Chereads / Manusia Dan Coretannya (TAMAT) / Chapter 26 - 12. Manusia

Chapter 26 - 12. Manusia

Terlepas dari semua pecahan diri yang berkeping-keping, mencintai atau di cintai adalah sebuah pertanda kasih dari sebuah pengorbanan. Manusia seperti cerita fiksi belaka.

Pagi itu, hari itu, bulan itu, cahaya mentari itu. Menerbitkan cahaya harapan pada manusia. Juga, sebenarnya apa yang menjadi masalah dalam hidupmu? Sebuah benang kusut mengisi semua pikiran manusia, bukan soal pertanyaan apa? Tapi persoalan bagaimana?

Bagaimana cara bertahan hidup? Untuk apa dan bagaimana caranya? Manusia berhati kosong dan belum mengidentifikasi dirinya sendiri. Ketika aku menanyakan beberapa survei kalangan orang tingkat menengah ke bawah bahkan ke atas, mereka melupakan eksistensi manusia pada dirinya.

Buas, tamak, egoisme memakan hati. Seperti terdengar angin puting beliung menyapu bersih seluruh hal yang ia terjang. Hancur, semua hancur karena manusia itu sendiri. Pemecahan, solusi utama dari kesadaran primer yang terbagi menjadi delapan bagian.

Kemarin, aku mendapatkan pelukan hangat dari seorang ibu. Entah mengapa dirinya selalu menormalisasi tentang apa yang ada dalam hidup ini? Kenapa aku selalu disamakan? Bukannya memang jelas-jelas aku yang berbeda?

"De, kalau mama udah ga ada.. siapa lagi yang bisa jagain kamu kalau lagi begini? Kamu harus kuat ya..". Terdengar suara tangis yang berbisik dari dalam dekap telinga kiri, pelukan hangat membuat aku semakin melupakan masalah yang selalu menimpa diriku. Hangat, nyaman, tenang. "Kamu janji sama mama, kamu sudah dewasa dan memiliki potensi untuk berhasil juga.. mama percaya itu.."

"Haha, mengapa kamu menganggap aku normal?".

"Seperti nyanyian syahdu rindu menghampiri daun telinga"

Manusia yang lemah jatuh di hadapan sang ibu, meski ia mengetahui semuanya. Semua hal yang aku pendam. Insting sebagai orang yang mengasuh anak selama bertahun-tahun pasti sudah memahami bagaimana anomali yang anaknya perbuat. Terlepas dari penderitaan seorang anak yang terlahir dari rahim seorang ibu, aku tidak sepenuhnya sempurna.

***

23 Desember 2022, beralih.

Aku berpikir saat itu adalah cinta yang aku rasakan, begitu besar rasa sayang kepada sesosok manusia yang selalu menemani diriku apa pun keadaan. Aku pikir hari itu adalah hari yang akan melanjutkan perjalanan kisah kasih saling mencintai satu sama lain.

Ketika saat komunitas catur online yang aku bentuk di platform besar bernama tel*gram aku membuat sebuah agenda acara seperti turnamen catur pertama di komunitas atau grup kecil yang aku bentuk. Aku dan para staff hari itu sedang melakukan persiapan untuk acara turnamen catur yang kami ingin selenggarakan.

Tepat jam 6 sore menjelang malam, aku menunggu kehadiran para staff lainnya setelah sholat magrib di tempat voice channel private kami untuk mengadakan rapat perencanaan agenda turnamen yang di selenggarakan. Awalnya, hanya aku yang hadir lebih dahulu.

Tidak lama kemudian uby, bar, dan teman-teman staff lainnya berkumpul untuk rapat secara online. Terlepas dari masalah diri yang sedang berlangsung kambuh. Ketika rapat sudah di mulai, aku menahan rasa pusing yang begitu berat. Sejujurnya, bulan ini adalah bulan paling menyeramkan menurut aku secara pribadi.

