Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Drop Blood: The Successors

KharaChikara
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.5k
Views
Synopsis
Lanjutan dari "Drop Blood: Amai Akai" Setelah mengalami tragedi yang selalu muncul beberapa kali, akhirnya dia kembali berakhir lebih buruk lagi, apalagi dia telah mengandung bayi dari sosok pria yang lebih kejam dari serigala gunung. Akankah penerus garis darah kutukan akan lahir? Atau hanya kisah hubungan dewasa yang bahkan tak bisa di sebut cinta.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1 Display Cat

[Kucing Pajangan]

Tampak mata Neko terbuka pelan, dia menatap langit langit putih dan bergerak mengangkat tangan nya dan memegang kepalanya.

Tapi ia merasakan tangan satunya yang tertahan membuatnya menoleh. Siapa sangka, itu adalah Felix yang memegang tangan nya sambil duduk dan terangguk angguk tidur di kursi samping ranjang Neko.

Neko terdiam dan bangun duduk perlahan menatapnya tapi ketika dia akan menarik tangan nya, mendadak Felix menahan tangan nya dan membuka mata membuat mereka saling menatap.

"Kau, sudah bangun?" Felix menatap dengan tatapan dalam dan Neko terkejut karena Felix berlumur darah termasuk baju nya hingga ke lehernya membuat Neko langsung menarik tangan nya.

"Aku akan memanggil dokter," Felix berdiri akan pergi.

"Tidak, tunggu... Ugh.... (Ack, perutku!)" Neko tiba tiba kesakitan memegang perutnya membuat Felix menoleh padanya.

Felix langsung memasang wajah serius dan memegang tangan Neko membuat Neko menatapnya.

"Mulai dari sekarang, pulang di rumahku... Jika kau pergi sendirian, aku akan mengurungmu," tatap Felix yang menatap kejam membuat Neko terdiam melihat itu.

Tapi dia menarik tangan nya dengan wajah kesal. "Huh, sampai kapan kau akan melakukan ini padaku?" Neko membalas dengan tatapan kesal.

"Kau sedang mengandung, bukan?" Felix menatap masih serius membuat Neko terkejut mendengar itu.

"A.... Aku tidak mengandung!!" dia langsung menyangkal.

"Omong kosong, kenapa kau memegang perutmu dan kenapa dokter mengatakan begitu?"

"(Hah, sial... Aku tak mau menghadapi hal ini....)" Neko benar benar kesal, dia tak mau mengalami hal seperti itu bahkan dia hamil sekalipun.

"Katakan padaku milik siapa bayi itu?"

". . . Aku tidak memiliki bayi!" Neko langsung menyela.

"Kau tidak bisa berbohong padaku, apa aku bisa berpikir sekarang kau selalu meniduri banyak pria?!"

". . . Aku memang bisa meniduri banyak pria tapi tak seorang pun berani menelanjangiku tidak sepertimu!!" tatap Neko dengan kesal.

"Jadi maksudmu itu adalah bayiku?"

". . . Aku tidak berpikir begitu, aku akan berencana membunuhnya," kata Neko, seketika Felix menarik tangan Neko untuk mendekat.

"Jika kau berani melakukan itu, aku akan mengurungmu lagi, dia sudah jelas adalah bayimu dan dariku."

"Untuk apa, ini semua kesalahan mu bukan, kau pikir aku adalah perempuan tanpa perawan, kau berani melakukanya padaku, seharusnya aku menghabisimu saat itu!!" Neko menjadi berteriak.

Lalu Felix tersenyum kecil dan berbisik.

"Kau tidak bisa menjadi harimau padaku, kau hanya bisa menjadi kucing padaku, nyalimu hanyalah sebatas keterepurukan mu,"

Seketika Neko terdiam mendengarnya. Ia bahkan tak bisa berkata apapun. "Kau memang, bajingan," kata dia dengan pelan dan kesal.

Hal itu membuat Felix terdiam. Dia lalu menutup mata sambil menghela napas panjang. "Mulai sekarang, kau harus di rumahku," tatapnya.

"Apa maksudmu?! Aku tak mau!!" Neko langsung membalas dengan kesal.

"Bayi itu, kau harus menjaganya dengan baik," tatap nya.

"Kenapa!! Hanya karena ini bayi mu!!!" teriak Neko tapi ia terkejut dengan apa yang dikatakan nya sendiri. "(Sial, aku keceplosan....)"

