Oberon telah mengerjakan apa yang dia katakan akan dia lakukan, memberikannya kepada pemimpin dari tiap kelompok dan mengirim mereka pergi, sembari mendoakan yang terbaik untuk mereka.
Setelah semuanya pergi, dia duduk di atas sebuah batu tepat di seberang istananya, sekali lagi kesedihan memenuhi hatinya.
Dia memandang istana miliknya sendiri, yang telah diambil darinya. Dia menutup mata, berusaha keras untuk menahan air matanya.
Seseorang datang dan memegang bahunya. Dia cepat-cepat mengusap matanya dan menoleh ke atas, ternyata itu Tak Ada Siapa-Siapa.
Alisnya terangkat, "Ya?"
"Mengapa kau duduk di sini sendirian?"
"Tentu saja, aku tidak punya tempat lain untuk pergi, satu-satunya tempat yang kumiliki... telah diambil dariku," dia menggelengkan kepala.
"Tenanglah, kita selalu bisa mengambilnya kembali, kita hanya memerlukan waktu yang tepat dan rencana yang tepat untuk menyerang."
"Aku tahu, aku hanya merasa sangat hancur dan tidak berdaya, mengapa ini terjadi padaku?"