Matanya berkedip saat dia tahu bahwa pria itu sedang membicarakan tentang tukang sihir itu.
Tapi dia merasa kegelisahan yang aneh ketika itu menyangkut penyihir dan dia.
"Kenapa kamu cemburu?" dia menggoda untuk mengalihkan topik ketika dia mengangguk dengan wajah serius.
"Aku memang cemburu!" Matanya terlihat begitu serius sehingga dia tidak tahu bagaimana melanjutkan lelucon tersebut.
"Ck! Kamu tidak asyik untuk digoda! Apakah kita akan menghabiskan seluruh waktu di sini? Aku ingin kembali dan menyelesaikan makan malamku dulu."
"Lalu, apakah aku bisa memakanmu?" dia bertanya balik saat dia tersedak air liurnya sendiri.
"Kamu terlalu blak-blakan. Kamu harus bertanya pada seorang wanita dengan cara yang lebih lembut dengan bunga. Kenapa tiba-tiba bertanya di kamar mandi dengan tatapan seolah-olah kamu akan membunuhku jika aku menolak!" dia tidak menjawab tapi mengangguk kepalanya seolah-olah dia setuju akan hal itu.
