Samantha selalu bertanya-tanya, apakah Bruce pernah menyadari jika semua serangannya terhadapnya berhasil, dia mungkin sudah terbaring enam kaki di bawah tanah.
Dia tahu Bruce membenci dia, tapi apakah harus sampai sejauh dia bersedia membunuhnya tanpa berkedip?
"Dan kenapa itu menjadi urusanmu?" suara Bruce memotong tajam melalui udara, tatapannya menyempit pada Samantha, yang bersembunyi di belakang Xander. "Siapa bilang kamu punya hak untuk menentukan apa yang bisa dan tidak bisa aku lakukan?"
Sebuah air mata menyengat di sudut matanya, tapi dia segera menarik napas. Dia bukan lagi gadis dua belas tahun itu, yang dulu selalu menangis kapan pun ayahnya meninggikan suara.
Meskipun begitu, Samantha mulai menyesal mengikuti Xander ke rumah ayahnya. Sudah jelas sang pria sama sekali tidak menghargai kehadirannya.
Samantha hendak berbalik dan pergi tetapi Xander menahannya.