Di sisi lain hutan, tampak sesosok bayangan yang sedang berjalan dibawah gelapnya pepohonan "Caelumsilva." Langkahnya tertatih serta bahunya menegang karena kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Keheningan sekitar hanya sesekali dipecahkan oleh suara gemerisik dedaunan.
Di antara napas yang terengah, ia mendengar suara lembut dari ujung telinganya. "Tak seperti biasanya, kini kau terlihat begitu... tersesat."
Kemudian sosok itu mengangkat kepalanya, melihat bayang-bayang makhluk kecil sedang berdiri diatas akar pohon yang mencuat dari tanah. "Theron, ada apa denganmu?" ujarnya.
"Munchkin," mereka menyebutnya-makhluk yang tampak seperti peri, bertubuh mungil namun lentur. Memungkinkan gerakan cepat dan licin di antara semak-semak hutan, kulitnya berwarna abu-abu pucat, Wajahnya memiliki ciri khas yang menipu: mata besar, bulat, dan berkilauan seperti kristal.
Hidungnya kecil dan runcing, sementara mulutnya penuh dengan gigi kecil yang tajam. Tangan serta kakinya panjang, dengan jari-jari kurus dan cakar kecil yang terlihat tajam, menambah kemampuannya untuk memanjat di hutan. Theron hanya mendengus setelah mendengar makhluk kecil itu berbicara, kemudian tubuhnya langsung ambruk seketika. Theron jatuh ke tanah dengan keras, debu dan dedaunan kering beterbangan di sekitarnya.
"Hey.. Hey! Apa yang terjadi padamu?" teriak sang Munchkin. Ia segera memanggil kawanannya untuk memberi Theron sedikit obat dan air.
Temannya bernama "Pegg" pun ikut membantu, makhluk yang menyerupai kulit pohon, dengan tekstur kasar dan bercak-bercak hijau. Memiliki mata bak cahaya hijau, berdiri setinggi dua setengah meter serta terbuat dari campuran tanah liat, batu, dan serat tanaman.
"Bagaimana Lycan tua sepertinya bisa sampai kesini, bukankah wilayah Caelum sangat jauh dari tempat tinggal mereka?" sontak Pegg sembari mengangkat tubuh Theron di pundaknya.
"Entahlah, lagipula sudah bertahun-tahun aku tak melihatnya." sang makhluk kecil menggelengkan kepalanya, kemudian memimpin jalan untuk Pegg dan Theron.
Mereka bertiga melangkah menuju rumah jamur milik para Munchkin, terselip di antara pepohonan besar yang menjulang tinggi. Jamur raksasa dengan batang tebal dan topi lebar menjulang, menyembunyikan rumah-rumah kecil di bawah naungannya.
Kemudian Theron dibaringkan diatas daun besar yang lembut, Beberapa Munchkin bergerak di sekelilingnya, menyeka keringat dari dahinya dan mengganti perban daun yang melilit lengannya. Cairan herbal dari botol-botol kecil mereka dioleskan perlahan ke tubuhnya yang penuh goresan dan memar.
Pegg berdiri di sudut ruangan, mengawasi dengan tatapan waspada. Mata hijau bercahaya miliknya berkedip-kedip, "Dia terluka lebih parah dari yang kukira," gumam sang golem hutan.
Munchkin yang memimpin perawatan itu, bernama "Ywen," mendongak dari pekerjaan tangannya dan menjawab Pegg dengan tenang, "Kau benar. Namun ramuan-ramuan ini kuat, serta Lycan adalah makhluk yang dapat memulihkan dirinya. Ia akan sembuh, meskipun lambat."
✦✦✦
Theron tiba-tiba mengerang pelan, tubuhnya bergerak sedikit, tanda ia mulai sadar. Matanya yang kekuningan perlahan terbuka, "Ahhhhh...." ia bangun dengan teriakan yang sangat keras.
Pegg segera memperkuat penjagaannya, lalu mendekat untuk melindungi para Munchkin. "Tolong menjauh, aku harus menahan tubuhnya!" bisik Pegg dengan suara yang berat.
Lycan itu meronta, napasnya tersengal, otot-otot tubuhnya menegang di bawah efek sakit dan trauma. Jeritannya bergema di ruangan, "Sialan! Elara..." suara itu terdengar penuh dengan rasa sakit, seakan tiap kata yang keluar mencabik hatinya lebih dalam.
"Tenanglah!" sorak "Fyrel," Munchkin yang sebelumnya menemukan Theron pada jalur hutan. Ia kemudian menyentuh kepala Lycan itu dan berbisik, "Law IV: Serenity." seketika mantra kuno miliknya dapat menghentikan pemberontakan dahsyat dari tubuh Theron.
Meskipun kekacauan itu kian mereda, kini Theron tengah menggeram dengan air yang menetes di matanya. "Kelelawar culas itu.... Biarkan aku membunuhnya.."
Pegg dan seluruh Munchkin pada ruangan itu saling menatap keheranan, seolah ada rasa frustasi dari balik perkataan Theron. Namun Fyrel tetap menahan keningnya, sembari mengucapkan bahasa Ascaryn dengan indah untuk menenangkan Theron.
