Renkarnasi Dadang || Jualan Gorengan Di Isekai

sukitutorial
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal Mula 0-0

Jakarta, siang hari menjelang istirahat para pekerja. "Permisi pak agus, saya duluan ya." Jawab pak agus " oh, iya. Sudah waktunya kan!." "Jangan memaksakan diri pak agus, saya di warkop bisa ya."

Sekarang apa kabar anak baru itu, ya "Hay!, nak sudah waktunya istirahat," jarang sekali melihat anak muda jaman sekarang bersemangat seperti itu, apa lagi ini adalah pekerjaan berat (proyek  kontruksi).

Beliau adalah pak agus, orang yang mengajak aku bekerja. Beliau merupakan sosok yang sangat berarti dalam hidup keluarga ku dan karena nya ayah ku dapat menjalani operasi dengan lancar, tanpa hambatan biaya apapun. Inti nya beliau itu orang baik yang suka menolong orang tanpa pandang bulu dan aku banyak belajar kebijaksanaan dari nya, beliau paham betul bagaimana cara mengalah dengan bijak (sabar). Sambung pak agus, "dang, mau ikut istirahat di warkop gak?. Kalau mau ayo bareng." Jawaban ku tentunya adalah tidak karena aku tidak megang uang saat ini karena alasan tertentu yang tidak bisa aku katakan pada beliau. "Jadi kamu cuma makan roti doang dang. Udah kaya bule aja, sudah tenang masalah makan nanti saya yang bayarin, gak usah sungkan." "Aduh, gimana ya pak. Saya jadi gak enak nih." Senyum pak agus dengan jawaban santai (pegang pundak dadang), "udah gak usah dipikirin, kaya ama siapa aja."

Dalam situasi ini aku terkesan seperti memanfaatkan kebaikan beliau. Yaah, tapi mau bagai mana lagi pertama aku sangat lapar tanpa ada uang yang cukup untuk membeli sebungkus nasi, satu roti sudah pasti tidak akan cukuplah. Kedua mustahil melanjutkan pekerjaan tersebut dengan perut kosong atau tanpa tenaga sama sekali. Setibanya di warkop bersama pak agus. "Neng biyasa es teh manis, dang!. Pesen aja kamu suka makan apa terserah." Aku jadi semakin tidak enak dengan keadaan yang terpaksa ini, "iiya pak agus, makasih." Dengan agak malu-malu aku melihat-lihat di etalase. "Jadi mau makan pake apa, mas?." Tidak ku sangka diri ini terkena setun (terpesona) oleh pelayan warkop, "mas-mas, jadi makan? Gak!." "O-oh,i-iya. Maaf, pake ayam tepung sama kangkung aja, pake sambel ijo nya juga. Ama rendang 2 juga boleh dan gorengan udah itu aja." Lebihlama di lihat, Ia menyingkap rambut nya di sela-sela kuping dan itu memperlihatkan sesuatu, "waaaah cantiknya, neng warkop," itulah yang ada di fikiran ku saatini melihat betapa mulus nya dia.

Pak agus menepuk pundakku dan berkata, "Ehmmm!, dang itu di tanya pesen minum nya apa, jadi bengong gituh." "Eh!, iiya es jeruk aja. Ama es teh manis bungkus."

Setelah selesai jam istirahat dan selesai menikmati makan siang. Ada sedikit obrolan...

Melanjut kan pekerjaan. Kedua lengan ku terus menghantam tembok-tembok menggunakan palu yang membuat suara sangat keras di iringi beberapa material yang roboh karena ku hantam keras, tembok akan segera di robohkan melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena istirahat. Yang aku lakukan singkatnya ini menggantikan material sebelum nya dengan yang baru (membuat ulang) harus di robohkan terlebih dahulu. Baru setengah hari berlalu keadaan telapak tangan ku sudah ada beberapa benjolan (kapalan), meskipun sudah mengenakan sarung tangan khusus kuproy alias (kuli proyek) tetap saja. Tidak lama kemudian salah seorang kuli memanggil ku, "dadang ya!, kamu di panggil ke kantor." Apakah ada kesalahan,  ataukah aku gagal dalam hari pertama dan di suruh pulang?, "Memang ada apa, ya. Apakah aku melakuan kesalahan?." "Entah, detail nya saya sendiri tidak tau. Yang jelas saya hanya di suruh bos untuk memanggil dadang." Aku jadi sedikit gelisah karena hal ini. Tau kan betapa sulit nya mencari pekerjaan tanpa ada nya the power of orang dalem, Kalau pun melamar pekerjaan tanpa biaya admin itu mustahil di zaman sekarang. Semua nya serba di duitin, kencing aja bayar bukankah begitu.

