Dia merasakan kuku Liam menghujam dalam ke kulitnya saat ia memegang lengannya, tetapi rasa sakit itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perasaan saat ia melihat ayah kandungnya berpikir untuk membunuhnya.
Dia sudah tahu bahwa ia dijadikan pion agar suatu hari dia bisa dinikahkan dan memperkuat kedudukannya secara politik, namun memperlakukannya seperti sampah itu sudah terlalu kejam.
Keraguan kecil yang dia rasakan selama ini saat membantu Rafael, lenyap dalam sekejap itu.
"Jangan berani-berani kau!" Meski suaranya pelan, terdengar jelas di ruangan yang hening saat mata Liam berubah garang. Dia memberikan tekanan lebih dalam memegangnya di tempatnya.
"Apa katamu? Siapa kau ini untuk memberikan pendapatmu? Kami akan memutuskan apa yang akan kami lakukan padamu." Dia mencoba menyakitinya agar dia bisa mengecil dan memohon ampun namun saat ia menatap mata gadis itu, matanya sangat dingin sehingga bahkan intimidasi ayahnya terasa lemah di depan mata itu.
