"Kamu akan melukainya lewat mayatku," geramku sambil melebarkan tangan dalam sikap protektif. Bibir Damon mengelupas menunjukkan putihnya gigi dan pinggiran tajamnya yang mengerikan.
"Jangan susah, kelinci," kata Damon. "Jika kamu tahu dia masih hidup maka kamu tahu mengapa dia harus mati." Dia melangkah maju, dan kemudian satu lagi.
Dengan naluriah, Lydia meringkuk lebih kecil di belakangku, hampir tak bisa bernapas karena ketakutan.
"Harper… jangan melawannya…" Lydia dengan panik menarik kaki saya, mencoba menarik saya pergi, tetapi saya menolak untuk bergeser. "Kamu akan mati!"
Damon mendengus mendengarnya. "Kamu pasti senang jika itu terjadi, bukan? Kamu menjijikkan, kau cabul."
Lydia mengeluarkan desah ngeri mendengar kata-katanya. Saya juga terkejut.
"Bagaimana kamu bisa menyebutnya seperti itu?" tanyaku dengan panas.
