Catatan penulis: lihat foto Talia di komentar
---
~ Pak Srigala Bulan Merah ~
"Minggir!", Anna meludah dengan geram sambil membawa tumpukan piring ke dapur.
Talia segera melangkah ke samping, enggan menarik perhatian. Dia tidak pernah mengerti mengapa Anna atau Omegas lainnya memperlakukannya seperti sampah, dia adalah Omega, sama seperti mereka.
Satunya perbedaan antara mereka dengan Talia adalah mereka semua memiliki keluarga, sementara Talia adalah seorang yatim piatu. Tidak ada yang akan membela dirinya dan di dunia manusia serigala, seseorang menang dengan kekuatan atau jumlah. Sayangnya, Talia tidak memiliki salah satunya, jadi dia harus patuh atau menghadapi risiko dipukuli lagi.
Talia membaca dalam sebuah buku bahwa Luna yang baik harus mendukung kebaikan dan membantu mereka yang kurang beruntung, tapi Luna Layla bukan salah satu dari mereka. Selain mengkhawatirkan diri sendiri, Luna Layla peduli tentang citra mentereng Pak Srigala Bulan Merah, dan itu dimana kekhawatiran dia berhenti.
Talia mengepung dirinya di sudut, di belakang sebuah pohon ficus besar, dan mengamati keramaian itu.
Seluruh rumah induk dipenuhi dengan aktivitas dan dia mendengar Omegas yang membicarakan bagaimana seseorang yang penting akan datang untuk makan siang. Mungkin seorang Alfa.
Rumah induk adalah sebuah rumah besar yang digunakan sebagai tempat tinggal Alfa, Beta, dan keluarga mereka. Juga, tamu menginap di sana.
Anggota kawanan lain memiliki tempat tinggal mereka sendiri di area tersebut yang ukuran dan kedekatannya terhadap rumah induk mencerminkan pangkat pemilik di dalam kawanan.
Talia adalah pengecualian karena dia tidak ada siapa-siapanya dan dia tinggal di rumah induk, tapi hanya karena dia tinggal di loteng. Tidak ada yang tau bahwa Talia ada selama dia menyelesaikan tugas-tugasnya, dan dia tidak mengganggu siapapun.
Pada hari biasa, Talia berpikir dirinya seperti tikus rumah yang hidup di dalam dinding tanpa seorang pun menyadarinya.
Talia suka saat mereka memiliki tamu penting karena itu berarti akan ada banyak makanan yang beredar, sama seperti saat pesta, dua hari yang lalu.
Pesta itu luar biasa. Talia mendengarkan musik dari jendela yang dia buka sedikit sambil mengunyah piring penuh dengan berbagai snack yang dia selundupkan dari dapur.
Hal buruk satu-satunya adalah tamu kehormatan, Putri Marcy (bagaimana Omegas lain memanggilnya), menabrak Talia setelah Talia mengembalikan piring kosong. Untungnya, Marcy tidak membuat keributan dan bahkan dia meminta maaf.
Talia yakin bahwa Marcy adalah orang baik.
Saat Talia membersihkan kamar mandi Marcy ketika Marcy sedang pada kunjungannya ke spa, Talia mengamati berbagai produk kecantikan yang dia bahkan tidak tahu cara menggunakannya, dan lemari Marcy penuh dengan pakaian mewah yang meyakinkan Talia bahwa Marcy adalah putri yang sebenarnya. Putri Marcy.
Talia menggunakan lorong-lorong yang kurang dipakai untuk mencapai kamarnya di loteng. Barang-barang di dalamnya tua dan kusam, tapi dia menjaganya tetap bersih dan sebagian besar waktu tidak ada yang mengganggunya.
Dia tersenyum melihat dua apel dan satu roti makan malam yang ada di atas serbet, di samping futon tempat Talia tidur.
Normalnya, Talia tinggal di kamarnya pada siang hari. Pada malam hari, dia akan menyelesaikan tugas-tugasnya, dan dia menggunakan kesempatan itu untuk mandi di kamar mandi yang terhubung dengan salah satu kamar tamu yang tidak dipakai. Saat semua orang tidur, Talia menyelinap ke dapur untuk mencari makanan.