Ywen yang masih menggenggam ramuan herbal mulai bertanya, "Katakanlah tentang hal yang kau ingat, Theron. Kami disini untuk membantumu sebagai teman lama."
Namun sang Lycan tetap mendengkur, "Norven.." lirihnya, "ia harus kucabik.."
Mendengar nama Norven, sebagian besar dari mereka terkejut, pria itu adalah juru kunci dari "The Great Skellside." tempat Edenfell menyimpan jutaan sejarah lama tentang dunia, hingga pengetahuan yang tersembunyi. Kabar kematian Elberon saja masih menghantui seluruh penghuni hutan, lalu apa yang terjadi pada juru kunci dari perpustakaan agung itu? Begitu pikir Pegg dan para Munchkin.
"Dia... Akan membunuh semuanya... Setelah saudariku... Kalian semua.." ujar Theron terbata-bata.
"Bagaimana kau bisa membuktikannya? Kau adalah serigala tua yang licik." sahut Pegg. Sebelum perkataan Theron membuat situasi menjadi tegang dan tak terkendali, ia berusaha menggali kebenarannya.
"Jangan terlalu keras padanya, Pegg, dia sedang sekarat." ucap Fyrel, "lagipula aku merasakan kejujuran dengan mantra Serenity milikku." Fyrel membuang pandangannya dari Theron, kemudian berkata, "aku turut bersedih atas Elara. Lalu Norven, mengapa dia berani melakukan dosa sebesar itu?"
"Bukanlah urusanmu!" suara dalam tenggorokannya bergetar, seakan mencoba menahan kemarahan yang meluap. Kini Theron berusaha bangun setelah terbaring cukup lama, "ia telah menyembunyikan.. Semuanya."
✦✦✦
"Semua dosa besar akan dihakimi oleh para Guardian, Theron." kata Ywen dengan lembut, "berbicara tentang membunuhnya, kau bahkan tidak bisa berlari dengan kondisimu sekarang."
Tetapi Theron justru menyeringai dan mulai tertawa, tangannya menggenggam tanah dengan kuat seiringan dengan tawa yang keras, seolah memperlihatkan pikiran buruk sedang berkecamuk di kepalanya. "Para Guardian, mereka hanyalah serpihan dari pedang Enronn yang telah hancur."
"Barisan makhluk sihir, namun tidak memiliki hati yang... Murni." tegasnya.
Pegg yang sedari tadi berdiri di belakang Theron akhirnya mundur perlahan, "kau tidak sepenuhnya salah, namun Veridith, bukankah dia bilah tertajam dari lima kepingan pedang Enronn?" golem hutan itu mencabut salah satu tanaman berbunga dan menunjukannya kepada Theron.
"Tentu saja ia adalah pengecualian, andai saja seluruh makhluk Edenfell melawannya, menurutmu siapa yang akan hancur?" Theron menjawabnya dengan pertanyaan kembali pada Pegg.
Sebelum Pegg dapat berpikir, Fyrel segera menyela. "Bentuk dari kekuatan cahaya, setengah dari kehidupannya adalah milik surga, Edenfell tidak punya kesempatan untuk menggores tubuh makhluk itu." setelahnya, Theron menatap Fyrel sembari tersenyum remeh.
"Begitu juga dengan Guardian lainnya, mereka bertarung bersama manusia melawan Ezram selama 20 tahun lamanya." Ywen pun ikut menyahuti dari ujung ruangan.
Sementara air mata Theron tak henti-hentinya mengalir, meski wajahnya tak membuat sedikitpun ekspresi kesedihan. "Bagaimana jika ada yang merencanakan kematian para makhluk berkemampuan dahsyat itu? Apa yang ia pikirkan?"
"Aku telah melihat satu dari kekuatan yang dapat membawa kembali kehidupan, Norven telah lama menunggu datangnya manusia." ucap Theron, "Sesungguhnya, ia menuntut jalan yang Volkor ambil."
Sejenak, keheningan mengisi ruangan, hanya suara napas berat Theron dan kepakan sayap lembut para Munchkin yang terdengar. Namun tiba-tiba, sebuah ledakan dahsyat mengguncang langit di atas mereka, suara gemuruh menggema hingga ke dalam rumah jamur.
Cahaya yang terang benderang, hampir menyerupai matahari, menyinari seluruh hutan Caelumsilva untuk sesaat, sebelum semuanya kembali tenggelam dalam kegelapan. "Apa yang terjadi!?" suara berat Pegg terdengar khawatir, ia segera beranjak lari menuju pintu.
Fyrel mengikuti di belakangnya, tangannya mencengkeram pisaunya dengan erat. Begitu mereka keluar, sisa-sisa cahaya dari ledakan itu masih menggantung di langit, layaknya letusan gunung berapi. "Aku belum pernah melihat sesuatu seperti ini," bisik Fyrel, matanya yang berkilau seperti kristal memandang ke langit, masih menyisakan bekas kejutan.
"Kesalahan besar jika kalian berpikir masih ada waktu untuk bersiap." Theron, yang tadi terbaring lemah di dalam rumah jamur, saat ini berdiri di belakang mereka, dengan tubuhnya yang masih dipenuhi luka. "Edenfell telah mendekati kehancuran."
✦━━━✦