Ditengah kemewahan dan intrik istana Evimerousa, Elisa tumbuh sebagai pelayan harem kerajaan. Latar belakangnya sederhana, berasal dari permukiman rural di pinggiran kerajaan. Sejak bekerja disana, ia telah berlatih untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan para bangsawan. Meski tugasnya biasa dan hanya seorang wanita yang bertindak untuk menunggu perintah, walau begitu istana memberi keistimewaan untuk dirinya mengambil posisi sebagai pengawal kerajaan. Ia diharapkan untuk mengangkat senjata dan membela tuannya jika diperlukan. Dia mengabdikan diri pada tugasnya dan menjalankan pekerjaannya sebagai pelayan tanpa cacat dan kegagalan.
Hari itu desas-desus ancaman untuk kerajaan mulai menyebar keseluruh kalangan penghuni istana, rumor tersebut dirahasiakan ketat oleh istana untuk menghindari kepanikan publik. Para petinggi mulai menurunkan perintah kepada penjaga dan kesatria loyal mereka untuk meningkatkan penjagaan dan patroli rutin secara teratur ke-seluruh penjuru istana. Dan telah sampai Elisa pada perannya sebagai petarung, walau begitu keahliannya dalam berpedang hanyalah cukup. Akibatnya, Elisa menemui dirinya kalah telak ketika seorang pembunuh berhasil menyusup istana dengan cara
mengecoh penjaga sehingga sukses dirinya masuk ke area kerajaan. Target utama adalah seorang putri mahkota yang baru lahir, Elisa yang sudah sedari tadi berada disana mencoba untuk menghalang pembunuh tersebut, merasa dirinya sudah siap mengorbankan nyawa untuk melindungi tuan dan mendedikasikan diri pada tugasnya, ia mencoba untuk menghadapi pembunuh itu dengan segenap kemampuan, namun keberuntungan kurang berpihak kepada diri-nya kali ini.
Lawannya berhasil mendaratkan serangan belati tepat ke arah kakinya, ia mendapati luka sayatan oleh belati tersebut, Belati tersebut telah dilapisi oleh racun dengan konsentrasi tinggi. Jenis racun yang dimaksud awalnya adalah untuk membunuh anggota keluarga kerajaan, racun yang cukup merepotkan karena sangat sulit disembuhkan oleh penyihir "Healer" dengan sihir penyembuhan langsung.
Namun berkat penanganan segera untuk merawat luka dan upaya ahli pengobatan dalam menetralisir racun. Elisa kini berhasil untuk pulih, tetapi masih ada efek samping yang tersisa, itu tidaklah mematahkan semangatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dia tidak lagi bisa bergerak lincah dengan kakinya untuk berlari, gaya berjalannya menjadi terseok-seok.
Dengan keadaan seperti itu, Elisa harus menerima kenyataan bahwa kehidupan-nya sebagai pejuang sudah berakhir.
***
Kemudian istana segera mengeluarkan Elisa dari posisinya. Ia sangat paham mengapa dirinya dikeluarkan dari sana, alasan yang masuk akal akan kehilangan pekerjaan yang tidak dapat lagi dia usahakan. Hal ini membuat Elisa kesulitan dalam mengatur perekonomian-nya untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari karena pengeluaran yang terus terpakai tanpa adanya pemasukan lebih.
Di sisi lain dirinya juga terancam dengan wewenang pengadilan, tetapi ia merasa beruntung karena tidak dieksekusi secara diam-diam. Mengingat itu bisa membahayakan dirinya, maka demi kelangsungan hidup, Elisa meninggalkan ibukota.
Pelopor di balik motif pembunuhan sang putri kerajaan masih belum ditemukan tetapi akan tetap dilakukan pencarian, sebagai seorang yang sudah lihai dengan sistem harem istana, Elisa menyadari bahwa dia telah terseret ke dalam jaring konspirasi yang lebih besar.Dalam kekacauan tersebut, Elisa menemukan dirinya dihadapkan pada pilihan sulit. Setiap bukti yang ada seolah mengarah padanya.