Bagaimana Talia melihatnya, hari ini adalah hari yang baik. Dengan datangnya Alfa yang penting, pasti akan ada pesta besar, yang berarti lebih banyak sisa makanan.
Talia berbaring di futon yang penuh dengan lubang, dan dia menatap langit-langit sambil mengunyah sebuah apel.
Talia suka berpikir dirinya sebagai putri terperangkap, menunggu pangerannya untuk menyelamatkannya, tapi Talia sadar bahwa dia bukan putri dan tidak ada pangeran. Setidaknya tidak untuknya.
Talia dibawa ke Pak Srigala Bulan Merah, saat dia masih balita, oleh Alfa sebelumnya. Dia mendengar gosip bahwa Alfa itu baik dan kuat, tapi sayangnya, tidak lama setelah kedatangan Talia di Pak Srigala Bulan Merah, dia meninggal, dan putranya, Edward mewarisi posisinya.
Alfa Edward bersemangat untuk membuktikan dirinya dan di dunia manusia serigala, itu dilakukan dengan kekuatan dan strategi. Strateginya adalah fokus pada prajurit dan kekuatan militer, dan dia mengabaikan yang lain.
Tentu saja, citra sempurna Alfa Edward sangat penting, jadi Luna Layla yang bertugas membuat rumah induk tampak glamor dan mengatur pesta, sementara putri mereka Marcy dikirim ke Eropa untuk bersekolah di sekolah asrama bergengsi saat dia masih remaja awal, dan putra mereka James sibuk dengan tutor bahkan sebelum dia bisa berjalan dengan benar.
Ditengah semua aktivitas itu, Talia yakin bahwa Alfa Edward dan Luna Layla lupa tentang keberadaan dirinya.
Talia berumur tujuh atau mungkin delapan tahun saat Alfa Edward mengubah ruang umum menjadi area latihan tambahan, dan pada saat itu, Talia kehilangan kamar tidurnya.
"Harus kemana saya pergi?", Talia bertanya sambil melihat orang-orang yang sedang mengeluarkan perabotan dari kamarnya.
Wanita itu terhenti. "Loteng tidak terpakai."
Dan di sinilah dia. Di loteng.
Itu lebih dari satu dekade lalu.
Sejak saat itu, Talia hidup rendah hati dengan Alfa dan Luna tidak mengakui keberadaannya. Bukan karena mereka sengaja mengabaikannya. Talia adalah gadis yang tenang, tidak mencolok, dengan bakat untuk menyamarkan keberadaannya.
Talia masih anak-anak saat dia datang ke Pak Srigala Bulan Merah, dan dia tidak pernah menjalani upacara bergabung dengan kawanan, sehingga dia tidak memiliki ikatan pikiran. Itu salah satu alasan mengapa Alfa Edward tidak tahu tentang dirinya.
Tapi Omegas tahu. Mereka cenderung mengganggu Talia karena kesalahan sekecil apapun dan selama bertahun-tahun, Talia belajar menjaga dirinya sendiri dan menghindar dari mereka secara efektif.
Dia membersihkan kamar mandi dan mengosongkan tempat sampah di rumah induk, tanpa ada yang menyadari.
Talia bergeser dan mengerang saat sudut keras mengenai punggung bawahnya. Dia meraih buku yang merupakan penyebab rasa sakitnya. Itu akan meninggalkan memar.
Talia hidup bersama manusia serigala, tapi dia tidak lebih dari seorang manusia.
Jika bukan karena serigalanya yang berbicara padanya, Talia akan percaya bahwa dia SEORANG manusia.
Sayangnya, Talia mendengar serigalanya berbicara yang terakhir kali sekitar empat tahun yang lalu.
'Kamu terlalu lemah untuk berubah wujud...', serigala Talia berbicara dalam kepalanya. 'Jika kamu memaksakannya, itu mungkin bisa membunuhmu...'
Sejak itu, Talia tidak merasakan serigalanya, dan Talia tidak yakin apakah serigalanya tidur atau jika ia hilang selamanya.
