```
Dani masih terbenam dalam pikirannya sendiri saat mereka asyik berjalan-jalan di jalan-jalan Ebodia yang pernah ia sebut rumah. Cara Abel bersikap terasa asing baginya, dan meskipun ia tahu apa yang sebenarnya terjadi, ia tetap tidak bisa menolak kenyataan bahwa Abel benar-benar menginginkannya.
Tentu, ia tidak akan keberatan jika itu memang benar, tapi pasti itu tidak mungkin, kan?
"Jadi, karena kita memiliki waktu untuk berdua, apa yang kamu pikirkan?"
"A-Apa?"
Dani tidak bisa menahan gugup saat ia tiba-tiba ditarik keluar dari lamunannya oleh orang yang sama yang sedang ia pikirkan. Ia bahkan tidak menyadari bahwa mereka sudah berada di tengah pasar, dan suara para pedagang kaki lima yang menjajakan barang dagangan mereka hampir membuatnya merindukan rumah, yang entah bagaimana masih berhasil menyusup ke dalam kekacauan hatinya yang sudah bingung.
"Ini rumahmu, kan?" Abel menunjukkan dengan senyum kecil. "Aku turis di sini, jadi aku akan mengandalkan petunjukmu."