"Sepertinya saya harus membunuh dua pelayan lain malam ini!" matanya terbelalak saat ia melihat makhluk malam yang membunuh orang lebih sering daripada ia bernapas!
"Kenapa kamu membunuh pembantu kali ini?" ucapnya tanpa bisa ia cegah dengan dahi yang berkerut.
Menyadari tatapannya padanya, ia menyadari bahwa ia telah menunjukkan emosi yang dapat membuktikan kelemahannya.
"Maksudku, bukan bahwa aku peduli, tapi aku tetap ingin tahu mengapa kamu ingin membunuh pembantu yang telah memandikanku itu!" Ia masih ingat wajah pucat pembantu itu yang yakin bahwa dirinya akan segera dibunuh!
Ia tidak ingat pembantu itu melanggar memorandum apapun, lalu mengapa? Mungkinkah dia akan membunuh semua orang di sekitarnya?
"Itu karena aku tidak suka dia berkesempatan menyentuhmu sedangkan aku tidak!" mulutnya membentuk huruf "O" yang besar saat ia melihatnya mengangkat bahu dengan santai seolah-olah telur besar bisa muat sempurna di mulutnya.