Tanpa serigalanya, Talia tidak memiliki kecepatan atau kekuatan, atau indra yang ditingkatkan, dan kemampuan penyembuhannya sangat lambat. Lebih dari itu, Talia kekurangan gizi dan jauh lebih kecil dari manusia serigala rata-rata, membuatnya tampak seperti gadis (kurus) berumur lima belas-enam belas tahun, bukan sembilan belas tahun.
Talia melihat buku di tangannya dan mengamati ilustrasi seorang putri yang tersenyum dan berlari bersama pangerannya. Ada sebuah istana di latar belakang, mereka berpegangan tangan dan terlihat bahagia, dan mata Talia selalu melirik ke sepatu cemerlang sang putri.
Buku itu tentang Cinderella, gadis miskin yang disiksa oleh ibu tiri dan saudara tiri perempuannya, lalu dia bertemu peri yang menganugerahkannya gaun mewah dan sepatu yang bersinar sehingga Cinderella bisa pergi ke pesta, bertemu pangerannya, dan hidup bahagia selamanya.
'Apa omong kosong.', pikir Talia. 'Ceritanya sampah. Nasib seseorang tidak bisa bergantung pada sepasang sepatu.', tapi Talia tetap tersenyum.
Buku ini mengingatkan Talia pada Olivia, satu-satunya anggota Pak Srigala Bulan Merah yang memperlakukannya sebagai seseorang.
Olivia meninggalkan kawanan sekitar satu tahun yang lalu dan Talia sangat merindukannya. Setiap malam Talia memeluk buku itu untuk tidur, dan dia mengingat Olivia.
Olivia dua tahun lebih tua daripada Talia dan ayahnya adalah Dr. Scott, dokter kawanan.
Olivia akan menyelinap ke loteng dan membantu Talia merawat luka dan memar. Olivia tidak berani membantu Talia secara terbuka saat yang lain mengganggunya, tapi Talia tidak pernah menyalahkannya karena itu.
Olivia mengajari Talia banyak tentang tanaman; yang mana bagus untuk pembengkakan, yang mana untuk mengurangi sakit, dll.
Saat Olivia melihat bahwa Talia membaca secara lambat, dia memberikan Talia buku tentang Cinderella. "Praktekkan membaca setiap hari. Ini adalah buku yang hebat yang mengingatkan kamu bahwa ada sesuatu yang namanya sihir, dan mimpi dapat menjadi kenyataan..."
Talia pikir itu konyol, tapi dia tersentuh oleh gestur itu dan menerima bukunya.
Tahun lalu, Olivia pergi selama beberapa minggu, dan saat dia kembali dia datang untuk berpamitan.
"Kamu akan pergi ke mana?", Talia bertanya dengan rasa ingin tahu.
Talia tidak pernah berpikir tentang meninggalkan kawanan. Bukan karena dia tidak memiliki keberanian, tapi lebih karena dia tidak tahu kemana harus pergi. Pengetahuannya tentang dunia di luar Pak Srigala Bulan Merah sangat terbatas membuatnya merasa seperti katak dalam sumur yang tertutup dan dia bahkan tidak bisa melihat langit di atas.
Olivia tersenyum dengan mimpi. "Saya bertemu dengan jodoh saya. Saya akan hidup bersamanya. Luis sedang menunggu saya di rumah saya. Saya memanfaatkan kesempatan Larry yang sedang berbicara dengan ayah saya untuk datang kesini dan berpamitan..."
Talia memeluk Olivia dan mengharapkan yang terbaik untuknya. Talia senang untuk temannya, meskipun dia tahu bahwa dia akan merasa kesepian.
Olivia menemukan pangerannya dan dia akan memiliki akhir bahagianya, dan Talia menahan air matanya untuk setelah Olivia pergi.
Talia meletakkan tangannya di atas buku tentang Cinderella dan mulai tertidur.
Tugasnya dimulai di malam hari saat semua orang tidur, jadi dia bisa beristirahat. Pada saat itu, para tamu akan tiba dan semua keramaian akan berakhir, dan Talia tersenyum pada pikiran semua sisa makanan yang akan dia temukan di dapur.
---