Keesokan harinya, Anastasia terbangun dengan tubuh basah kuyup karena air dingin yang tumpah ke tubuhnya.
Dalam ketakutan, dia melonjak bangun, berpikir bahwa mereka sedang diserang, atau mungkin penyelamatnya telah tiba.
Anastasia berkedip, linglung, berusaha mengusir sisa kantuknya.
Dia membuka mulut untuk menjawab, tetapi kata-katanya tersangkut di tenggorokan di bawah tatapan tajam Samantha yang tampaknya menyimpan amarah yang dahsyat, terkendali rapat.
Dengan cepat Anastasia mengusap air di wajahnya.
"Saya tidak..." dia melantur, mencoba menarik napas. Hatinya hampir melompat keluar dari dada karena berpikir seolah-olah ia tenggelam dalam tidurnya. "Maaf," dia segera menambahkan, menatap ke arah mangkuk besar yang jadi asal air itu.
Dia mulai bertanya-tanya mengapa Samantha membangunkannya dengan begitu kasar. Dia langsung teringat bahwa semalam dia berada di kamar Samantha, mencari dokumen pabrik tempat dia akan segera dipindahkan.
