"Jika memang harus… Saya tidak akan melawan." Kata dia.
Perlahan, ia membuka matanya dan berpaling ke arahnya. Meraih pergelangan tangan gadis itu, dia dengan lembut menariknya ke dalam pelukannya. Jantung Heaven berdegup tak teratur di dalam dadanya. Perutnya dipenuhi kupu-kupu dan napasnya keluar tersengal-sengal. Apakah dia merasa gugup atau takut, dia sendiri tidak tahu?
"Kamu takut." Katanya.
"Saya… gugup." Dia mengakui.
Heaven tahu bahwa perkawinan adalah sesuatu yang serius. Dia seharusnya tidak menganggapnya sepele seperti yang dia lakukan sekarang.
"Sudah saya katakan, saya lebih suka membunuhmu daripada menandaimu." Dia mengingatkan.
"Kamu tidak terlihat seperti pembunuh." Katanya.
Dia terkekeh gelap. "Saya telah membunuh banyak dari orang-orangmu. Saya bahkan tidak bisa menghitungnya. Saya hanya membakar desa-desa."
