LERRIN
Kata-katanya bergema di perut Pohon Raya, tapi jawaban Suhle hanya terhenti oleh isakan nafas dan air mata yang jatuh berkelanjutan. Itulah Raja Singa yang menjawabnya.
"Dia baik. Wanita terbaik yang aku kenal, kecuali Pasanganku sendiri," gumam Reth dari seberang ruangan itu.
Lerrin mengangkat pandangannya menatap tajam Sang Singa dan keduanya kembali berperang—kali ini, perang pikiran dan kehendak.
"Dia berbicara benar, Lerrin. Cium dia untuk itu. Apapun yang telah dia katakan kepadamu, apapun motif yang dia gambarkan, itu nyata."
Sepercik harapan yang kecil menyala di dadanya saat Lerrin melihat ke bawah padanya lagi, lubang hidungnya melebar saat dia menghirup harum wanginya yang menakjubkan.
Mata Suhle membesar dan jarinya semakin keras memencet lengannya. "Ya!" katanya dengan cepat, menjilat bibirnya. "Cium aku yang sebenarnya! Aku tidak pernah berbohong padamu. Aku tidak pernah punya agenda yang tidak aku gambarkan!"
