Keesokan harinya, Erika terbangun karena suara jam alarmnya. Dia bangun dan bersiap-siap untuk bekerja. Dia meninggalkan rumah besar untuk masuk ke mobilnya, tetapi tiba-tiba klakson mobil membuatnya terkejut dan dia loncat.
"Ya ampun, Ethan!!! Apa kamu ingin membuatku kena serangan jantung?" dia berkata dengan wajah yang tidak senang.
"Maafkan aku. Aku tidak ingin membuatmu kena serangan jantung, tapi kalau kamu membutuhkan bantuan dengan hatimu, aku bersedia memberikan hatiku," katanya sambil meletakkan tangan kirinya di dada tempat letak hatinya.
"Ngapain kamu di sini sih?" Dia bertanya tidak menyangka Ethan akan ada di sana.
"Yah, aku pikir harusnya aku yang mengantarmu, supaya aku bisa dapatkan poin lebih untuk menaklukkan hatimu," katanya dengan genit.
Erika mengedipkan matanya dua kali sebelum menjawab, "Kamu tahu kamu tidak harus melakukan ini".
"Tapi aku ingin melakukannya. Sekarang...." dia pergi membuka pintu mobil untuknya, "Jika aku boleh," Erika hanya menggelengkan kepalanya dan masuk. Ethan kembali ke tempat duduknya dan mengemudi membawanya ke Korporasi Walters.
"Terima kasih," dia berterima kasih kepadanya.
"Sama-sama," dia menjawab. "Mungkin aku tidak bisa menjemputmu nanti setelah pulang kerja, maaf." Dia minta maaf seolah mereka sudah dalam sebuah hubungan.
"Ethan, kamu tidak perlu. Saya bisa pulang sendiri," katanya, berniat membuka pintu mobil untuk keluar, tapi Ethan menghentikannya.
"Bagaimana dengan ciuman perpisahan," dia bertanya dengan senyuman.
"Tentu, bagaimana kalau kamu mencium tinjuku dulu?" Dia bertanya sambil bersiap dengan tinjunya dalam sikap bercanda.
Senyuman Ethan membeku di wajahnya, "Haha.... maafkan aku. Kamu bisa pergi sekarang". Dan Erika turun dari mobil menuju ke gedung.
Seperti biasa, para pegawai menyapanya dan dia membalas dengan senyuman sampai dia sampai di kantornya. Dia memeriksa saham Hart's dan Evans dan ternyata telah turun lebih jauh lagi. Dia puas dengan hasilnya dan kemudian menyerbu file-file di meja kerjanya sampai waktunya untuk pulang.
Dia tidak membawa mobilnya karena Ethan yang mengantarnya dan Felix sedang di luar rapat sehingga dia tidak bisa meminjam mobilnya juga. Dia menyeru taksi, tapi tidak beruntung mendapatkannya sampai sebuah van hitam berhenti tepat di depannya.
Dia mencoba pindah ke sisi lain namun van itu masih mengikutinya, memblokir jalannya. Ada yang tidak beres, pikirnya. Pintu van itu terbuka dan lima preman keluar sambil memegang tongkat dan batang dengan wajah yang tampak beringas.
Erika berlari ke sisi lain jalan dan para preman mulai mengejarnya. Tidak butuh waktu lama sampai mereka mengejarnya. Dia memutar tangan salah satu yang sempat menyentuh bahunya dan menjungkalkannya.
Yang satu lagi dengan tongkat mencoba memukulnya tetapi dia malah merebutnya dan menggunakannya untuk memutar tubuhnya, tanpa menyadari yang satu lagi dengan batang panjang. Pria itu memukulnya dengan batang tersebut dan dia langsung pingsan jatuh di tanah.
Pemimpin itu berkata, "Sial, dia benar-benar tangguh, dan siapa sangka dia bisa bertarung? Jasmine sama sekali tidak memberitahu hal ini."
Yang membawa batang itu berkata, "Dia mencoba tapi jelas tidak bisa melawan kita semua. Dasar! Dia sangat cantik." Dia menjilat bibir keringnya dengan nafsu.
"Bisa bisanya diam dan angkat dia sekarang, bisa jadi ada kamera CCTV di sini. Nanti juga saat kita sampai di persembunyian, kita akan 'menikmatinya' dengan semestinya," pemimpin itu berkata dengan penuh nafsu sambil menatap kulit putih Erika.
Salah satu preman itu pergi untuk mendekatkan van karena mereka lari cukup jauh dari van saat mengejar dia. Mereka tidak bisa menggendongnya ke sana atau bisa jadi mereka akan terlihat.
Mereka meletakkan dia di van dan bergegas ke persembunyian mereka.
Pemimpin itu menelepon seseorang di teleponnya.
"Halo?..... ya kami sudah mendapatkannya sekarang dan kami menuju persembunyian untuk menyelesaikan tugas. Kenapa kamu tidak beritahu kami bahwa dia bisa bertarung? Apa? Tentu saja itu benar. Dia mengalahkan dua orang anak buahku! Kamu tidak tahu? Dengar di sini, aku tidak peduli kamu tahu atau tidak, kamu harus membayar lebih banyak uang. Aku harus mengobati anak buahku tahu. Ya, kirimkan ke sana". Dan dia menutup teleponnya.
Sementara itu, Ethan sudah mencoba menelepon handphone Erika tetapi mati. Dia memutuskan untuk menunggu sebelum meneleponnya lagi dan setelah 2 jam, masih mati.
Ethan menelepon Felix untuk bertanya apakah Erika sudah pulang karena dia mulai khawatir.
"Hei, apakah Erika sudah pulang?" dia bertanya setelah telepon tersambung.
"Kenapa kamu bertanya? Bukannya dia bersamamu," Felix menjawab dari sisi lain.
"Tidak, dia tidak bersamaku. Aku sudah menelepon nomornya beberapa kali tetapi mati," dia menginformasikan.
"Apa?" Felix berteriak.