Kepribadian mulai bergeser dan bercampur dengan kesadaran lain menghasilkan beberapa hal yang aku sendiri tidak bisa mengingat semua dari rapat tersebut. Kira-kira aku hanya mengingat ketika aku membuka sebuah rapat dengan salam sapa hangat seperti ini "assalamualaikum dan selamat sore menuju malam semuanya! Gw disini mau mempersiapkan acara yang sebentar lagi...". Tepat ketika aku berbicara setengah dari pembukaan rapat, aku terlempar jauh dari kesadaran utama. Antara aku dan pribadi lain menyatu menjadi satu.

"Sial! Dimana ini?". Begitu pula apa yang sebenarnya aku alami hari ini mulai membuat diriku pusing tidak karuan. Sungguh, aku merasa bisa melihat diriku sendiri sedang terlepas dari raga yang aku miliki. "Bisa-bisanya saat lagi genting seperti ini! Aku harus kembali sadar, aku harus segera sadar! Bagaimana ini?!". Perasaan cemas, dan panik pun tercampur menjadi rasa takut yang menyelimuti seluruh jiwa ini.

"Tenang, aku akan menggantikan kamu". Begitu respon dari pribadi tanpa nama mengatakan kepadaku dengan santainya dia dapat mengendalikan rapat dengan baik. Seketika pengelihatan terasa gelap, dan kembali terang ketika kesadaran telah kembali di akhir rapat yang ditutup oleh sebuah kesimpulan dari rapat tersebut.

"Ok cukup sekian rapatnya, dari sebanyak obrolan yang kita bicarakan boleh salah satu dari kita mengulangi semua perkataan gw secara singkat?". Begitu kata lantang aku yang sebenarnya bingung dengan pembahasan yang telah di jelaskan dan telah diskusikan bersama-sama.

Akhirnya salah satu dari staff menjelaskan kepadaku apa yang dia tanggapi dari penyampaian informasi yang telah aku sampaikan ketika aku berganti alih kesadaran menjadi pribadi yang berkamuflase sebagai Cen yang staff lain kenal.

Tidak lama kemudian, saat itu aku memiliki pacar yang telah menghubungi aku melalui media pesan. Tapi seingat aku, setelah rapat penting di selenggarakan aku hanya menjawab beberapa obrolan singkat dan tidak melanjutkan obrolan kami melalui media pesan tersebut lantaran aku yang telah terlelap tidur.

"Sudah, besok aja kali ya balas pesan dari dia? Ngantuk dan sakit juga kepala". Gumam aku yang sedang rebahan di tempat tidur.

...

..

.

Februari 2023, terungkap sebuah kebenaran.

Aku selama 3± bulan setelah acara turnamen catur yang aku selenggarakan berjalan dengan baik tanpa ada masalah sedikit pun. Aku bersyukur karena dapat melewati masa-masa yang begitu sulit dan aku harus memutuskan untuk rehat selama 2 bulan tepatnya aku berpamitan kepada staff komunitas pada bulan Januari 2023. Kepribadian begitu bergejolak, rasa sakit dan rasa ingin memecahkan kepala lantaran begitu berisik isi kepala ini.

Aku yang menjauh dari lingkungan, dan beristirahat penuh untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Namun, sebuah pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan ialah menstabilkan tekanan mental yang selalu menghantui diri ini. Bulan ini adalah bulan yang membuat aku semakin waspada kepada semua tindakan secara tidak langsung bukan aku yang melakukan hal itu.

Selama aku rehat dari sosial media, dan menjauh dari beberapa aspek sosial lainnya. Aku hanya menghubungi pacar ku seorang, ketika aku sedang tidak bisa begitu stabil untuk beraktivitas. Tapi mungkin, aku berpikir kami akan terus bersama selama mungkin.

Takdir berkata lain, ketika malam itu aku sedang asyik berbicara bersama dirinya. Dia mengungkapkan sebuah fakta yang jujur saja itu mengejutkan diriku. Seolah-olah aku tidak mengingat apa yang telah aku lewati bersama dirinya.

"Cen.. aku dekat dengan cowok lain.."

"Kan masih ada aku? Kenapa harus cowok lain?"

"Kita sudah lama sejak hari itu, tepatnya bulan desember kamu sudah mengiyakan apa yang aku inginkan."

"Maksudnya? Jelasin yang sejelas-jelasnya!"