Saat dia dibawa menuju pengadilan dengan pasukan pengawal, ia penasaran mengapa para tokoh pimpinan menargetkan wanita yang rendah diri seperti dirinya, mungkinkah mereka ingin menggantikan-nya dengan wanita pelayan yang lebih sederhana sehingga bebas bagi mereka untuk mengganti-nya sesuka hati, atau mereka sedang merencanakan sesuatu untuk memancing siapapun dibalik rencana ini?.
Tertekan oleh situasi dan merasa tak ada jalan keluar, Elisa tahu bahwa untuk selamat, ia harus pergi. Demi keselamatan dirinya, dia memutuskan untuk meninggalkan ibukota. Terlepas dari dugaan apakah istana benar-benar memanfaatkan dirinya, dia tidak lagi menanggung tanggung jawab pada tugas di kehidupan lamanya, sekarang ia bebas tidak ada lagi yang akan menahan-nya.
Ke-esokkan harinya dengan sisa uang yang relatif tidak banyak, ia memutuskan untuk menyewa serangkaian kereta kuda yang memang disewakan untuk perjalanan. Dengan memakan waktu kurang lebih dua minggu, ia berhasil tiba di wilayah Sireas.
Area yang merupakan daerah pertanian luas yang terletak di dekat perbatasan kerajaan, disana juga terdapat Benteng Theras yang merupakan kota berbenteng tempat tinggal para pejabat lokal, selebihnya wilayah itu tidaklah lebih dari area ladang pertanian gandum yang luas, karena padi tidak ada di dunia ini, maka sebagai alternatif-nya gandum menggantikan kedudukan sebagai bahan pengganti pangan dari biji beras. Kebanyakan dari jenis tanaman yang ditanam oleh penduduk di dunia ini sangat berbeda dengan yang ada di Jepang, seperti buah "Coy" mirip dengan tomat tetapi memiliki cita rasa yang manis dan segar dan "Kempa" yang cenderung menyerupai selada.
Dan disini lah Elisa memutuskan untuk mencari pekerjaan.
***
Dengan kondisi kakinya yang cacat, karier petarung yang tidak lagi diperhitungkan. Dia mungkin masih bisa mengajarkan ilmu berpedang dengan membuka tempat pelatihan, namun sepertinya tidak akan semudah yang ia pikirkan, kondisi keuangan yang sedang buruk sangat tidak mungkin bagi dirinya untuk menyewa atau bahkan membeli properti sebagai tempat kursus pelatihan sekaligus tempat tinggal miliknya. Mengesampingkan hal itu dia lebih menyukai pekerjaan yang familiar dengan memakai kostum maid dan menyajikan hidangan kepada tamu atau tuannya-terutama karena kompensasi yang jauh lebih baik. Di perbatasan barat kerajaan. Ada banyak orang yang bisa menggunakan pedang yang kemudian diajarkan kepada orang lain dengan cara yang sama. Sangat sedikit pelayan yang terlatih penuh, yang mampu menjaga dan mengawasi jalannya kehidupan berumah tangga.
Diperkerjakan sebagai pelayan penguasa Sireas, atau bahkan bangsawan berpangkat tinggi untuk dilayani, adalah sumber yang tidak pasti. Terlebih orang-orang di lingkaran itu memiliki jaringan kembali menuju ke ibukota. Jika seseorang dari mereka mengetahui bahwa dia adalah mantan pelayan wanita yang turut menjadi aktivis dalam kerajaan harem, kesempatan bagus untuknya masuk ke dalam intrik politik orang lain. Semestinya dia tidak akan menginginkan itu, sudah cukup untuk ia merasakan perasaan hampir mati.
Tidak ada pelanggaran untuk dirinya, ia hanya dijebak ke dalam situasi yang kacau, dia akan melakukan apapun untuk menghindari hal itu. Agar dirinya bisa menemukan tempat tenang terhindar dari konflik.
Semua tergantung dengan seberapa besar kekuasaan keluarga yang ia tempati bekerja, keluarga yang tidak mampu tidak akan bisa untuk mempertahankan jasanya. Sudah ia buktikan menemukan tempat yang aman serta pekerjaan yang tetap membayar terbukti sangat sulit.
