Ivan memiringkanku ke sisi dan kemudian mengangkat kakiku. Aku merasakan kemaluannya menonjol di bukaanku. Dia terasa panas dan tebal menempel padaku dan aku langsung terangsang. Ivan melumasi kemaluannya dengan kelembapanku sebelum dia menyusup ke dalamku. Aku melepaskan desahan ketika Ivan masuk ke dalamku. Aku pernah merasakan orgasme sebelumnya dan kukira aku akan merasa lemah, namun ternyata aku dapat menyamakan dorongan Ivan dengan doronganku.
Suara daging yang saling beradu mengisi ruangan dengan suara desahanku. Aku menarik tali yang mengikat pergelangan tanganku lebih keras. Aku ingin memegang sesuatu, aku ingin memegang Ivan.
"Ya ampun para Dewa!" Aku merintih ketika Ivan tiba-tiba meraba kuncup vaginaku.
"Untuk catatan_" Ivan terengah saat ia terus mendorong lebih keras ke dalamku, "Selalu kamu. Aku selalu hanya melihat kamu, Arianne, hanya kamu bukan dia!"