"Kamu waktu itu mengiyakan apa yang aku katakan kepada kamu Cen.. aku minta putus sama kamu"

"HAH! MAKSUDNYA? KAN KITA MASIH ADA HUBUNGAN?"

"Nggak, kenyataan nya kamu dan aku udah nggak ada hubungannya lagi."

"TERUS BUKANNYA KITA SERING TELEPONAN BAHKAN SALING MENGUCAPKAN RASA SAYANG SATU SAMA LAIN?"

"Iya, aku pikir kamu tau dan sadar untuk melakukan hal itu semua?"

"AKU GA MUTUSIN KAMU!"

"Kamu baca lagi media pesan yang kamu ketik sendiri dong!"

"TE.. TERUS KITA UDAHAN?"

"Iya, dari awal kita udah ga ada hubungannya.."

...

..

.

**KRAK!!!**

Seperti suara ranting dan besi beradu satu sama lain, kesadaran dan delusi menghantui diriku ini. "Apa yang sebenarnya terjadi kepada diriku? AHHH SIALAN!". Begitu kesal dan emosi bercampur dengan rasa sakit yang begitu menohok hati.

"Dia, Padahal sudah lama bersama. Bahkan aku sudah mempersiapkan untuk kami berdua bertemu. Tapi kenapa? Kenapa dia tega buat menjauhi aku?"

"Haha!"

"Gw lupa, gw kan ga normal!"

"Sejak kapan gw normal? ARGGHH SIALAN!"

Apa yang sebenarnya terjadi, mengingatkan semua kepada pecahan dan rentetan memori yang terus berulang-ulang. Aku mulai menyadari bahwa aku harus segera mendapatkan perawatan khusus. Kesadaran, serta hal yang aneh aku ketahui bukan sebuah permainan atau isapan jempol belaka.

Aku, dan dia telah berakhir. Pupus dari cinta yang aku pikir akan berlangsung selama-lamanya sampai ajal menjemput dan memisahkan kita berdua. Dengan dorongan untuk melanjutkan dengan jenjang lebih serius, ternyata hubungan ini telah berakhir.

Sial, kenapa aku baru-baru ini sadar dengan kenyataan bahwa obrolan kami saat akhir tahun itu adalah sebuah kebenaran. Tapi aku selalu mempercayai dirinya lebih dari apa pun, dan lebih dari ego ku sendiri. Selama beberapa bulan dan menjauh, lantas untuk apa aku terus-menerus dekat dengannya?

Sejak saat itu dan hari itu aku kembali menulis, serta aku melihat suatu hal menarik yaitu gairah pena yang haus darah ingin segera menikam nadiku. Sama seperti awal cerita novel ini berjalan. Sebuah proses menyakiti diri sendiri dan mengingatkan aku tentang bunuh diri seperti beberapa hal yang menarik dalam hidup ini.

"Dulu, aku memiliki sahabat selama 17 tahun lamanya kita bersama namun dirinya telah memutuskan hubungan antara pertemanan yang kita sudah bentuk sejak kecil."

"Keluarga dan beberapa kerabat juga telah pergi dari sisi ku."

"Isyaf, dan almarhum lainnya."

"Sekarang, seorang gadis yang aku cintai ternyata telah mengkhianati kepercayaan ini."

Pena begitu bergairah, aku menulis sebuah puisi sajak tentang apa yang telah aku lalui sejak hari itu. Padahal, sebentar lagi sang adinda yang aku cinta hampir menambah usianya. Dan aku ingin menulis sebuah perjalanan cinta, tanpa adanya campur tangan dari pribadi lain. Tapi, diriku sendiri menolak keberadaan sang adinda. Walau, aku pernah sangat mencintai dirinya. Aku memberikan hadiah terakhir berupa tulisan untuk memperingati hari ulang tahun dirinya dengan ini, urusan aku dan dirinya telah usai serta pupus sampai disini.

Mungkin ini yang terakhir,

Aku beruntung bisa bertemu seorang gadis yang berusaha mengerti diriku, Dia mengetahui sebagian besar rahasiaku.

