Partner life chapter 3
Aku menggelengkan kepalaku dan mencoba menghilangkan pikiran masa lalu ku.
"Ahh... Sudahlah, tidak ada gunanya berlarut dalam kesedihan, mereka juga tidak akan pulang, sekarang aku harus fokus pada apa yang ada sekarang."
Aku mengambil dua piring dari rak dan mulai menyeduh mie nya, setelah terasa sudah kenyal aku menaruh mie nya di kedua piring dan mulai menambahkan bumbu dan beberapa tambahan lauk.
"Sempurna, ini sudah siap."
Aku kembali ke ruang tamu dan memberikan sepiring mie di meja hadapan kakek.
"Astaga, aku sudah sangat lapar."
"Kalau begitu aku akan keatas untuk belajar ya kek."
"Baiklah."
Aku naik keatas tangga dan masuk kedalam kamarku, aku menaruh mie ku dan mengeluarkan buku biologi untuk ku pelajari materi selanjutnya, aku makan sambil belajar. Aku membuka lembaran-lembaran kertas yang disinari oleh bulan malam yang tembus dari jendela, aku mendongak melihat bulan yang indah sambil makan dan belajar, aku saat kecil pernah berkata pada bulan. "Bulan, aku ingin kamu menjadi saksi kalau aku bisa membuat orang tua ku bangga, aku akan belajar lebih giat di masa depan.". Walaupun mereka tidak bisa melihatku sekarang tapi aku tetap gigih belajar, itu juga agar aku bisa sukses dan tidak membebani kakek ku,
"Baiklah bulan, sekarang aku ingin kamu menjadi saksi bahwa aku bisa mendapatkan beasiswa untuk masuk universitas di Jepang, aku yakin pasti bisaaa, I CAN DO IT!"
Aku larut dalam belajar sampai-sampai aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 00.45.
"Ahh.. Ini sudah terlalu larut malam, aku akan tidur, aku tidak bisa memaksa diriku untuk terus belajar, aku juga butuh istirahat agar fokus untuk hari esok."
Aku mematikan lampu, menarik selimut sambil menatap sinar bulan.
"Selamat malam bulan."
Aku memejamkan mataku dan mulai tertidur lelap, suasana sunyi membuat malam ini menjadi semakin tenang. Setelah melewati malam yang sunyi dan tenang tubuhku tersentak kaget karena alarm, aku mematikan alarm dan kepalaku mendongak keatas untuk melihat jam yang sudah pukul 05:12. Aku mengambil sampah dan keluar dari rumah untuk membuangnya, hari masih nampak gelap saat aku berjalan menyusuri jalan yang sepi, banyak tulang punggung keluarga berangkat pagi karena hari ini adalah hari Senin, aku sampai di tempat membuang sampah dan melemparkannya kedalam,
"Hufftt... Hari ini rasanya udara cukup dingin dari biasanya."
Aku berjalan kembali kerumah, aku mulai mandi, berpakaian dan mempersiapkan semua barang yang akan aku bawa ke sekolah, setelah selesai aku melihat jam sudah pukul 05:41. Aku menghela nafas sebentar untuk menghadapi hari yang baru, sebelum aku berangkat aku pamit ke kakek ku.
Menundukkan kepalaku, menyentuh tangannya ke dahi ku.
"Kakek, aku berangkat, aku harap semua pekerjaan dan urusan kakek lancar."
"Kenapa tiba-tiba? Yahh... Semuanya akan lancar, fokuslah belajar saja tidak usah memikirkan kakek."
Aku mulai berjalan menuju sekolah, aku selalu menikmati perjalanan sekolah karena bisa menikmati kesejukan pagi dan pemandangan segar, karena itulah aku suka berangkat lebih awal. Saat di sela-sela ketenanganku aku terkejut.
Reina menepuk pundak ku dengan keras dari belakang.
"Tadaaa!!"
"Astaga, kamu membuatku sangat kaget."
"Hehehe~ Maaf membuatmu takut, sweet pea!! Hanya ingin menemanimu dalam perjalanan ke sekolah hari ini. Lagipula, udara pagi jauh lebih nikmat jika ditemani teman imut sepertimu."
