Chapter 2 - renkarnasi

... sebuah awal yang dramatis tanpa ampun sekalipun sudah melekat dalam sanubari setiap petarung nya.

Sorakan bergemuruh kuat menggetar kan hati siapa saja yang mendengarnya. Seluruh negri berkumpul dalam satu kerajaan hanya untuk menyaksikan...

"Bunuh-bunuh!. Ayo habiskan dia!!!."

Colosseum. Merupakan ajang pertunjukan untuk menghibur para rakyat jelata maupun bangsawan dengan memper tunjukan permainan geladiator sebagai hiburan.

Didalam arena terlihat jelas seorang pria dengan bangga nya mengangkat kedua tangan mendeklarasi kan kemenangan, sedangkan yang satu nya terkapar tidak berdaya dengan berbagai luka fisik yang sangat berutal. Dari bangku penonton terdengar sorakan yang sangat antusias, "HABISI-HABISI-HABISI !!! . HABISI DIA PROXIMUS!." Satu serangan oleh proximus kepada pria muda yang terkapar tidak berdaya... namun pada saat-saat proximus ingin mengakhiri pertarungan, tiba-tiba pria yang terkapar itu bangun dan menghantam mundur jauh proximus ke langit-langit. Serangan itu tepat menghancurkan tulang rusak proximus dengan satu pukulan.

Para penonton terlihat heran dengan kejadian yang tiba-tiba tersebut dan di antaranya berkata, "apayang terjadi?, bagaimana bisa secepat itu?!. Mustahil!!!." Mereka dibuat tercengang seketika dengan keadaan yang berbalik 180 derajat. Komentator, "Itu adalah serangan yang memanfaatkan titik buta lawan nya." Diantara mereka (penonton), "Eh!. Ko bisa gitu", lanjut memberikan teori (komentator), "betul sekali, pemuda itu bertingkah layaknya seorang pemula dan ketika musuh nya lengah ia menghabisi dengan kelemahan itu sendiri. Dan kalian ingat tidak pada beberapa pertandingan sebelum nya, PROXIMUS terkena cedera luka yang parah di bagian tulang rusak nya. dengan kata lain dia MEMANFAATKAN NYA DENGAN BAIK!." Itu adalah contoh obrolan para karakter figuran ketika sedang menonton geladiator.

Kilasbalik...

Yang sebenarnya terjadi adalah ... pemuda tersebut merupakan seorang budak yang lemah, di buang ke colosseum oleh pemilik nya karena tidak dibutuhkan lagi. Tanpa keterampilan khusus ataupun bekal yang mumpuni sebagai seorang petarung geladiator pemuda tersebut menjadi bulan-bulanan pada menit-menit sebelum nya (itu yang tidak di ketahui karakter figuran). Di hantam berkali-kali oleh proximus menggunakan senjata ball flail (adalah senjata bola berduri dengan rantai). Pemuda itu hanya bisa bertahan menggunakan tameng kayu yang sudah rapuh sebelumnya dan pada akhir nya proximus menghancurkan pertahanan tersebut dengan sangat mudah lalu menghantam kan ball flail ke perut nya berkali-kali. Hanya bisa merinti kesakitan karena menerima itu semua lalu pada akhir nya pemuda tersebut terkapar mati karena kehabisan banyak darah dan proximus mendeklarasi kan kemenangan dengan mengangkat kedua tangan nya sendiri yang di iringi sorakan para pendukung proximus. Itulah yang sebenarnya terjadi.

Berikutnya yang tidak diketahui para karakter figuran...

Dadang yang baru terenkarnasi di isekai terbangun di tubuh yang ia sendiri tidak mengenal nya ( di tubuh pemuda yang sudah mati) sekarang menjadi milik dadang. Ketika baru membuka mata, dadang melihat seorang pria besar yang sedang berbangga-bangga diri (mendeklarasi kan kemenangan) dihadapan dadang. Lalu pria besar yang tidak di ketahui oleh dadang, menyerang dengan senjata ball flail selagi dadang masih terkapar (untuk mengakhiri). Sontak dadang pun reflek menepis ball flail pada posisi tiduran dengan tangan kanan nya walupun cedera cukup dalam dan dadang langsung bangkit menghantam tulang rusuk pria besar tersebut dengan pukulan pernafasan tenaga dalam menggunakan tangan kiri. Setelah pukulan hebat itu dadang langsung terjatuh tidak sadarkan diri dalam kondisi kritis dan sedangkan pria besar yang di sebut proximus terpental akibat pukulan kuat tersebut, sampai keluar arena.

Para raja maupun kesatria penyihir bahkan serikat pembunuh sekalipun semuanya yang menyaksikan kejadian langka tersebut merasa sangat ngeri oleh kekuatan dadang nan juga heran, karena tidak terdeteksi adanya kekuatan sihir samasekali. Dadang yang terenkarnasi di dunia dimana semua orang bergantung pada kekuatan sihir, pasti nya akan heran dan bertanya-tanya.

"Kenapa tidak ada kekuatan sihir pada nya?. Tidak terlihat!"

