"Arghhh! Mamah! Kok Tya nggak dibangunin sih?" tampak seorang gadis dengan seragam acak-acakkan memekik kesal seraya menuruni anak tangga.
"Lo kebo! Sadar diri kenapa?" sahut salah satu saudaranya dari arah dapur.
Gadis berpenampilan acak-acakkan itu mendumel kesal. "Kalian aja yang nggak bisa bangunin gue." kesalnya seraya menatap tajam kedua saudarinya yang ada diruang makan.
"Forestya! Astagfirullah kamu ini bocah TK apa gimana sih? Baju kamu benerin dulu itu." Forestya menatap Mamahnya yang mendelik gemas ke arahnya.
"Tya tadi buru-buru. Lagian kenapa nggak ada yang bangunin aku sih Mah?" Forestya memprotes kembali dirinya yang tak dibangunkan.
Belum sempat sang Mamah menjawab, atensi mereka teralihkan pada saudara tertua mereka yang keluar dengan semangkuk besar sup ayam.
"Sarapan lalu berangkat. Ini first time kita masuk ke sekolah baru. Masa hari pertama udah telat?" lelaki bersurai coklat muda itu menatap jengah saudari-saudarinya.
"Bang Anno mah, gitu mulu! Sesekali telat nggak apa-apa kali." jengah Neisya - si bungsu - yang kini bergerak mengambil lauk-pauk untuk mengisi piring nya.
Alkanno, si sulung duduk berhadapan dengan adik keduanya dengan tatapan malas. "Kita selalu telat disekolah lama kalau kalian lupa." ujar lelaki itu tanpa nada.
"Malah diperjelas." Indri- kembaran Neisya -Â berkata kesal sembari memutar matanya malas.
"Udah, sarapan dulu gih. Mamah mau antar makanan ke kantor papah kalian." Kaila mengelus satu persatu kepala anak-anaknya sebelum berlalu pergi dengan totebag berisi kotak masakannya.
⋘...⋙
Suara berisik yang cukup mengganggu dari gesekan antara ban motor dan aspal sontak menyita perhatian murid-murid SMA Garuda.
Tampak seorang gadis dengan kesal melepas helm full face nya. "Sialan lo!" maki gadis itu seraya melempar helm nya pada cowok yang menatapnya bingung.
"Apa?" tanya cowok itu bingung. Namun tetap pada wajah datar khas nya. Gadis itu menghela nafas lelah.
"Kenapa kita bisa papasan hah? Arah rumah kita ke sini beda anjir! Lo nggak mungkin segabut itukan?!" gadis itu menatap cowok datar itu dengan tatapan tidak percaya.
"Dengar ya Lafina Khafizyaana Az-zahra, pertama itu jalan bukan jalan nenek moyang lo. Kedua, ketua gue habis nongkrong di warteg langganan nya. Jangan suudzon deh lo!" bukan cowok didepan Lafina yang menjawab, namun lelaki lain yang baru saja datang dengan meneteng jaket khas sebuah geng.
Cowok didepan Lafina adalah Zafrel Arkatama Al-Fahrizi, pemimpin geng Darkness yang sudah lama bentrok dengan geng Lafina tanpa alasan yang jelas.
Lafina pun tak ingat bagaimana mereka bentrok. Tapi yang jelas kedua geng ini dulunya rukun saja, geng ini mulai bentrok saat Lafina dan Zafrel mengambil ahli.
Kedua geng ini dulu hanya geng hasil gabut yang kemudian berdiri hingga dua generasi. Sekarang Lafina dan Zafrel adalah generasi ke-tiga yang memimpin geng Night Devil's dan Darkness.
Biasanya ketua berikutnya dari kedua geng tersebut ditentukan dengan sparing atau dipilih langsung oleh sang leader.
Walaupun pemandangan bentrokan antar dua kubu ini cukup sering terjadi, kali ini mereka menjadi pusat perhatian karena munculnya empat wajah asing yang berdiri menonton pertengkaran mereka.
"Alasan lo! Orang gue lewat tadi warteg langganan ketua lo tutup!" Lafina mendelik tajam pada Arsya-cowok yang baru saja menegurnya- dan bersiap melempar helm yang baru diambilnya dari tangan Zafrel.
"Ekhem!" deheman itu menghentikan niat Lafina dan perdebatan tidak penting mereka.
"Sorry kalau gue ganggu, tapi boleh tanya ruang guru dimana?" Alkanno menepuk pundak Zafrel kemudian mundur kembali dua langkah dan bertanya dengan canggung namun datar melihat tatapan tajam Zafrel.
"Murid baru ya?" Alkan mengalihkan pandangan nya pada Lafina yang barusan bertanya.