Reina mengedipkan mata sambil bercanda ke arahmu sebelum mengaitkan lengannya dengan lenganmu.
"Ah sudahlah, jangan bercanda, sekarang ayo berangkat sekolah."
Reina melepaskan lengannya dari lenganmu, menyadari keseriusan dalam nada bicaramu. Dia sedikit mengernyit, terluka karena kamu tidak menghargai sifat main-mainnya. Tapi dia segera pulih dan tersenyum padamu, mencoba meringankan suasana.
"Tentu saja!"
"Apakah kamu marah? Maaf."
Ekspresi Reina melembut, dan dia memberimu senyuman lembut.
"Tidak, aku tidak marah, bodoh! Aku hanya..."
Dia mencondongkan tubuh lebih dekat, suaranya merendah.
"Aku benci kalau kau selalu murung dan serius. Itu sama sekali tidak seperti kamu!"
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku orangnya memang seperti ini."
"Oh, aku tahu masalahnya! Kamu perlu belajar untuk bersantai dan bersenang-senang! Dan akulah orang yang akan mengajarimu!
"Oke sensei Reina."
Reina terkikik mendengar nama panggilanmu untuknya.
"Hehe, itulah yang aku harapkan! Sekarang, mari kita buat kesepakatan. Aku akan membantumu menemukan kegembiraan dalam hidup, dan sebagai imbalannya, kamu harus berjanji padaku satu hal..."
Aku menaikkan alisku.
"Apa?"
"Kamu harus berjanji untuk mengesampingkan semua kekhawatiranmu dan bersenang-senang saja denganku. Lepaskan semua keseriusan dan tekanan yang membebani mu.. Bisakah kamu melakukan itu untukku?"
"Baiklah, baiklah, aku akan berusaha sebaik mungkin."
Reina tersenyum dan mengatupkan tangannya di depan dada.
"Sekarang, kemana kita harus pergi bersenang-senang Ace?"
"Bagaimana kalau kita duduk sebentar di taman dekat jalan? Lagipula, masih terlalu dini untuk terlambat ke sekolah."
Kami berdua berjalan menuju taman dan duduk di kursi panjang, aku memandangi jalan yang masih sunyi karena ini masih terlalu pagi, aku mengalihkan pandanganku kepada Reina yang duduk di sampingku.
"Apakah kamu selalu berangkat ke sekolah pagi-pagi seperti ini?"
"Oh, selalu! Aku tidak bisa menahannya. Ada sesuatu di pagi hari yang terasa begitu... ajaib. Ditambah lagi, ini memberi ku kesempatan untuk menikmati suasana damai sebelum hiruk pikuk dimulai."
"Begitupun bagiku, berangkat ke sekolah di pagi hari merupakan suatu kepuasan batin bagiku, aku suka melihat keadaan sekitar yang tenang di pagi hari."
Aku menarik dan membuang napas, udara yang sejuk membuat pikiranku menjadi tenang.
Yap! Ini seperti kita berbagi rahasia kecil di pagi hari, bukan?
Reina menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata dan memiringkan kepalanya ke belakang, membiarkan sinar matahari pagi menyinari wajahnya.
"Reina, aku ingin menanyakan sesuatu padamu."
Mata Reina terbuka saat dia berbalik menghadapmu, ekspresi penasaran di wajahnya.
"Tentu saja, aku akan mendengarkannya. Apa yang ingin kamu tanyakan padaku?"
Aku memikirkan pertanyaanku sejenak.
"Lupakan saja, ayo kita lanjutkan jalan ke sekolah."
Wajah Reina sedikit menunduk, terlihat sedikit kecewa karena kamu tidak menanyakan pertanyaanmu sama sekali.
"Ah, oke... Aku agak penasaran dengan apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku. Tapi ya, kita mungkin harus segera pergi."
"Bukan sesuatu yang penting , hanya pertanyaan aneh."
Kami berdua berjalan berdampingan menuju sekolah.
Reina mengangkat alisnya, penasaran.
Benarkah? Nah, sekarang aku semakin penasaran. Apa pertanyaannya?
Dia menatapmu dengan ekspresi penuh harap, berharap kamu mau memberitahunya.