Perlahan diri ini mengetuk-ngetuk pintu ruangan bos setelah mendengar, dengan rasa cemas di hati yang memunculkan berbagai perasangka negatif dalam fikiran. "Masuk. Baiklah mas dadang saya langsung ke inti nya saja untuk memper singkat waktu, ini tentang pekerjaan yang sekarang kamu lakukan."  aduh mampus dah dan tanpa basabasi sama sekali lagi, harus nyiapin hati nih. "Kerjaan mu bagus dan memuaskan, semuanya berjalan dengan baik." Eh!, apa itu!?. Bagus dan memuaskan, jadi ini bukanlah akhir dari pekerjaan, melainkan lampu hijau yang di bumbui dengan sedikit pujian. Tarik nafas... okay-okay tenang. Jangan terlena hanya karena sedikit pujian yang ada di ujung lidah nya. "Jadi aku bisa lanjut bekerja di sini pak bos?." "Ya, seperti yang kamu fikirkan." Gembira nya hatiku mendengar kabar baik dan hampir saja jantung ku dibuat copot jika sampai di pecat pada hari pertama.

"Jadi mas dadang disini..." pak bos menjelaskan semuanya mulai dari waktu masuk kerja sampai pulang dan istirahat, semua nya di jelaskan. Singkat nya itu interview.

Pada tahap awal bukanlah menaruh lamaran atau-pun interview melainkan langsung terlibat dalam pekerjaan, jarang sekali ada sebuah perusahaan kerja dulu baru interview. Karena itu adalah pekerjaan berat (kuli proyek) jadi banyak orang yang tidak sanggup dan bos tidak ada waktu menangani interview ataupun peroses berkelanjutan jika pada akhirnya tidak kuat atau keluar tiba-tiba. Tapi kenapa pak bos menangani secara langsung, apakah tidak memiliki asisten atau semacam nya, hal tersebut sudah aku tanyakan pada pak agus sebelum nya di warkop pada saat istirahat tadi, ini kata pak agus "bos itu orang yang keras dan berambisi kuat, lalu di tambah nada bicara nya yang tinggi seolah-olah marah, banyak orang yang tidak kuat berada di samping nya dan salah paham. Apalagi jika bos bilang, sekarang! Lakukan, ya harus sekarang, jika kamu mengabaikan perintah nya ia akan marah langsung memecat mu di tempat." Saat mendengar itu aku berfikir bos itu, tipe orang yang tidak mau mendengar perkataan orang lain kalau belum mencobanya sendiri, mungkin cuma mungkin seperti itu pendapat ku.

Hari mulai sore terlihat jelas langit berwarna oren pekat dengan warnanya yang cerah mirip jeruk ke oren-oren nan dari atas gedung bertingkat yang sedang dibangun, waktu terus berjalan selesai sudah pekerjaan yang begitu melelahkan hari ini. Pak agus menghampiriku dengan wajah gembira nya mengucapkan, "selamat dang, akhirnya kamu di terima." Meskipun aku dan pak agus terkadang kaku dalam obrolan. "Dang, mau pulang bareng?. Ayo raya kan keberhasilan mu." Itu adalah tawaran yang cukup menggiurkan, pulang bareng atau tepatnya di antar pulang pake mobil truk milik pak agus di tambah perayaan kecil-kecil lan. "Mungkin tidak hari ini, pak agus. Aku mau ke apotek nebus obat bapak." Dari raut wajahnya terlihat sedikit kecewa karena aku menolak ajak nya. "Baiklah kalau begitu, dang. Semoga bapak mu cepat diberikan kesembuhan." Setelah sedikit pembicaran pak agus pun jalan menuju tempat parkir dengan langkah demi langkah nya, aku dengan fikiran kusut yang begitu sempit lalu mengecek isi dompet "hanya ada beberapa rupiah saja. Ini tidak akan cukuplah." Menelan rasa malu mentah-mentah tanpa ada nya urat malu yang tersisah dalam diri ku, sudah putus asa, aku mengajar pak agus ke tempat parkir dan yaa, seperti yang kalian duga. "Pak agus!!!, tunggu!." Sontak pak agus yang mendengar suara ku sedikit terengah-engah karena mengejar nya, ia pun berhenti "ada apa dadang? ... Kamu berubah pikiran, atau mau bapak anter ke apotek. " Tanpa basabasi lagi aku mengatakan nya dengan penuh harapan, "sss-saya minjem uang pak agus!. Untuk nebus obatnya bapak." Lagi-lagi senyum tulus dari pak agus terlihat jelas oleh ku. Ia pun memberikan sisa uang kembaliaan dari warkop dan aku rasa jumlah nya cukup untuk menembus obat kali ini. Jika kurang tinggal minjem lagi di lain waktu.

Bukan kebetulan lagi jalan menuju apotek melewati warkop tempat istirahat tadi siang, lalu aku melihat perempuan yang melayani ku makan siang tadi, neng mawar nama nya. Ia sedang bersama dengan seorang laki-laki yang tampak nya ingin jalan bareng (kencan). Jika aku harus bersaing dengan laki-laki tersebut rasanya sangat mustahil, karena lihat saja ia memiliki kendaraan bermotor yang sangat keren, kawasaki ninja 250R. Yaa, sedangkan aku hanya naik sendal jepit alias jalan kaki, jadi mana ada cewek yang mau dengan aku. Lagi pula mana ada sih sejarah nya kuli bangunan bisa beli ninja kawasaki 250R, untuk makan sehari-hari saja susah, daripada beli itu mendingan buat beli beras untuk menyambung hidup.