Lebih jelasnya semua membutuhkan sihir seperti bertarung, memanah, memasak, berburu dan urusan medis sekalipun bergantung pada sihir. Ini adalah zaman dimana sihir paling berkuasa diatas segalanya. Banyak manfaat dari sihir. Karena itu semua orang sejak kecil sudah dilatih menggunakannya, bahkan kesatria berpedang yang mengayun kan pedang, menggunakan sihir untuk mengurangi beban dari pedang maupun zirah yang di gunakan agar lebih ringan, karena material pada zaman ini lebih berat dan keras 10 kali lipat daripada kehidupan dadang sebelum nya. Tapi bisa diatasi dengan sihir.

Seluruh tim medis dikerahkan demi menyelamatkan seorang budak yang dianggap memiliki kekuatan misterius. Diperlakukan layaknya seorang bangsawan karena memiliki kekutan. Satu minggu berlalu dadang yang terenkarnasi didalam tubuh seorang budak terbaring lemah dalam perawatan, namun nasib buruk yang menimpa proximus tidak tertolong karena pukulan dari dadang membuat nya mati seketika sih juara bertahan itu. Pada kemudian hari nya setelah satu minggu berlalu seorang yang mengkelaim sebagai pemilik budak mendatangi dadang didalam kamar perawatan, "bersiap lah, besok kau akan pulang bersama ku." Dadang merasa heran dengan kehadiran seorang perempuan muda yang kira-kira umur nya 16 tahun mengatakan itu dengan keseriusan yang tiba-tiba. Dikit demi sedikit dadang sudah ingat dirinya mati tertabrak kereta ketika hendak menolong seorang perempuan ingin bunuh diri dari fly over, "apakah ini renkarnasi?," lalu siapakah perempuan muda yang duduk dengan harga diri tinggi ini?!. "Bersyukurlah diriku akan memungut mu lagi!!!. Aku kira kamu adalah budak rendahaan yang tidak berguna!. Tapi tidak disangka kamu bisa mengalahkan juara bertahan proximus." Dadang sedikit kaget mendengar nya dan dilihat dari ekspresi wajahnya nampak tidak ada keraguan sedikitpun. aku seorang budak!!!, itu yang di fikiran dadang.

(Dadang) aku sedikit menyela, "Maaf, sebentar. Ttunggu dulu!." "Ya, ada apa?. Santaisaja kau terlihat berkeringat, budak-kun." Agar semua lebih jelas aku langsung menanyakan pada perempuan muda ini. "Sebenarnya, kamu ini siapa? dan ada di mana aku sekarang?." Itu adalah pertanyaan sewajar nya, ketika seseorang berada ditempat yang tidak dikenal. "Ada apa dengan dirimu, budak. Apakah kepala mu rusak terbentur sesuatu dengan keras sampai-sampai kau lupa siapa tuan mu sendiri. Dasar!." Ya, aku melihat-lihat sekeliling ruangan ini terlihat berbeda dan telapak tangan ku juga. Mungkinkah ini renkarnasi atau pergi ke isekai seperti manga, anime jepang. Bukankah hanya orang jepang saja yang biyasanya pergi ke isekai. "Jangan alih kan pandangan mu! ketika tuan mu sedang bicara. Dasar, budak!!!." Dia (perempuan kecil) mengatakan itu sambil mencekik ku dan seketika diri ini terasa seperti terkena sengatan listrik, ingatan dari tubuh ini memperlihatkan sebuah kilas balik seketika pada dadang merespon cekikan. Dibuang, kehilangan kedua orang tua, dikhianati dan merasakan jatuh cinta, dipungut seorang bangsawan semua ingatan dari tubuh ini memperlihatkan nya pada dadang. Perasan bergejolak campur aduk sampai-samapi meneteskan airmata merasakan kesedihan yang tidak terbendung lagi oleh dadang, "berikan aku pelukan, ku mohon," tanpa sadar (dadang) aku mengatakan padanya.

Reaksi yang sangat mengejutkan dari seorang tuan yang memiliki harga diri tinggi, sedikit malu-malu dan bagai manapun juga dia masih berusia 16 tahun. Masih labil. "B-baiklah jika kamu bersikeras sampai segitu nya. T ... tapi hanya sebentar ya." Dia memeluk dadang dengan kelembutan yang belum pernah di rasakan selama hidup ini. Wajah nya memerah mendorong dadang dengan kata-kata dan perbuatan, "Bbbaiklah sudah selesai kan, dasar!. Jangan nagih begitu." Dari hal sekecil ini sudah jelas tuan nya memiliki sifat malu-malu kucing. Menyimpan perasaan. Rasa yang kuat pada tubuh yang sekarang sudah digantikan jiwa (dadang) perempuan kecil itu tidak mengetahui nya. Selanjut nya mereka meningalkan dadang untuk istirahat. Pelayan yang mendampingi nya, dibalik pintu yang menghubungkan lorong-lorong menanyakan tindakan seorang putri yang di anggap nya berlebihan, "Putri apakah tidak berlebihan terlalu memanjatkannya." Sedikit senyum putri arina membuat tanda tanya besar dari tindakan nya itu.