'...Sekitar empat tahun dari sekarang, ketika kamu berusia tiga puluh tahun, tanda itu akan menampakkan diri kepadamu, dan semuanya akan terlihat masuk akal.'
Kata-kata itu telah menjadi jangkarnya. Harapan rapuh yang dia genggam ketika dunia terasa tidak tertahankan.
Empat tahun.
Empat tahun penderitaan yang tak henti-hentinya.
Setiap hari berlalu tak berujung, pengingat yang kejam atas apa yang telah dia kehilangan. Kehidupan adalah kabur dari obat penghilang rasa sakit, antidepresan, dan sesi terapi, yang tidak ada satupun yang dapat meredakan nyeri dalam jiwanya. Dunia terasa redup, hampa—pencemoohan dari apa yang dulu ada.
Tapi sekarang, ada sesuatu yang berbeda. Dia bisa merasakannya akan tiba.
Bahkan sebelum tanda itu membakar lehernya di ulang tahunnya yang ke-30, dia tahu.
Dia telah berusia tiga puluh, dan bulan darah menerangi langit malam, membentangkan cahaya merah misteriusnya ke atas dunia.