Setelah pelarian yang penuh ketegangan, dan sebulan lamanya Elisa mengembara di wilayah Sireas, ia merasa seperti seekor burung yang lepas dari sangkar, meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Kehidupan baru di desa itu sederhana, tetapi memberi rasa tenang yang selama ini diimpikan . Dan yang dicari-cari telah tiba, Elisa akhirnya menemukan lowongan pekerjaan yang menarik perhatiannya. Seorang kesatria berpangkat rendah di desa Luthrea sedang mencari seorang pengurus rumah tangga. Dalam papan pengumuman itu disebutkan bahwa dirinya sedang mencari seseorang yang berpengalaman mengurus rumah tangga dan membantu dalam membesarkan anak, terutama juga bisa berperan menjadi bidan.
Desa Luthrea adalah wilayah dusun kecil yang terletak jauh dibarat daya wilayah Sireas. Lokasinya memang tidak nyaman, hanya tujuh atau sembilan rumah berada di tengah ladang gandum dan satu diujung yang merupakan rumah dari seorang ksatria yang sedang mencari pengurus rumah tangga dalam keluarganya. Elisa tidak mempermasalahkan hal itu, yang ia yakini hanyalah dirinya harus bekerja melayani dan mengurus rumah kemudian mendapatkan bayaran yang sesuai dari hasil kerja kerasnya. Selama itu berjalan mulus dia akan mengesampingkan hal eksternal lain yang tidak berada dalam rencana hidupnya.
Namun ada yang lebih menarik perhatiannya setelah ia mengetahui nama majikan, itu salah satu orang yang dia kenali dan memang cukup dekat dulunya: Alan Lagneirat, kenalan lamanya dari kerajaan. Alan merupakan sosok yang cukup berperan dalam kenangan lamanya, dalam benak Elisa. Meski terpisah oleh waktu dan jarak terutama saat mereka masih dalam usia anak-anak, ia tidak akan melupakan setiap detik huru-hara yang anak itu lakukan ketika masih berada di istana, dia sering melakukan hal yang tidak terduga tetapi tidak memiliki niat yang buruk, dia memiliki alasan tersendiri untuk hal itu, walaupun terlihat seperti pecundang tetapi dari apa yang sudah ia perbuat dalam membantu orang lain. Itu cukup menjelaskan bahwa dia adalah pria kharisma.
Namun itu tidak menutupi hasrat sexual dalam dirinya, selama mereka masih tinggal di istana bersama, ia sering spontan meremas kedua dada Elisa ketika dia sedang bertugas dengan baju pelayan maid miliknya, tidak hanya itu Alan juga sering mengintip Elisa ketika dia sedang mandi, dia juga mencuri pakaian dalamnya yang kemudian dia menggantungkan dalam ruangan pribadi miliknya untuk memuaskan fetish. Namun Elisa tidak akan mengambil pusing masalah itu, ia hanya perlu mengayunkan pukulan tepat ke arah wajahnya ketika anak itu mengulangi perbuatan mesum berulang kali.
Alan adalah murid lain dari mantan guru Elisa, suatu hari saat ia sedang belajar pedang, Alan tiba-tiba muncul dari aula pelatihan, dari situ lah mereka berdua saling menatap untuk pertama kalinya yang kemudian membuat obsesi Alan terhadap Elisa muncul. Seorang anak laki-laki malas, terbukti dia sering tertidur saat pelatihan sedang berlangsung.
Alan juga berlatih berpedang secara otodidak, walaupun tekniknya berbeda dari yang diajarkan, itu tidak lama sebelum kemampuannya menyaingi Elisa, meski kurang senang akan hal itu tetapi jika dipikir-pikir. Dia tidak memiliki bakat itu sejak awal.
Di sisi lain, Alan memancarkan bakat secara positif. Pria itu sangat percaya diri akan kelebihan yang dia miliki. Bagaimanapun, dia tiba-tiba meninggalkan aula pelatihan setelah membuat kehebohan besar tanpa alasan yang jelas. Namun sebelum dia pergi dia menyerukan pernyataan terakhir: "Saya akan berpetualang dan menjadi lebih kuat"
Pria itu seperti air mengalir.
