamu mau ke desa Kromorojo pak"

"Oh kebetulan atuh perahu saya juga mau kesana kalau mas mau mari bareng dengan saya saja"

Raja dan Windy pun menyetujui tawaran sang pria tersebut, mereka pun segera bergegas untuk menuju dimana perahu pria tersebut di labuh

***

Akhirnya kini perahu itu pun mulai meninggalkan desa Sumberejo .

"Ini semua mau ke desa Kromorojo ya pak?". Tanya Windy.

Kebetulan saat itu, Raja dan Windy duduk di bagian belakang berdekatan dengan sang pemilik perahu itu.

"Oh bukan mas, tapi ke desa lain mas jadi selain desa Kromorojo, ada juga desa lain yang memang adanya harus lewat sungai begini"

"Oh begitu mas" Windy pun hanya menganggukkan kepalanya mendengar penuturan sang pemilik perahu itu.

"Kalau yang mau ke desa Kromorojo, palingan hanya mas sama mbak aja selain itu Ndak ada"

"Haaa?" Raja dan Windy kini hanya terbungung-bingung mendengar penjelasan pemilik perahu itu. Sebab bagaimana mungkin desa lain bisa seramai ini, tapi yang mau ke desa Kromorojo hanya mereka berdua.

"Memangnya di sana warganya banyak pak?" Tanya Raja

"Banyak mas tapi...." Sang pemilik perahu itu justru menggantung ucapannya.

"Tapi apa pak?"

"Em, maaf mas saya Ndak bisa ngasih tau nanti saja mas mbak pasti tau sendiri kok"

Raja dan Windy kini semakin penasaran bagaimana sebenarnya keadaan disana sampai pemilik perahu itu tak berani memberi tahu kepada mereka.

Tak terasa sekitar setengah jam menyebrangi sungai, akhirnya kini perahu itu tiba di dermaga desa Kromorojo.

"Kita sudah sampai mas"

"Baik pak terimakasih"

"Mau turun di sini mas mbak?" Tanya seorang ibu yang juga adalah penumpang di perahu itu dengan tujuan desa lain

"Iya Bu mau turun di sini"

"Ya sudah mas mbak hati-hati ya" ucap beberapa orang penumpang yang masih ada di perahu tersebut.

Perahu yang mereka tumpangi itu terdapat kurang lebih enam orang penumpang dengan tujuan yang berbeda.

Di dermaga desa Kromorojo itu, juga terdapat dua buah perahu lain, namun tidak ada pemiliknya. Suasana dermaga tersebut kosong tanpa ada seorangpun di sana.

"Sayang kok dermaganya sunyi banget ya mirip kampung mati" Tanya Windy kini yang langsung menggandeng tangan suaminya.

"Ssttt jangan ngomong sembarangan sayang yaudah ayo"

Saat mengikuti sebuah jalan setapak dari arah dermaga itu juga di sepanjang pinggiran sungai hanya terdapat hamparan Padang rumput yang sudah terlihat mengering tanpa ada satupun rumah warga di sana.

"Ayo sayang kita jalan lagi"

Raja dan Windy pun kembali melanjutkan perjalanan menyusuri jalan yang tidak terlalu lebar itu, dan hanya beralaskan bebatuan. Hingga tak lama kemudian mereka melihat sebuah rumah.

"Yank ada rumah tuh kita tanya dulu yuk"

Namun saat di perhatikan, rumah tersebut justru terlihat kosong sebab memang terlihat sangat kumuh, bahkan halamannya pun banyak di tumbuhi rumput-rumput liar yang bahkan sudah menutupi sebagian badan rumah itu.

"Kayaknya itu rumah kosong sayang gak deh ayo jalan lagi nanti pasti ketemu rumah kok"

Akhirnya setelah beberapa menit berjalan menyusuri desa Kromorojo itu, Raja dan Windy kini menemukan sebuah rumah kecil yang juga nampak kumuh.

"Sayang ada orang tuh nanya yuk"

"Ayo sayang"

Raja dan Windy pun segera menghampiri seorang wanita yang kira-kira usianya sekitar tujuh puluhan tahun yang sedang duduk terlihat termenung di depan rumahnya.

"Permisi nek selamat siang" ucap Windy yang kini menyapa wanita tersebut. Namun wanita tersebut hanya diam menatap kosong ke depan.

"Nek nenek" beberapa kali Windy mencoba memanggil sang wanita tersebut namun tetap tidak ada respon sama sekali.

"Eh permisi maaf mas mbak, nenek saya memang Ndak bisa melihat dan mendengar karena sudah lama sakit"

Raja dan Windy pun hanya menganggukkan kepala masing-masing mendengar ucapan sang pemuda tersebut.

Lanjut part Tiga ya guys hehehehe