"Kamu terluka? Oleh manusia? Petral, kamu semakin ceroboh." Suara tajam wanita itu membelah kabut di pikiranku, membuat mataku berkedip terbuka. Aku sadar bahwa aku terbaring di lantai, terikat dan dibelenggu dengan rantai perak yang terang benderang.
Ironis sekali. Mereka memperlakukanku seperti cara aku memperlakukan Lydia. Untungnya, aku tidak merasa sakit, tapi logamnya dingin, dan lantainya lebih dingin lagi.
Dari sudut pandang terbatasku di lantai, aku hanya bisa melihat tanah berbatu, dengan batu berserakan di mana-mana. Satu batu menyodok punggung tengahku seperti seorang terapis pijat yang sangat gigih dengan jari yang sangat runcing.
Dan ada dua pasang sepatu di depanku. Satu pasang dengan sepatu kulit mahal, dan yang lainnya sepasang sepatu hak tinggi merah yang lancip. Suara lain berbicara.