***
Sudah lebih dari lima tahun terakhir kali Elisa melihat Alan. Tidak hanya menjadi seorang ksatria sejak saat itu, bahkan dari angin pembicaraan yang ia dengar dia sudah menikah?. Entah harus percaya atau tidak Elisa masih ragu untuk mempercayainya. Dia tidak tahu roda kehidupan apa yang telah Alan alami, tetapi jika dia masih seorang kenalan pria lama ketika berada di istana yang dia ingat, maka dia sudah bisa memastikan kalau pria itu bukan orang jahat. Jika dia mengetahui dirinya sedang terjebak dalam masalah yang rumit, dia pasti akan membantunya.
Dan jika dia menolak…yah, dia hanya perlu menggali beberapa hal dari masa lalu. Terlebih pakaian dalam Elisa yang telah Alan curi mempunyai cerita khas yang menjelaskan seluk-beluk dirinya—di masa lalu, maka ia hanya perlu menggunakan itu sebagai alat tawar-menawar jika perlu. Setelah melakukan negosiasi dengan beberapa pengawal bayaran, Elisa menuju ke Desa Luthrea
Kedatangan Elisa disambut dengan tangan terbuka oleh Alan, mendengar kabar bahwa istrinya Zillian akan segera melahirkan, pasangan itu terlihat letih.
Berkat Elisa memiliki pengetahuan teknis tentang melihat kelahiran dan membesarkan sang putri, dia dijamin oleh keluarga itu. Keluarganya senang menerima dia berada dalam kapal rumah tangga mereka.
Hal yang paling membuat Elisa senang adalah bayaran yang dia peroleh, itu jauh lebih baik dari yang dia bayangkan. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan.
***
Kemudian anak itu lahir.
Proses kelahiran anak tersebut bebas dari masalah, semuanya berjalan dengan semestinya sesuai dengan pelatihan Elisa. Bahkan saat-saat orang mengharapkan akan terjadi komplikasi saat proses kelahiran. Semuanya berjalan sangat lancar
Namun begitu anak itu lahir, bayi itu sama sekali tidak menangis. Elisa berkeringat dingin. Wajah anak itu tanpa ekspresi, sekujur wajahnya di penuhi air ketuban, anak itu tidak mengeluarkan suara. Sesaat, dia mengira anak itu telah meninggal. Namun dia masih merasakan denyut nadi hangat bayi tersebut dan gerakan lembut tangannya yang menandakan dia hidup.
Tapi tetap saja itu sangat aneh, kebanyakan dari bayi yang baru lahir akan menangis karena mereka merasakan kebahagiaan dari orang-orang yang berada di sekitar-nya, namun dari apa yang pernah Elisa dengar anak-anak yang tidak menangis saat mereka lahir, cenderung memiliki sejumlah kelainan.
Namun pada saat itu juga, kesadarannya terputus.
"OAHH…WHOAH…"
Bayi itu menoleh ke arah Elisa, ekspresinya mengendur seperti sedang mengantuk, mengeluarkan suara acak yang membuat Elisa lega.
Entah kejadian apa yang akan dia alami. Tapi sepertinya akan baik-baik saja.
***
Kemudian anak itu diberi nama Rionell. Dan betapa mengkhawatirkannya -nya dia, anak itu tidak pernah menangis dan dia tidak membuat keributan. Mungkin energinya tidak se-aktif anak-anak pada umurnya, tetapi dia kemudian menyangkal sepenuhnya gagasan itu. Dia terlihat mulai belajar merangkak perlahan yang kemudian diiringi berjalan kecil, menopang tubuh dengan kaki mungilnya. Dia berjalan menyusuri dapur, ruang keluarga, gudang, pintu belakang, lemari penyimpanan dan seterusnya dimanapun—di sekitar rumah. Kadang-kadang entah bagaimana dia bisa sampai ke lantai dua. Begitu mengalihkan pandangan darinya. Dia akan langsung berpindah.
Walaupun begitu dia pasti akan ditemukan di sekitar rumah. Karena alasan yang tidak di ketahui, dia tidak pernah keluar, dia lebih memilih berada di dekat jendela menatap ke arah luar, mungkin dia masih takut untuk meninggalkan rumahnya.