Dan pertemuan kita dari sekedar virtual juga membuat aku bersyukur, kenapa?

Pertama dan mungkin terakhir dari hubungan aku bisa mendapatkan pencapaian kedewasaan bagaimana menjadi lelaki yang sangat percaya sepenuhnya sampai aku sendiri tidak sadar kalau aku hidup dari pikiranku yang terisi semua kepercayaanku padanya,

Aku juga gatau takdir kita bakal sama-sama atau nggak di akhir penghujung

Aku juga tidak bisa berjanji kepadamu untuk selalu ada atau saling meninggalkan, kenapa?

Sebab aku cuma bisa berjanji kepada diriku untuk bertahan sampai memang ga bisa lagi di perjuangkan.

Meskipun kesadaran aku ini, lebih dari satu.

Dia sudah berbicara walaupun tidak sadar, bahwa mereka adalah aku.

Tidak secara langsung, dia sudah mengenali banyak sisi dariku termasuk mereka.

Lagi-lagi aku mengatakan bahwa aku bersyukur bertemu dengannya, dia yang galak, kadang jutek, kasar, gengsian, dan banyak hal lainnya.

Aku jadi belajar apa itu terus bersabar, dan menjadi lebih dewasa lagi.

Mungkin aku bodoh dalam hal percintaan,

Tapi yang aku percaya dia lah yang pertama,

Dia juga orang yang pernah aku anggap layaknya rumahku sendiri,

Semuanya, walau ntah ini akhir atau bukan. Berhenti atau tidak, bertahan atau gugur, aku hanya bisa mengucapkan terimakasih.

Saat itu aku sudah mengetahui sebentar lagi dia ulang tahun, aku sebenarnya ingin menulis karya orisinilku tanpa harus aku ubah.

Tapi aku harus merubahnya karena fakta bahwa aku hidup dalam fantasi yang aku ciptakan hanya untukmu.

Sebuah tulisan yang akan abadi menjadikan cintaku kepadanya adalah pembelajaran menuju kedewasaan yang aku pikir, aku dapat menjaga dirinya sampai akhir hayat memisahkan kami berdua.

***

2023, sekarang.

Menjawab semua cerita dari sebuah novel yang berdedikasi tinggi untuk memulihkan mental yang sudah rusak sejak kecil. Aku, sekarang telah menjadi lebih dewasa serta tumbuh secara alami. Sebuah cinta yang membuat diriku semakin dewasa, kini telah aku serahkan semuanya kepada yang telah menciptakan manusia itu sendiri.

Setelah kejadian bahwa aku putus dengan mantan, dan harus mengalah karena setiap hati manusia dapat dibolak-balikan isi hati manusia. Menyerahkan diri itu sama seperti mempercayai bahwa Tuhan memiliki tujuan untuk aku terus belajar dari segala masalah yang ada.

Walau kenyataan bahwa aku mengalami gangguan disosiatif bahkan seringkali memori ini terhapus karena sesuatu, amnesia secara berkala. Dengan tulisan ini, mungkin ketika aku kembali dari kesadaran lain. Aku masih dapat mengingat siapa sebenarnya aku dan seperti apa yang aku harus lakukan.

Baik itu Agnes, Alvaro, Gio, Cahya, Arsel, Naka, semuanya. Mereka memisahkan aku kepada beberapa orang yang mungkin menurut mereka aku tidak sepantasnya bersama mereka, terfokus pada pembenaran diri sendiri.

Mengingat siapa yang mendukung diri ini, dirinya juga harus bahagia. Aku juga berdoa kepada Tuhan agar semua yang telah beralih hatinya dari aku menjadi orang lain. Semoga, kalian bahagia. Begitu pula dengan cinta yang aku beri kepada manusia. Meski aku harus mengundurkan diri, aku baik-baik saja kok!

Sungguh, semoga kalian bahkan yang telah berpisah dari dimensi dunia. Semoga, kalian bahagia dan mendapatkan cahaya yang menerangi gelapnya alam yang berbeda dimensi.

