Heaven mendapati dirinya berdiri di taman surgawi di kerajaan kakeknya. Sudah larut malam, bintang-bintang dan bulan bersinar terang melawan langit yang gelap. Ia hanya bisa mendengar desiran angin lembut dan air yang mengalir deras dari air mancur. Aroma bunga, rumput, tanah, dan hujan memenuhi indranya.
Aroma ini sangat familiar. Setan tanah basah dan hujan. Mata Heaven mencari-cari di taman hingga bertemu dengan sepasang mata perak. Mereka berkilauan dalam gelap, seperti bulan di langit. Rambut gelapnya membentuk bayangan pada wajahnya yang terukir, memberikan kesan yang menakutkan.
Zamiel.
Ia berjalan keluar dari bayangan, dan mata Heaven melebar ketika dia melihatnya dengan jelas. Ia berpakaian seperti orang-orang di kerajaan ini. Yang ia kenakan hanyalah kain hitam di pinggang dan gelang perak di lengan dan pergelangan tangannya. Penampilannya memukau, dan ia mendapati dirinya menatap tubuhnya.
Zamiel berjalan mendekatinya perlahan hingga ia cukup dekat untuk menyentuhnya.