Elisa tidak sadar sejak kapan dia menanamkan ketakutan instingtualnya kepada anak itu. Apakah pada saat itu, atau perlukah untuk mengawasinya setiap kali dia tidak terlihat untuk menyelinap pergi?.
Ketika Elisa sedang memasak, Rionell selalu tersenyum. Entah dia senang karena melihat orang memotong sayur-mayur, atau karena menyukai celemek yang dia pakai, atau pada karena pakaian dalam yang terlihat dari baju pelayannya yang sedikit transparan. Dia terlihat memikirkan sesuatu yang aneh dari skenario dalam otaknya, tertawanya menjadi terkekeh-kekeh saat senyum seringai muncul dari wajahnya.
Itu mengingatkan Elisa dengan jenis seringai yang membuatnya jijik. Ketika dia mendapatkan seringai itu dari perdana menteri tertentu saat dia berjalan berada di istana harem pada masa lalu. Dia adalah pria bongsor dengan kepala botak halus berkilau saat sinar matahari mengenainya dan lemak di perutnya yang menari-nari ketika dia berjalan. Terlebih senyuman Rionell mirip dengan seringai pendeta gereja katedral saat dia menatap dada Elisa, dia tidak percaya senyuman seperti itu datang dari seorang bayi.
Saat Elisa mengasuh Rionell, lubang hidungnya melebar, rongga mulutnya terangkat, nafasnya terengah-engah. Dia akan secara langsung membenamkan wajah ke arah dadanya. Sambil menelan air liur yang terdengar dari tenggorokan-nya. Dan membuat tawa kecil dengan wajah ceria.
Itu membuat Elisa cukup merinding: dia hampir melempar bocah itu secara refleks ke lantai, ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan niat baik. Senyuman itu, jujur saja menyeramkan…senyum yang sama dengan perdana menteri yang kabarnya membeli sejumlah wanita sebagai budak. Sementara ini adalah bayi polos, tersenyum seperti itu. Itu membuat Elisa berpikir sangat beresiko untuk tubuhnya melahirkan seorang bayi.
Dia terus bertanya-tanya kenapa anak ini sangat aneh, apakah dia dirasuki oleh sesuatu yang jahat? atau dia mendapatkan kutukan aneh?. Ketika dia memikirkan itu, dia tau kalau dirinya tidak bisa terus berdiam diri.
Di suatu hari dia bergegas menuju kota, dengan menghabiskan sedikit uang yang kemudian menuju toko untuk membeli perlengkapan yang ia perlukan. Tanpa seizin orang tua Rio, dia melakukan ritual pengusiran tradisional dan membacakan mantra dari halaman tempat tinggal-nya.
Dan ketika Elisa mengurus Rionell untuk ke-esokkan harinya, dia yakin kalau cara itu tidak berhasil. Anak itu masih mengeluarkan aura meresahkan dalam dirinya. Hanya dengan mengeluarkan raut wajahnya saja itu membuatnya ketakutan setengah mati. Seakan dia benar-benar mengalami hal buruk ketika bocah itu berada di dekatnya.
Ibunya Zillian sering mengatakan hal-hal seperti itu adalah normal, "Saat anak laki-laki itu menyusui, dia benar-benar melakukannya kan?" dia seakan tidak terganggu dengan hawa keberadaan anak itu. Bahkan Alan dengan prinsip yang lemah, suka bermain dengan banyak wanita. Tidak mengeluarkan hawa mengerikan seperti putranya. Itu semakin membuat ketakutan pribadinya tidak terkendali.
Elisa pernah mendengar cerita harem istana, dulu ketika pangeran Evimerousa masih bayi dia sering merangkak keluar di sekitar halaman istana harem malam demi malem, ternyata dirinya dirasuki oleh roh jahat. Tidak mengetahui hal ini, salah satu petugas mengangkatnya sembari membawa pisau yang kemudian dia membunuhnya dengan cara menikamnya tepat di jantung.
Mengingat hal itu, itu adalah cerita yang mengerikan, dan Rionell memang seperti itu, Elisa tidak ragu: ini adalah cerita lain dari kerasukan setan. Bayi laki-laki itu sekarang akan tenang dan tenang. Tetapi jika seluruh keluarganya tertidur dia akan berjalan dan membunuh semua keluarganya dengan sadis satu per satu. Begitulah bentuk antisipasi Elisa terhadap perbuatan anak itu.