Mengetahui aku harus terus berobat, dan konsisten memperbaiki diri sendiri. Aku tau, aku tidak sepenuhnya seperti orang-orang. Tapi makasih semuanya sudah mendukung bahkan mendengarkan apa yang aku rasakan. Kamu yang terbaik.

Belum lama ini juga aku lanjut kontrol ke psikiater, dan mendapat beberapa hasil dari diagnosa kedua dari pertama. Diagnosa kedua yaitu aku masih dalam proses validasi diagnosa berikutnya dari gangguan disosiatif.

Akhir dari pertemuan ke-3 dengan Dr. Azizah seorang psikiater memberikan obat yang serupa dengan orang yang mengidap bipolar. Yah, selama 17 tahun aku mengidap permasalahan disosiatif diri memang bukan hal paling mudah. Dari awal juga mau diagnosa dissociative identity disorder sama bipolar disorder itu 11-12 agak beda tipis, jadi diagnosa nya pasti bipolar untuk validasi awalan dari other anxienty disorder.

Secara medis memang bipolar juga merubah sifat, namun yang aku alami adalah perubahan identitas seperti orang lain. Mereka semua dapat berkamuflase seperti aku, tapi ketika mereka menunjukkan diri mereka kepada orang yang menurut kepribadian lain itu dapat di percaya, mereka akan menjadi mereka yang sesungguhnya tidak lagi menutup dan berkamuflase sebagaimana sikap dan semuanya seperti aku.

Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5), dissociative identity disorder (DID), atau lebih dikenal dengan kepribadian ganda, termasuk dalam kelompok gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif sendiri merupakan gangguan atau gangguan pada integrasi normal kesadaran, memori, identitas, emosi, persepsi, representasi tubuh, kontrol motorik, dan perilaku. Gejala disosiatif ini dapat mengganggu semua area fungsi psikologis seseorang dalam aktivitas sehari-hari.

Ya, mungkin bagi dokter memang sudah menyadari bahwa aku memiliki gangguan disosiatif.

Dari self harm, bunuh diri, depresi, cemas cemas berlebihan, delusi dan keanehan lainnya. Dan pikir aku terhadap diagnosa dari Dr. Azizah mungkin aku dapat mengasumsikan bahwa "saya belum berani mengambil tindak lanjut karena saya pikir masih ke sifat-mood aja, ternyata dugaan saya benar soal gangguan disosiatif".

Mungkin tanggung jawab besar juga bagi dokter yang bertanggung jawab atas pasiennya yaitu aku seorang, dan tidak sangka aku mendapat sebuah kabar dari beliau tentang "nanti tanggal 27 bulan berikutnya, kita ketemu lagi dan saya minta data-data dari jurnalis kamu tulis baik dari novel dan beberapa halnya yang berkaitan dengan kamu ya.." begitu juga katanya, setelah itu kami pamitan dan mengucapkan terimakasih karena sudah membimbing seorang Cen dari kontrol pertama sampai sekarang yang ke-3 kalinya.

Selama beberapa tahun belakangan ini, aku telah mengumpulkan beberapa data sehingga ketika aku mendapatkan sebuah diagnosa aku sudah tidak lagi kenal namanya kaget atau mental shock atas hasil diagnosa sementara tersebut.

Entah bagaimana caranya aku menjelaskan kepada orang yang awam, namun aku mengatakan setelah aku pulang dari rumah sakit terdekat. Mama menanyakan aku pergi dari mana, lantas aku hanya menjawab beberapa hal yang mungkin mudah di pahami dari mama sebagai orang yang awam dalam dunia kesehatan kejiwaan.

Sejujurnya, aku masih sedikit ragu apakah benar aku mengalami gangguan disosiatif? Tapi jika di lihat dari indikasi lain, aku sempat beberapa kali memastikan bahwa aku bukan seorang DID. Namun, mengingat dengan beberapa memori yang terkadang membuat aku merasa amnesia dengan beberapa waktu atau beberapa tindakan yang telah aku lakukan pada hari itu.

Menurut pandangan aku secara pribadi, aku merasa hal yang unik tentang aku yang dapat menganti hari atau melewati hari dengan kesadaran yang lain. Tapi tetap saja, membuat diri ini terasa sedang ada di entah berantah aku dimana? Dan pasti merasa kebingungan.