Dan juga wajar sih kalau cewek cakep di kejar-kejar sama pangeran berkuda. Mungkin, materi nomer 1 kedua wajah dan 3 jabatan "realistis aja sih." Itulah yang di katakan kebanyakan wanita zaman sekarang, lagian siapa juga yang mau di ajak susah kalau cuma modal muka, yaa kan. "Sudah lah aku tidak mau memikirkan satu hal yang dapat menamparku dengan kenyataan." Di tampar realita itu menyakitkan.

Sesampainya di ...

Apotek maju jaya, ini tempat paling sepi karena alasan tertentu dan tempatnya jauh didalam gang, jarang di ketahui banyak orang karena masih baru. "Permisi... " eh! Yang jual cewek cakep ada dimana-mana, fikiran ku jadi kemana-mana gara-gara kebanyakan baca komik nonton anime derama dll." Setelah membeli obat. Untung lah uang nya masih tersisa lumayan bisa buat...B.

Selagi berjalan pulang ...

Melewati fly over dekat kawasan pemukiman dan di bawah nya adalah rel kereta api jurusan jakarta kota. "Eh!, ngapain itu orang?," dari kejauhan aku melihat seorang perempuan seperti ingin bunuh diri, apakah iya!?, jam segini, "jangan berdiri di situ berbahaya! Tau!." Aku bergegas lari menghampirinya yang sedang berdiri di atas pembatas fly over. "Apa yang kamu lakukan!, apa kamu tidak sayang nyawa mu melayang sia sia. Fikirkan tentang orang yang kamu tinggal kan bagaimana perasaannya, jangan lah bertindak egoi seperti itu..."

Apakah dapat tersampai kan, ternyata tidak semudah seperti yang aku bayangkan. Seketika perempuan itu menangis dan menoleh ke arah ku lalu mengatakan, "Diam kamu!, ttidak tau apa yang aku rasakan, dasar!. Biarkan aku hilang dari dunia yang menipu ku, semua orang hanya memikirka..." yaa, itu benar "tapi tolonglah hargai dirimu sendiri!." Lagi-lagi dia berteriak pada ku, "diam-diam-diam!!!, kamu tidak tau betapa aku mencintainya. Ttapi dia tega bersama dengan perempuan lain." Ah!, jadi seperti itu. Perasan yang tidak terbalas memang menyakitkan, penghianatan adalah tindakan yang di benci semua orang (selingkuh), kalau udah kena NTR mau bagai mana lagi. Tunggu-tunggu tapi ... , sebentar. Lagian apa kurang nya sih ini perempuan kalau di lihat-lihat, cakep, super cakep cantik imut manis dan memiliki rambut panjang dagu nya tirus. Jujur saja harus nya perempuan itu menjadi idaman banyak laki-laki, pria bodoh macam mana yang tega melepas nya begitu saja.

Ia kembali merentang kan tangan nya masih menghadap kan wajah cantiknya kepada ku dan pipinya yang imut itu di basahi oleh air mata, angin bertiup cukup kuat sedikit menguraikan rambut nya di bawah sorotan rembulan malam sepi tanpa ada orang yang lewat satupun. Lalu perempuan misterius tersebut perlahan menjatuhkan diri nya, tanpa ada keraguan di dalam hati nya. Sontak aku dengan sigap berusaha menggapai tangan nya. Butuh beberapa usaha untuk menyelamatkan seseorang yang putus asa.

Akupun ikut terjun bersama nya, namun tangan kiri ku meraih besi diantara papan iklan fly over. Memegang erat-erat dan tangan yang satu nya berhasil menggenggam nya dengan erat. Kami tergantung besama. "jangan di lepaskan, aku akan melempar mu ke atas!." Sungguh dramatis nan mengerikan situasi yang tidak aku ingin kan terjadi, "apakah kamu sudah gelap mata, ha!. Pikiran baik-baik masih banyak laki-laki lain yang mau mengantri untuk mu, jadi buang jauh-jauh fikiran buruk ingin mengakhiri hidup ini," sial tangan kiri ku sudah tidak tahan, kram nyeri otot. "Sudahlah lepaska tanganku, kenapa kamu berusaha sangat keras untuk perempuan seperti aku." Dasar perempuan bodoh, hanya karena satu laki-laki kau sampai seperti ini, dasar bodoh.

Banyak alasan yang tidak bisa aku ungkapkan, masa aku harus bilang... karena kamu imut dan cantik jadi aku menolong mu, tidak mungkin begitu kan.

Lalu pada akhir nya aku melempar perempuan tersebut dengan tenaga dalam, kembali ke atas fly over. Ia seperti kaget karena kekutan yang tidak di duga dan itulah akhirnya aku bisa menyelamatkan diri nya, tetapi tidak dengan diriku sendiri. Masih tergantung. Tenaga kedua tanganku sudah lemah tidak bertenaga lagi habis. Akupun hanya bisa memandangi terang nya bulan dari bawah sini, terjatuh tepat di perlintasan kereta api dan sekejap terlindas kereta. Itu menjadi malam terakhir didunia...