Walaupun bisa dibilang terlalu delusi, mau bagaimanapun dia adalah tipe orang yang cukup serius dengan takhayul.
Dia merasa tergesa-gesa untuk mencari pekerjaan, sehingga dia dihadapkan dalam situasi yang sekarang.
***
Jadi dalam satu tahun belakangan Elisa hidup dalam ketakutan.
Namun perilaku Rionell perlahan berubah, dirinya tidak lagi menghilang saat orang lain mengalihkan pandangan dan muncul tiba-tiba secara acak. Dia menghabiskan waktu berada di dalam ruang kerja Alan di lantai dua rumah. Kemudian Elisa mengintip dari celah pintu dan dari sanalah, dia menatap lekat ke sebuah buku, dan bergumam pada dirinya sendiri. Kata-kata yang dia keluarkan dari mulutnya tidak terdengar seperti kata-kata, lebih tepatnya bukan kata-kata umum dari Benua Tengah. Pikirnya.
Mengesampingkan itu usianya masih terlalu muda untuk berbicara, dan tentu tidak ada yang mengajarinya membaca. Tapi bagaimana anak ini terlihat seperti dia memahami isi buku itu dengan lancar? tunggu, bisa saja dia hanya tertarik melihat tulisan dalam buku itu—atau dia menyukai tekstur buku tersebut.
Apapun itu mengawasinya lebih lama akan lebih mudah untuk menemukan jawaban.
Meski begitu, Rionell terdengar seperti dia sedang berbicara dengan intonasi yang nyata dan memiliki makna jelas untuk beberapa alasan. Dia seperti mengerti isi buku tersebut. "Astaga, ini benar-benar aneh". Gumam Elisa sambil diam-diam mengawasi dari celah pintu.
Tetapi semenjak ia berada di dalam ruangan kerja Alan setiap harinya, dirinya sudah tidak merasakan rasa jijik terhadap bocah itu. Keanehan yang sulit didefinisikan yang meresahkan telah perlahan mereda. Namun dia kadang-kadang masih mengeluarkan seringai dan tertawa terengah-engah saat melihat Elisa. Tentu dia sudah tidak menggigil setiap anak itu memeluk dirinya. Dia telah berhenti membenamkan wajah di dadanya dan terkekeh-kekeh.
Elisa sadar kenapa dirinya harus merasa terguncang dengan anak itu sih? Dalam beberapa hari: ia menemukan kesungguhan dan ketekunan serius dalam dirinya untuk tidak merasa terganggu dengan anak itu lagi. Elisa juga berbicara dengan Zillian bahwa memang seharusnya tidak mencurigainya sejak awal, membiarkan anak itu adalah hal yang terbaik.
Perasaan aneh yang selama ini menghantui Elisa, mulai menghilang secara perlahan. Dia merasa bahwa meninggalkan seorang bayi sendirian adalah sikap yang tidak bertanggung jawab. Tapi sekarang Rionell mulai mengeluarkan bakat yang bersinar, berbeda dengan waktu-waktu sebelomnya yang hanya kebodohan kasar. Anak itu mengeluarkan keteguhan yang kuat dalam dirinya dan mengeluar-kan kecerdasan intelektual.
Jadi begitulah Elisa menghilangkan ketakutan dalam dirinya dan lebih untuk mempercayakan hal baik kepada anak itu, Sepatutnya dia harus masih banyak belajar akan hal ini, pengalaman Elisa yang masih sedikit sangat kurang untuk dirinya membuat keputusan yang lebih baik. Entah ini salah pelayan kerajaan yang terlalu tua? atau mungkin ibunya? Setidaknya untuk sekarang dia tidak merasakan hal aneh tentang bocah itu sehingga tidak ada yang perlu untuk ditakuti.
Dan akhirnya Elisa memutuskan untuk berdamai dengan anak itu. Setidaknya dia akan menjaga anak itu dari hal-hal yang bisa mengganggu dan membuat kepribadian bocah itu kembali seperti situasi semula.