Abel menutup matanya, mengutuk dalam hati, lalu segera membukanya saat ia membayangkan dirinya sendiri. Ciuman yang ia alami dengan Dani di dalam kedai telah mengganggunya selama berhari-hari, dan ia sangat kesal sampai ia menempelkan tangan di wajahnya dan bergegas bangun dari tempat duduknya.
"Ini tidak bisa dibiarkan," gerutu dia saat ia berubah menjadi bentuk kabut untuk pergi ke aula perpustakaan. "Rasanya seperti saya terkena mantera tanpa sengaja!"
"Lord Abel?"
Menoleh ke atas, ia melihat ekspresi terkejut Cian akan kehadirannya yang tiba-tiba. Kepala aula perpustakaan itu bahkan berkedip pada dirinya.
"Sudah lama, Master Cian," sapa Abel dengan tawa sopan.