Hal itu membuat Felix memasang wajah serius. "(Kau bisa mengakuinya hanya dengan berteriak tanpa sadar.) Jaga bayi itu..." tatapnya, lalu dia berjalan pergi membuat Neko terdiam memegang kepalanya dengan kedua tangan nya.

"(Sial..... Kenapa ini harus terjadi, aku tak mau sampai begini..... Seumur hidup, kehormatan ku telah usai di sini....)"

Tak lama kemudian ada dokter wanita yang di kenal akrab pada Felix datang mendekat padanya. "Nona Amai," tatap nya mendekat dan dari sana Neko langsung tahu dan ingat soal wanita itu.

"Aku kemari untuk mengatakan kondisimu," tatap nya. "Kamu sudah bicara dengan Choi tadi? Aku benar benar agak aneh jika harus melihat sikap dia padamu, maksudku, semalaman dia ada di sini dan tidak keluar dari ruangan ini hanya untuk menemani mu yang belum bangun, padahal aku sudah bilang bahwa kamu baik baik saja dan tidak terlalu serius tapi dia tetap menunggu di sini hahaha.... Ehem, jadi, bagaimana keadaan mu?"

"(Jadi, dia menunggu di sini.... Apa karena itulah bajunya.... Dia bahkan tak mengganti bajunya....) Aku.... Sudah lebih baik..." balas Neko.

"Baiklah, itu bagus, kamu akan di pulangkan dan boleh pulang pastinya."

---

Saat sampai di rumah besar Felix. Neko di sambut sendirian oleh seorang pelayan lelaki.

"Selamat datang Nona Amai, aku adalah asisten rumah ini, Arthur."

"Aku ingin masuk ke ruanganku," Neko menatap dingin.

"Tentu saja, sebelah sini," pelayan yang bernama Arthur itu mengantarnya di sebuah kamar besar.

"Tuan Felix akan kembali beberapa jam lagi, aku ingin jika kau ada sesuatu panggil aku."

". . . Terima kasih," Neko membalas lalu Arthur berjalan pergi sembari menutup pintu kamarnya.

Neko melihat ruangan kamar itu yang besar, dan ia juga menemukan sebuah buku di atas meja.

Satu buku itu berjudul sesuatu yang belum ia mengerti.

"(Entah apa yang kulakukan ini benar atau salah,)" ia terdiam memandangnya. Tapi tiba tiba ia merasa mual pada perutnya membuatnya menekan perutnya.

"(Utk... Apa yang terjadi?!)" ia menutup mulutnya.

"(Rasanya.... Perut ku seperti di tekan sangat kencang... Apa yang terjadi pada bayinya?)" Neko menjadi panik dalam hati dengan pupil mata yang terus mengarah ke segala arah tak menentu.

-

Sementara itu di luar, Felix sedang berjalan masuk ke rumah dan Arthur menyambut nya.

"Selamat datang Tuan Felix."

"Dimana gadis itu?" Felix langsung bertanya keberadaan Neko.

"Ada di kamar nya," balas Arthur.

Lalu Felix berjalan menuju ke kamar Neko. Tapi saat ia membuka pintu ia melihat Neko sudah tumbang membuatnya terkejut.

"... Apa yang terjadi!?" dia mendekat mengangkat Neko.

Neko terlihat gemetar dan seperti menahan sakit. "(Tubuhku tidak nyaman.)"

"Apa kau sakit? Apa yang kau rasakan?? (Tubuhnya panas,)" tatap Felix dengan wajah yang terlihat agak cemas.

"(Apa yang terjadi sekarang ini memanglah berbeda dari dulu, mungkin aku terlalu banyak berpikir untuk suatu masalah ini saja... Sebenarnya apa yang sedang kulakukan, aku mencoba hidup atau malah lari dari sebuah kenyataan, aku tidak mengerti, seseorang tidak membiarkanku mati begitu saja tapi kenapa dia malah mengambil sesuatu dari hidupku yang tidak akan bisa di kembalikan, dia telah mengambil keperawananku... Sialan.)"

-

Neko terbangun di ranjang rumah sakit, di sampingnya sudah ada seorang perawat perempuan yang melihatnya bangun.

"Kau sudah bangun?"

". . . Apa yang terjadi? (Aku tidak ingat kenapa aku disini,)" Neko bangun duduk dengan bingung.

"Kau mencemaskan bayimu, jangan khawatir dia sehat sehat saja. Itu hanya gejala yang tidak menimbulkan apapun, gejala awal dari bayi pertama," kata si perawat, seketika Neko terkejut.

