Vadlik duduk di beranda rumahnya, menatap ke arah hamparan sawah yang membentang luas di depan desa. Matahari mulai terbenam, menyirami lanskap dengan cahaya oranye lembut. Udara sore yang segar membawa aroma tanah basah dan dedaunan, sebuah tanda musim hujan yang hampir tiba. Desa kecil di Kalimantan Selatan ini dikenal dengan ketenangan dan kedamaian yang sulit ditemukan di tempat lain.
Ia menggulung lengan bajunya, menikmati angin yang menyegarkan sambil menikmati secangkir kopi hitam. Vadlik, pria muda berusia dua puluh lima tahun, adalah sosok yang tenang dan sabar. Ia dikenal sebagai salah satu penduduk desa yang sangat menghargai tradisi dan sejarah leluhur mereka. Keberadaannya di desa ini adalah pilihan, sebuah keputusan untuk menjaga hubungan erat dengan akar budayanya dan melanjutkan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun.
Namun, ketenangan ini tidak bertahan lama. Beberapa hari terakhir, desa ini mulai merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa. Berita tentang hilangnya beberapa penduduk secara misterius mulai beredar, dan ketegangan mulai menyelimuti suasana yang sebelumnya damai. Vadlik sendiri merasakan ketidaknyamanan yang tak dapat dijelaskan. Malam-malamnya dipenuhi oleh mimpi-mimpi buruk yang menggambarkan tangisan bayi yang melankolis dan sosok yang misterius.
Pada hari itu, Vadlik memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang fenomena yang mengguncang desanya. Ia mengunjungi rumah seorang tetua desa, Pak Harun, seorang lelaki tua yang dihormati karena pengetahuan mendalamnya tentang cerita rakyat dan mitos setempat. Rumah Pak Harun terletak di ujung desa, dikelilingi oleh kebun kecil yang dipenuhi tanaman obat dan bunga yang harum.
Saat Vadlik tiba, Pak Harun sedang duduk di beranda rumahnya, menikmati waktu santai sambil membaca sebuah buku tua. Vadlik menghampirinya dengan hormat, menyapa dengan salam yang tulus. Pak Harun menutup bukunya dan tersenyum, menandakan bahwa ia telah menunggu kedatangan Vadlik.
"Selamat sore, Pak Harun," kata Vadlik. "Saya datang untuk berbicara tentang sesuatu yang mengganggu pikiran saya akhir-akhir ini."
"Selamat sore, Vadlik. Ada apa yang membuatmu datang kemari?" tanya Pak Harun dengan nada penasaran.
Vadlik duduk di kursi yang disediakan dan mulai menjelaskan kekhawatirannya tentang kejadian-kejadian aneh yang terjadi di desa. Ia menceritakan tentang hilangnya penduduk dan bagaimana desas-desus mengenai hantu Anak Sima mulai terdengar di antara penduduk desa. Ia ingin memahami lebih jauh mengenai kisah ini dan apakah ada kaitannya dengan kejadian yang sedang berlangsung.
Pak Harun mendengarkan dengan seksama, wajahnya berubah serius saat Vadlik berbicara. Setelah Vadlik selesai bercerita, Pak Harun menarik napas panjang dan memulai penjelasannya.
"Anak Sima adalah salah satu legenda paling tua di daerah kita," kata Pak Harun. "Cerita ini telah diwariskan dari generasi ke generasi. Anak Sima adalah seorang bayi yang terlahir dari hubungan yang tidak sah, dan karena itu, ibunya membuangnya ke dalam hutan. Bayi itu menangis tanpa henti, dan akhirnya, ia diambil oleh seorang hantu bernama Takao."
Vadlik mendengarkan dengan seksama, merasa semakin tertegun. "Apa yang terjadi selanjutnya?" tanyanya.
"Takao, menurut cerita, adalah hantu yang sangat kuat dan bisa berubah bentuk. Ia menemukan bayi itu dan memutuskan untuk merawatnya. Namun, bayi tersebut tidak pernah tumbuh dewasa. Ia tetap menjadi bayi selamanya," lanjut Pak Harun. "Karena dibesarkan oleh Takao, Anak Sima memiliki kekuatan supernatural. Ia memiliki ilmu pengasih yang kuat, dan dengan tangisannya, ia bisa menarik perhatian orang dan menjerat mereka."
Vadlik terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru diterimanya. "Jadi, apa hubungan Anak Sima dengan hilangnya penduduk desa?"
Pak Harun mengangguk. "Menurut cerita, Anak Sima menggunakan kekuatannya untuk menarik korban. Biasanya, ia memanggil orang-orang yang sedang berada di hutan, dan ketika mereka mendekat, ia akan memakan daging mereka dan mengambil jantungnya. Itu sebabnya banyak orang yang hilang tanpa jejak. Mereka ditemukan dalam keadaan tubuh bagian belakang berlubang dan jantung hilang."
Vadlik merasa merinding. "Apa yang harus dilakukan untuk menghentikan ini?"
Pak Harun menatap Vadlik dengan tatapan serius. "Tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghadapi Anak Sima. Namun, kamu bisa mencoba mencari tahu lebih dalam tentang Takao. Hantu ini memiliki pengetahuan dan kekuatan yang bisa membantumu memahami lebih jauh tentang Anak Sima dan bagaimana cara menghadapinya."
Vadlik merasa semangatnya semakin terbakar. "Saya akan mencari tahu lebih banyak tentang Takao dan bagaimana cara menghentikan Anak Sima. Terima kasih atas bantuanmu, Pak Harun."
Setelah berpamitan, Vadlik kembali ke rumahnya dengan pikiran yang penuh. Ia merasa ada tanggung jawab berat di pundaknya untuk melindungi desa dan memastikan bahwa kejadian-kejadian aneh ini bisa dihentikan. Malam itu, Vadlik duduk di meja tulisnya, meneliti buku-buku tua yang berisi informasi tentang Takao dan Anak Sima.
Sementara itu, di luar jendela, malam semakin gelap dan angin mulai berhembus dengan kencang. Vadlik merasa ketenangan desanya yang selama ini ia nikmati mulai terganggu. Suara-suara aneh mulai terdengar di malam hari, dan tangisan bayi yang misterius mulai menghantui tidurnya. Ia tahu bahwa perjalanan untuk mengungkap misteri ini baru saja dimulai, dan ia harus bersiap menghadapi bahaya yang mungkin lebih besar dari yang ia bayangkan.
Bab ini menandai awal dari perjalanan Vadlik dalam menghadapi kegelapan yang mengancam desanya dan mengeksplorasi legenda yang telah lama menghilang dari kesadaran banyak orang. Keberanian dan tekadnya akan diuji saat ia melangkah lebih dalam ke dalam misteri yang melibatkan Anak Sima dan kekuatan supernatural yang mengikutinya.