```
Steak di piring itu perlahan mendingin, lemaknya menggumpal, dan udang yang dulunya keriting kini menjadi kendur, teksturnya menjadi longgar, langsung kehilangan daya tariknya sebagai makanan yang menggiurkan.
Saya duduk di dekat jendela sambil melihat pemandangan malam hari, sementara ponsel saya berdering tanpa henti di atas tempat tidur.
Pasti itu agen real estat yang menelepon. Beberapa hari ini saya sudah melihat-lihat beberapa rumah—lingkungannya buruk, harganya mahal dan renovasinya jelek. Mereka memperlakukan saya seakan saya ini orang bodoh yang mudah ditipu.
Saya memang sangat pemilih, tapi agen tersebut tak kenal lelah, menelepon saya siang dan malam minta saya melihat rumah.
Saya bilang kepada mereka bahwa saya hanya bisa menyewa, tidak mampu untuk membeli; saya hanya punya tabungan beberapa puluh ribu. Di kota yang mahal ini, saya bahkan tidak mampu membayar uang mukanya.
Kadang saya bertanya-tanya, apa gunanya memiliki martabat?