Memang sulit juga jika memiliki pribadi lebih dari satu. Seperti apa yang aku rasakan, pecahan atau fragmen seperti puzzle yang membuat aku semakin pening atas apa yang terjadi.

Sebenarnya, dulu aku sempat hampir mendiagnosa diri sendiri atau penyebutan lainnya sebagai self diagnose. Namun, aku berhenti sampai situ dan aku memutuskan untuk mencari dan menulis apa yang sebenarnya aku alami dengan bertanya kepada beberapa psikolog yang aku kenal.

Jadi, ini cerita sebelum aku benar-benar mendapatkan perawatan medis. Aku mencari beberapa fakta dan data untuk aku tulis sebagai jurnal penelitian pribadi. Baik secara akademis aku mencari tentang kejiwaan manusia. Serta-merta ada orang baik yang memberikan arahan bahkan ilmunya untuk aku pelajari saat itu.

Semua data mendekatkan diri aku tentang diagnosa gangguan disosiatif, tapi aku masih tidak ingin memutuskan diri sendiri tentang diagnosa mandiri karena itu sangat dilarang bagi dunia kesehatan khususnya kejiwaan.

Aku juga ingin mengenali beberapa kasus langka yang aku alami, meski aku belum yakin bahwa aku benar-benar sebagai seorang DID. Tapi, segala indikasi bahkan Dr. Azizah juga mengatakan bahwa aku memiliki gangguan disosiatif.

"Huft.."

Hembusan nafas panjang yang aku ambil sambil menulis sebuah jurnal pribadi. "Aneh, terkait dengan pribadi lain apakah itu nyata?". gumam dalam hati yang bergejolak bertanya tentang pribadi lain, seperti hipnotis yang aku lakukan kepada diri sendiri ketika ingin memasuki alam bawah sadar yang telah aku pelajari caranya seperti apa.

Semua terasa aneh, dan entah kenapa aku mulai bisa menerima kenyataan bahwa aku seorang DID? Walau, tidak semua orang mengenali sebenarnya DID itu nyata adanya. Meskipun aku mengetahui tentang DID adalah gangguan identitas yang ditandai dengan adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Setiap identitas kepribadian ini mungkin memiliki nama, usia, gerak tubuh, perilaku, ras atau jenis kelamin yang berbeda, tetapi semuanya dapat ada dalam diri seseorang (Abas, 2022; Gea, 2013). "Identitas inti" mengacu pada kepribadian normal atau sejati, sedangkan kepribadian alternatif disebut "alter".

Selain itu, karakteristik kondisi lain dari pasien DID adalah episode amnesia berulang. Kondisi amnesia di sini mengacu pada ketidakmampuan individu untuk mengingat segala sesuatu yang terjadi ketika kepribadian alternatifnya mengambil alih kepribadian utama. Oleh karena itu, penderita DID biasanya tidak menyadari bahwa mereka memiliki kepribadian yang berbeda.

Sebuah riset dan hasil diagnosa selama 3 bulan lamanya mendapatkan sebuah bukti bahwa aku mendekati kebenaran yaitu aku seorang DID. Meskipun, semua kejadian bisa dinyatakan sebagai kasus yang langka.

Aku selama bertahun-tahun, dan bulan ini setelah mendapatkan sebuah diagnosa sementara yang menandakan aku dan pribadi lain adalah satu dari kesatuan yang terlahir dari memori atau trauma begitu berat.

Dengan beberapa data yang aku dapatkan dari beberapa sumber ahli, mungkin ini akan membantu diagnosa Dr. Azizah untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya aku alami. Semua semakin terasa dekat dengan sebuah kebenaran ya?

Dari penyebab hingga akhir data semua menunjuk bahwa aku mendekati sebuah kebenaran yang pernah mama sembunyikan kepadaku. Aku mencari tahu apa yang terjadi pada tubuh ini, semoga catatan ini bisa mengingatkan aku kepada prilaku manusia yang hampir menjadikan dirinya seorang yang bukan seperti manusia pada umumnya. Tetaplah, aku seorang manusia.