Secara tak sengaja dua manik almond yang tampak serupa saling bertemu. Sejenak, Alkan tertegun melihat manik almond itu. Namun tak berlangsung lama, Alkan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Lo bisa anterin kita?" Alkan bertanya dengan nada datar. Yang kemudian diangguki oleh Lafina.
"Ayo ikut gue, gue juga ada urusan di ruang guru." Lafina melirik kembali pada Zafrel yang masih menatap nya lamat.
"Lo nggak pindah-kan?" tanya Zafrel dengan random nya. Walau begitu wajah cowok itu tetap datar bak triplek.
Lafina menatap Zafrel dengan tatapan yang mungkin mengatakan 'Lo gila!?' atau mungkin 'Kejedot pintu apa Lo?'
"Nggak jelas lo titisan opet!" Lafina menatap sinis Zafrel seraya memberikan jari tengah nya ke arah cowok itu, kemudian melangkah pergi ke ruang guru diekori empat murid baru yang merupakan Alkan dan Adik-adiknya.
"Btw, kita belum kenalan nih. Gue Forestya Nabila Azuyyana, salken ya." Forestya mempercepat sedikit jalannya, sehingga ia kini mengambil tempat berjalan tepat disebelah Lafina.
"Salken, gw Lafina." balas Lafina dengan senyum tipis. "Kalian temenan, sepupuan apa gimana?" Lafina kemudian bertanya saat suasana mulai terasa canggung.
"Kita saudaraan. Beda emak." sahut Indri dengan nada santai. Lafina terdiam dengan tatapan tidak percaya.
"Seriusan?" tanya gadis itu masih tidak percaya.
Namun percakapan mereka harus berhenti kala mereka sampai di ruang guru. "Okey, ini ruang gurunya. Gue duluan ya! Dah!" Lafina melambaikan tangan nya ke arah mereka berempat sebelum menghilang di dibalik belokan tembok.
⋘...⋙
Forestya menelungkup kan kepalanya pada lipatan tangan nya. Ia berada di kelas yang berbeda dengan saudaranya. Ia sendiri yang meminta untuk dimasukkan ke kelas IPS. Sementara mereka berada di kelas bahasa dan IPA.
"Kira-kira gue ketemu sama cewek yang namanya Lafina itu lagi nggak ya? Kalau ketemu jadiin temen boleh-kan? Lagi pula, kenapa dia kelihatan familiar di mata gue?" Forestya bermonolog sendiri di sepinya kelas itu.
Maklum saja, karena ini jam istirahat. Tentu saja kelas akan sepi. Pasti siswa-siswinya akan lebih memilih berada di kantin.
"Ngapain Lo ngomong sendiri? Nggak kesambet-kan?" Forestya sedikit terpenjat kaget kala sebuah tangan tersampir dibahu kanannya.
Gadis itu mengangkat pandangan nya. Netra hazelnya bertabrakan dengan netra hitam bak obsidian milik seorang gadis yang merupakan teman sebangkunya. "Lo!? Bikin gue kaget sialan!" Forestya menatap sinis cewek berjepit rambut biru itu.
"Komuk kaget Lo lucu, hahaha." gadis berjepit rambut biru itu tertawa lepas seraya menghindari tangan Forestya yang mencoba memukul dirinya.
"Queen Zalfa Azyaana!" pekik Forestya dengan kesal.
Zyana terkekeh kecil kala nama lengkap nya disebut oleh gadis itu. "Lo nggak mau ke kantin ap-" belum selesai Zyana berbicara, perkataan nya terpotong oleh seorang gadis bermanik almond yang baru saja memasuki kelasnya.
"Zy! Lo bareng gue nggak ke kantin?" Lafina dengan tidak ada rasa bersalahnya memasuki kelas Zyana yang sepi. Hanya ada satu-dua murid yang sedang tidur atau memainkan benda pipih mereka.
"Eh? Lo cewek yang tadi ya?" Lafina mengalihkan pandangannya dari Zyana ke Forestya yang menyimak pembicaraannya dan Zyana.
"Iya, btw Lo anak IPA ya?" tanya Forestya sekedar berbasa-basi. Walau ia sudah tahu lewat almamater milik Lafina yang berwarna hitam, ditambah lambang jurusan IPA yang tersemat di almamater tersebut.
"Hosh, hosh, Fina! Anak-anak SMA sebelah nyari Lo tuh!" belum sempat Lafina menjawab pertanyaan dari Forestya tampak seorang gadis dengan gelisah menyampaikan informasi yang dibawa nya kepada Lafina.
Perasaan tidak enak seketika menyelimuti Lafina. Apa lagi yang kali ini akan dilakukan oleh 'mereka'?
Tbc...