"Apa maksudmu?"

Tiba tiba Felix datang mendekat menatap Neko dengan wajah tajam dan beraura marah.

"Apa yang aku bilang untuk menjaga bayi mu dan tubuhmu," dia menatap serius membuat Neko terdiam dengan mata yang terus bergerak kemana mana.

"Untuk kedepan, kau tidak bisa keluar dari rumahku... Kau harus sebisa mungkin menjaga tubuhmu untuk bayi itu," tambah Felix, lalu ia berjalan pergi. Neko terdiam dan meremas selimutnya. "(Ini sialan.)"

Malamnya Neko menatap jendela kamarnya, ia menatap bulan yang terlihat cerah di malam gelap itu. "(Bukankah ini lebih berbeda dari apapun..... Ini lebih tenang dan nyaman melihat dari sini...)" pikirnya.

Lalu ia mendengar suara dari pintu dan sedikit menoleh. Rupanya Felix yang datang masuk.

"Bagaimana dengan keadaanmu?" tanya Felix yang berjalan mendekat sambil melonggarkan dasi yang ia pakai.

"Berhentilah bertanya seperti itu, itu mulai menggangguku," Neko menatap kesal.

"Kau sedang menyesali sesuatu huh, kau pikir siapa yang menolong mu sampai saat ini?"

"Apa kau mau membiarkanku melakukan semua ini hanya karena ini bayimu? Lihat saja, aku akan pergi dan kau bisa mengambil bayi ini sesuka hatimu."

"Aku tidak meminta seperti itu, setelah bayi itu lahir tentu saja dia butuh kau, kau tidak bisa lari meninggalkan nya begitu saja," kata Felix.

"Cih, aku akan lari sebelum pada waktunya."

"Apa kau mencoba nekat dengan perkataan mu?" Felix menarik bahu Neko dan memojok nya di tembok.

"Ini bukan bayimu!!" teriak Neko.

"Apa maksudmu, sudah jelas kau melakukan nya denganku, apa kau menyangkal nya bahwa ini bukan bayi kita... Oh aku tahu, kau tidak mau mengakuinya bukan...? Apa kau perlu aku buktikan sampai kau mengakui bayi itu adalah milik kita?"

"Aku tidak melakukanya, kau yang melakukan nya!!" Neko masih berteriak hingga air mata kembali keluar membuat Felix terdiam.

"Apa kau tahu seberapa brengsek nya kau sekarang ini, kau benar benar bajingan!! Hanya karena kau lebih kuat dengan ku, hanya karena keadaan tak lagi mengakui ku, kau memanfaatkan hal ini begitu saja...." kata Neko sambil menggigit bibirnya sendiri.

Felix yang melihat maupun mendengar itu langsung mengepal tangan. "Cih..." dia mencium bibir Neko dan menjatuhkannya di ranjang. Mereka berdua sama sama di atas ranjang.

"Akh, apa yang kau lakukan, pergilah dari ku!" Neko mencoba mendorong tapi ia tak kuat dan Felix malah meraba tubuhnya dengan tangan nya masuk ke baju Neko.

"Henti... Kan..." Neko tak bisa apa apa selain memohon untuk pergi.

"Aku benar benar lapar, dan ini adalah makanan terenak yang membuat ku ingin memakan nya lagi...." kata Felix, yang dia maksud adalah tubuh Neko.

Sementara itu di luar, Arthur akan membawakan sebuah baju untuk Neko, namun saat ia akan menyentuh gagang pintu untuk membuka kamar, ia mendengar sesuatu dari dalam yang tidak bisa di jelaskan secara deskripsi. Ia lalu tak jadi masuk dan berjalan pergi.

--

Malam itu masih panjang, Neko bangun duduk dengan tubuh yang telanjang di ranjang besar itu.

Ia menoleh ke samping di mana Felix tidur dengan posisi miring padanya, ia juga telanjang dada memeluk Neko dengan tangan nya. Tapi Neko perlahan menyingkirkan tangan Felix, lalu ia turun dari ranjang dan mengambil kopernya dan menyeretnya akan keluar pintu kamar. Sebelumnya ia menoleh ke Felix yang tertidur di ranjangnya. Neko terdiam lalu berjalan mendekat.

"Kau tahu, aku tidak pernah mendengarkan orang yang membudakku seperti ini," kata Neko lalu ia mencium bibir Felix yang tengah tertidur di malam yang begitu gelap.